Dirjen Dikti Sebut Ratusan Ribu Hasil Riset Perguruan Tinggi Hanya Sebatas Dokumen

Selasa, 02 Maret 2021 – 21:44 WIB
Dirjen Dikti Nizam. Foto: tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam mengatakan, era disrupsi akan menyebabkan 23 juta pekerjaan hilang karena tergantikan oleh mesin, robot, dan sistem automasi. Namun, lahirnya pekerjaan baru di era tersebut jauh lebih banyak, yaitu sekitar 46 juta pekerjaan baru. 

Untuk memastikan hal tersebut, Dirjen Nizam mengunjungi PT Pindad dan PT Biofarma sebagai upaya menjalin sinergisitas pentahelix dalam menciptakan kolaborasi untuk membangun akselerasi ekosistem reka cipta di Indonesia.

BACA JUGA: Merespons Hasil Riset YLBHI, Mas Anam: Ini Momentum Mengubah Paradigma Penegakan Hukum

Sampai saat ini, kata dia, Indonesia masih mengandalkan negara lain untuk mengimpor barang-barang hasil pertanian, alat-alat kesehatan. Sebagai contoh, lisensi dari industri yaitu mencapai 90 persen masih merupakan lisensi asing. Bahan baku industri 70 persen masih mengandalkan produk impor.

Sementara itu, kekayaan dalam negeri masih ekstraktif dan belum memiliki daya tambah yang seharusnya. 

BACA JUGA: Presiden Cabut Lampiran Perpres Soal Investasi Miras, Begini Reaksi Sultan

"Perlu dibangun kolaborasi dan sinergisitas antara perguruan tinggi dan industri untuk meningkatkan kedaulatan teknologi dalam negeri serta membangun ekonomi dalam negeri berbasis pada inovasi," kata Nizam, Selasa (2/3).

Menurut Nizam, sudah seharusnya Indonesia yang saat ini masuk ke negara kelas menengah ke atas bisa melompat maju dan membangun ekonomi berbasis pada inovasi. Inovasi tidak harus dilakukan oleh setiap industri, tetapi bisa dilakukan dengan kolaborasi.

BACA JUGA: Dirjen Dikti Sebut Kampus Makin Produktif Melahirkan Buku-buku Ilmiah di Tengah Pandemi

Dia menyebutkan, sekitar 4.700 perguruan tinggi di Indonesia memiliki ratusan ribu dosen yang bertugas melakukan penelitian. Namun saat ini, hasil penelitian tersebut belum optimal dirasakan masyarakat karena selalu terhenti menjadi sebuah dokumen yang tersimpan atau hanya sebatas purwarupa saja.

"Dengan dibangunnya sinergisitas antara industri dan perguruan tinggi diharapkan akan mewujudkan kedaulatan bangsa dengan teknologi dan inovasi dalam membangun perekonomian ke depan," ucapnya. 

Nizam menegaskan, era digital menjadi sebuah tantangan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan talenta-talenta mahasiswa yang adaptif, fleksibel, dan lebih siap untuk memasuki dunia kerja di seluruh sektor. 

Transfomasi di era digitalisasi membawa lompatan-lompatan dalam aspek perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia yang menempati posisi kelima di dunia sebagai tempat terbanyak lahirnya unicorn dan decacorn dan paling tertinggi di asia tenggara hasil dari kreativitas anak bangsa.

“Adanya kemajuan teknologi digital yang dikawinkan dengan kearifan lokal menghasilkan produk inovasi raksasa," ujar Nizam. 

Potensi yang dimiliki anak bangsa menjadi satu kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia sehingga bisa bersaing di tingkat global. Dengan kreativitas tinggi dan kearifan budaya yang dimiliki Indonesia sehingga dapat menghasilkan karya inovasi yang berdaya saing tinggi. 

Nizam mengatakan, jumlah start up yang dihasilkan oleh kreativitas anak bangsa menjadi salah satu yang terbesar di dunia, dan bersaing jumlahnya dengan negara Jerman, Perancis, Australia, dan negara-negara di Asia. 

“Indonesia menjadi salah satu negara yang paling aktif dan unggul dalam memanfaatkan potensi digital," ucapnya. 

Dengan adanya berbagai kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia akan disayangkan apabila berbagai pemangku kepentingan tidak dapat mengoptimalkan kesempatan tersebut untuk membangun perekonomian dan kedaulatan negara.

"Jangan sampai ada mata rantai yang putus yang menghubungkan antara perguruan tinggi dengan perkembangan dunia usaha dan dunia industri," pungkasnya.(esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler