Ditembak Polisi, Anak PNS Pengadilan Kehilangan Kaki

Jumat, 24 Januari 2014 – 08:42 WIB

jpnn.com - LUBUKPAKAM -  Nasib Arif Daulay (26), yang ditembak lutut kirinya oleh petugas  Sat Reskrim Polres Deliserdang, sungguh tragis.

Kini putra sulung Lukman Hakim Daulay (52), petugas juru sita pengganti Pengadilan Negeri (PN) Lubukpakam itu terancam  kehilangan kakinya.

BACA JUGA: Pergoki Suami Selingkuh, Istri Mendadak Tewas

Betapa tidak, tak adanya perawatan medis mengakibatkan kaki korban membusuk dan menghitam. Kondisi itu pula yang mewajibkan korban harus merelakan kakinya diamputasi. Keputusan pahit ini sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter RSUD Deliserdang.

Saat ditemui sejumlah wartawan di ruang Anggrek A3 RSUD DS, Kamis (23/1) sore, Lukman menyebutkan sesuai dengan cerita Arif kepada mereka, usai mencuri sepeda motor Suzuki Shogun BK 6555 MA milik Ek Kiang yang parkir di depan rumahnya, Jl. Perbatasan Desa Bakaran Batu, Kec. Lubukpakam, Jumat (10/1) sekira pukul 00.30 WIB, Arif dan temannya bernama Jem menyimpan sepeda motor tersebut di rumah Patkai di Gang Malinda, Kel. Lubukpakam Pekan.

BACA JUGA: Dipicu Dendam, Sopir Omprengan Habisi Teman Seprofesi

Setelah itu, Arif pun pulang dan menemui kekasihnya, Yohana Manalu (19) . Tidak berapa lama, Arif pun dipanggil temannya untuk datang ke rumah Patkai. Namun saat berjalan di Gang Malinda, Arif langsung disergap petugas Sat Reskrim Polres DS dan membawanya ke rumah Patkai.
 
Di sana Arif dipukuli hingga babak belur. Barang bukti sepeda motor pun dikeluarkan dari dapur rumah tersebut. Anehnya, kata Lukman, Arif bukannya dibawa ke Polres DS yang berjarak puluhan meter dari Gang Malinda, tapi ia diboyong ke kawasan pekuburan Cina Jl. Setia Budi, Lubukpakam.

Di kegelapan malam itu, Arif diseret dan disuruh tiarap. Awalnya, Arif menolak, tapi salah seorang polisi mengancam akan menembaknya. Karena takut, Arif pun tiarap di lantai salah satu makam yang ada di sana.

BACA JUGA: Pemuda Jatuh dari Lantai 11 Mulai Kritis

Tapi anggota polisi itu menyuruhnya tiarap di tanah agar pelor pistolnya tidak terpental. Dengan tubuh menggigil, Arif pun tiarap. Detik berikutnya, polisi pun menginjak tubuhnya. Saat Arif disuruh menahan nafas itulah, polisi menembak lutut kirinya.

Arif sontak teriak kesakitan, lalu terkulai lemas. Oleh petugas, ia bukannya diboyong ke rumah sakit, tapi langsung dibawa ke Mapolres DS untuk menjalani pemeriksaan. Mengetahui anaknya ditembak atas kasus pencurian sepeda motor, Lukman dan keluarganya pun buru-buru mendatangi Polres DS.

Melihat lutut Arif menggigil dan meringis menahan luka di lututnya yang terus mengeluarkan darah itu, Lukman sempat melayangkan surat permohonan ke Kapolres DS pada Sabtu (11/1) untuk membawa Arif berobat ke rumah sakit.  

Namun Kapolres DS AKBP Dicky Patrianegara SH Sik baru membalas surat permohonan itu pada Kamis (16/1) yang isinya jika Arif bisa diperiksa dokter pribadi, itu pun harus di dalam sel. Karena tak medapat perawatan medis, hari ke hari kondisi Arif pun kian memprihatinkan.
 
Karena kakinya mulai menghitam dan bau, pada Sabtu (18/1) sore, Arif pun diperbolehkan polisi dibawa pihak keluarga ke RSUD DS dengan pengawalan ketat. “Selama 9 hari kaki anakku dibiarkan begitu saja hingga membusuk dan bau. Akibatnya, kakinya harus diamputasi,” lirih Lukman ber-urai air mata. Masih menurut Lukman, perlakuan polisi yang dianggapnya tak manusiawi itu yang membuat keluarganya berang.

Karena itu, PNS di pengadilan ini pun membuat laporan resmi ke Propam Poldasu, Jumat (10/1) lalu.  Bahkan, kata Lukman, keluarganya juga siap “perang” dengan polisi. Sementara itu Kasat Reskrim Polres DS AKP Arfin Fachreza AH SIk dalam paparannya kepada wartawan, Jumat (10/1) mengatakan Arif ditembak karena mencoba melawan petugas.

Bakal diamputasinya kaki kiri Arif, tak hanya membuat keluarganya sedih tak kepalang. Tapi Yohana Manalu (19), kekasih Arif yang ditemui kru koran ini di sela-sela mengunjung Arif, mengatakan jika perasaannya hancur total melihat penderitaan pria yang baru 5 bulan jadi kekasihnya itu.

Meski Arif harus kehilangan kakinya, tapi  mahasiswi Medistra Lubukpakam itu mengaku tetap mencintai kekasihnya tersebut. Karena menurut mahasiswi yang kos di Gang Amal, Kel. Lubukpakam Pekan ini, dia mencintai Arif, bukan kakinya. “Aku cinta Arif, bukan cinta kakinya,” ujar Yohana yang mengaku kedua orangtuanya tinggal di Pekanbaru, Riau itu. (man/deo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Satpam Transjakarta Gerayangi Paha dan Dada Penumpang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler