BACA JUGA: Janji Tak Diskriminatif
Itu untuk memudahkan masyarakat menjangkau angkutan massalBACA JUGA: Dewan Cium Gelagat Mafia Sampah
Bangunan pemukiman juga bisa terbangun secara rapi sesuai aturan tata ruangBACA JUGA: Foke Diminta Nonaktifkan Walkot Jakut
Mustar.Integrasi antara angkutan massal dengan pemukiman memang bisa menjadikan dampak positifWarga tidak perlu lagi naik kendaraan pribadi jika akan bepergian lantaran sudah tersedia angkutan umum yang memadaiAman dan nyamanNamun, untuk merombak tata ruang dengan mengintegrasikan angkutan masal sulit dilakukanMengingat jalur sudah terbangun, pemukiman, perkantoran, dan pusat perbelanjaan juga telah terbangun.
Untuk ruang-ruang di jalur angkutan massal yang masih kosong, seluruh bangunan pemukiman diarahkan menghadap jalur angkutan massalAtau dibangun berdekatan dengan jalur angkutan massalSeperti rusun untuk hunian warga menengah ke bawah serta apartemen untuk hunian warga menengah ke atas.’’Seperti apa model penataan pemukiman kota lihat nanti setelah ada evaluasi,’’ terangnya.
Deputi Gubernur Bidang Industri Perdagangan dan Transportasi Sutanto Soehodho menambahkan, Hongkong maupun Jakarta sudah merupakan kota berkembangDemikian juga jalur busway di Jakarta sudah berada di koridor yang berkembangKonsep mendekatkan aktivitas pada sistem transportasi adalah konsep TOD (Transit Oriented Development) yang dekat dengan sistem transportasi massalSeperti MRT atau yang sejenis tapi bukan buswayJakarta akan memiliki MRT yang terintegrasi dengan sistem perkeretaapian yang ada serta BRT (busway).
Dengan demikian, busway atau yang lain akan menjadi feeder MRTSehingga konsep TOD atau mendekatkan sektor properti dengan sistem transportasi cukup di koridor MRTAgar tidak rancu dengan sistem busway yang ada.’’Perlu diingat mengubah tata ruang bukan pekerjaan yang mudahDan koridor busway yang ada sudah cukup dekat sistem aktivitas sosio-ekonomi yang ada,’’ ungkapnya
Hal lain yang perlu diingat, koridor angkutan umum bus tidak bersifat heavy atau terlalu massalRute, trayek, dan koridor dapat diubah dengan mudahSehingga sangat berbeda dengan konsep MRTRute atau trayek tidak dapat dipindah-pindah
Pembangunan kawasan pemukiman di jalur angkutan massal memang bersifat integratifArtinya, hanya ruang yang kosong di jalur tersebut yang akan diisiTerkecuali, sepanjang jalur angkutan massal itu terdapat pemukiman kumuhPemprov DKI akan menata ulang dengan desain bangunan yang sesuai standar lingkungan, sehat, rapi, dan indah
Jika melihat jalur busway saat ini, bangunan di sepanjang jalur sudah sangat padatSangat tidak memungkinkan untuk membangun pusat pemukimanKecuali koridor baru IX Pinangranti- Pluit serta koridor X Cililitan-Tanjung PriokPembangunan juga memungkinkan jika pemukiman dibangun per titik yang kosongBukan dalam satu lokasi yang terintegrasi dengan cara menggusur yang sudah ada.
Ruang jalur angkutan yang sudah padat juga terlihat pada jalur MRTSeperti mulai Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, H Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja
Jalur yang memiliki tujuh stasiun elevated itu saat ini sudah penuh dengan bangunan komersil, perkantoran, dan hanya sedikit pemukimanBegitu juga dengan jalur bawah tanah mulai Senayan (depan Al Azhar), Istora Senayan (Ratu Plaza), Bendungan Hilir, Setiabudi, serta Dukuh Atas
Pada jalur MRT tersebut, bangunan yang paling memungkinkan dikembangkan hanya pusat bisnisMengingat saat ini saja, bangunan bisnis sudah banyak berdiriBaik kelas atas maupun kelas menengah ke bawahJika pemanfaatan pemukiman bawah tanah sudah ada ketentuan secara pasti dan diperbolehkan dibangun pemukiman, Jakarta akan memiliki warna baruPuluhan hektare di bawah tanah di jalur MRT bisa menjadi alternatif pembangunan pemukiman baru yang lebih rapi.
Sebelumnya, Country Director ITDP Indonesia Milatia K Moekmien menyatakan, pembangunan angkutan massal memang membuat dunia properti bergairahSeperti di koridor VIII Lebak Bulus-Harmoni misalnyaSepanjang jalur terdapat Lebak Bulus Residence, Pakubuwono Residence dan terbaru Permata Hijau Residence serta Kebon Jeruk ResidenceBelum lagi tujuh koridor lainnyaBagi para pengembang, aksesibilitas merupakan faktor yang sejak lama digunakan untuk meningkatkan daya jual properti
Para pengembang mulai mengincar sejumlah kawasan yang dilewati jalur busway lantaran untuk jalur saat ini saja sudah bisa menjangkau delapan penjuru
Jika ada penambahan jalur, jangkauan angkutan massal itu semakin luasHal itu berarti memberi peluang bagi dunia properti untuk berkembang lebih pesat lagiUntuk menjadikan busway sebagai nilai tambah aksesibilitas suatu properti, perlu adanya integrasi fisik antara busway dan properti tersebutHal itu seperti yang telah dilakukan di Hongkong, Singapura dan negara-negara EropaSementara itu, terkait pemukiman warga di sepanjang bantaran perlintasan rel Kereta Api (KA) di Jakarta, Kahumas KA Daops I Sugeng Priyono mengatakan, masalah itu terkait dengan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan
Perlintasan rel KA itu harus memiliki jarak bebas 6 meter dan 11 meter dari pinggir jalanDan sangatlah berbahaya jika orang membuat hunian dijarak dekat sepanjang rel KA tersebut.’’Yang pasti harus bebas dari hunian,’’ katanya.
Persoalan itu, lanjutnya, benar-benar masalah komplek.’’Ditertibkan namun menjamur lagi pemukimannya,’’ imbuhnyaMeskipun kenyataannya hunian tenda biru atau tempat tinggal semi permanen yang berada dipinggiran rel KA ditertibkan, dalam waktu beberapa hari ke depan, warga kembali mendirikan huniannya di tempat yang samaContohnya di sepanjang rel KA Kramat Sentiong, Senen, sehingga masalah ini menjadi sangat komplek.
’’Tidak sesederhana yang pernah dibayangkan,’’ ujarnyaWarga tetap mendirikan hunian di sana.’’Kami harus ke mana lagi, karena sudah bingung harus mencari kontrakan sedangkan dana untuk hidup saja susah,’’ kata Panca, 42, warga pinggiran rel KA Jatinegara, Jakarta TimurDalam hal ini, PT KA tidak bisa berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan pemerintah setempat. (aak/aj/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Taman Yang Sudah Tak Nyaman
Redaktur : Auri Jaya