Direktur CISS: Ilmu Intelijen Sangat Penting untuk Mahasiswa

Minggu, 05 Agustus 2018 – 00:15 WIB
Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, BANYUWANGI - Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) Ngasiman Djoyonegoro mengatakan, ilmu intelijen sangat penting bagi mahasiswa untuk mendeteksi gerakan radikalisme.

"Mahasiswa harus jadi bagian dan berada di garda terdepan dalam menangkal gerakan radikalisme," kata Ngasiman saat mengisi materi dalam

BACA JUGA: Jangan Sampai Mahasiswa Terpapar Radikalisme

Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) Pengurus Cabang PMII Banyuwangi di Balai Pelatihan Kerja, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (4/8).

Acara itu diikuti oleh 35 perserta kader PMII se-Jawa Timur dan Bali. Selain Ngasiman, hadir pula Gubernur Terpilih Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

BACA JUGA: Ketum MUI Tak Mau Indonesia Jadi Khilafah, Ini Alasannya

Pria yang karib disapa Simon itu menambahkan, ilmu intelijen juga berguna untuk mendeteksi sekaligus mengantisipasi hoaks.

Selain itu, ilmu intelijen juga bisa digunakan oleh mahasiswa untuk menangkal politik SARA menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019.

BACA JUGA: Pencegahan Radikalisme Bakal Masuk Kurikulum Pendidikan

"Pada tahun politik seperti sekarang, mahasiswa juga punya tugas untuk menangkal politik SARA. Tentu ilmu intelijen menemukan relevansinya di sini," tambah mantan aktivis PMII Cabang Ciputat itu.

Simon juga berharap mahasiswa sebagai agen perubahan sosial menjadi peneduh suasana, bukan malah menciptakan kegaduhan.

"Dalam waktu dekat kita akan menghadapi Pemilu 2019. Mahasiswa perlu menjadi pionir dalam menciptakan suasana aman dan damai. Tangkal gerakan radikalisme, tangkal hoaks, tangkal politik SARA, dan ciptakan suasana sejuk," terang Simon.

Sementara itu, Ketua Panitia Robith Haris Sauqi mengatakan, satu landasan pemikiran digelarnya Kolokium Radikalisme & Pelatihan Kader Lanjut (PKD) juga berangkat dari sejumlah peristiwa mutakhir di Indonesia.

Salah satunya adalah bom bunuh diri di Surabaya beberapa wakyu lalu. Targetnya adalah gereja dan aparat kepolisian.

Setelah ditelusuri, salah satu pelaku bom bunuh diri merupakan keluarga dari Kabupaten Banyuwangi.

"Bom di Surabaya meyedihkan sekaligus tamparan keras bagi masyarakat Banyuwangi, khususnya bagi para aktivis pergerakan PMII Cabang Banyuwagi. Itulah mengapa isu radikalisme menjadi salah satu perhatian kami dalam kegiatan ini," kata Robith. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saran Bamsoet Atasi Radikalisme di Masjid Lembaga Pemerintah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler