Protein amyloid, demikian nama temuan itu, yang berupa gumpalan-gumpalan kecil di otak penderita, ternyata merupakan penyebab sel-sel syaraf menjadi terlalu sensitif dan akhirnya bisa berhenti
BACA JUGA: Muxlim, Facebook ala Islam
Setidaknya, demikianlah kesimpulan dari sejumlah tes yang dilakukan terhadap tikus percobaan."Sel-sel itu (kemudian) menjadi korslet dan menembakkan terlau banyak sinyal elektrik," ungkap hasil penelitian itu, seperti yang dimuat di Journal of Neuroscience.
Jika hal ini benar terjadi juga pada manusia, yang memang menurut para ahli sangat mungkin adanya, berarti sejumlah pasien (Alzheimer) akan membutuhkan obat yang berbeda - daripada yang lazim selama ini.
Untuk diketahui, sejauh ini perawatan utama Alzheimer banyak mengandalkan sebuah tipe obat bernama cholinesterase inhibitors (molekul cholinesterase)
Sayangnya, salah satu efek samping jelek dari pengobatan ini adalah ia juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang (penderita Alzheimer, Red) menderita kaku
BACA JUGA: Saatnya Perangi Nyamuk dengan Pistol Laser
Sementara sebaliknya, pengobatan untuk mengontrol kekakuan justru dapat pula membuat gejala Alzheimer memburuk.Salah seorang peneliti, Profesor Tibor Harkany dari University of Aberdeen, mengatakan bahwa ia berharap temuannya ini dapat mengarah pada penemuan obat-obatan baru untuk kedua persoalan Alzheimer, sekaligus meminimalkan efek samping.
"Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya proses sel yang sesungguhnya, yang menghubungkan (keberadaan) epilepsi dengan penyakit Alzheimer," katanya.
"Ini sekaligus memberikan kita sejumlah pemahaman baru menyangkut penyakit (Alzheimer) ini," ucapnya lagi
BACA JUGA: Robot Cantik HRP-4C Bisa Gantikan Model
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peneliti Khawatirkan Sonar AL akan Sakiti Paus
Redaktur : Tim Redaksi