Ditjen PSP Kementan Fokus Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Air

Minggu, 20 Januari 2019 – 01:42 WIB
Ilustrasi irigasi. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian fokus pada optimalisasi pemanfaatan sumber air untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP) pada tahun ini.

"Bila lokasi sumber air cukup jauh dari lahan, bisa mengajukan kegiatan pipanisasi. Bahkan kalau perlu pompa air akan disiapkan," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Dadih Permana, Sabtu (19/1).

BACA JUGA: 2019, Kementan Salurkan 9.550.000 Ton Pupuk Bersubsidi

Untuk menjamin ketersediaan air irigasi, Kementan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kerja sama itu untuk pembangunan bendungan, DAM, jaringan irigasi primer dan sekunder, melakukan normalisasi sungai, serta pembangunan irigasi tersier.

BACA JUGA: Ditjen PSP Kementan Segera Bentuk BLU Pembiayaan Pertanian

Untuk penyediaan air irigasi secara berkelanjutan, Kementan juga turut bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia.

“Sumber air ini nantinya dapat meningkatkan jumlah produksi lahan dua kali lipat. Artinya diupayakan tidak ada paceklik," jelas Dadih.

BACA JUGA: Ditjen PSP Kementan Anggap Petani Kian Bijak Kelola Air

Pada 2019, Kementan menganggarkan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 67.037 hektare.

Sementara itu, irigasi Perpompaan yang dilakukan Kementan untuk 2019 sebanyak 467 unit.

Irigasi perpipaan 138 unit, pembangunan embung/dam parit/long storage sebanyak 400 unit dan cetak sawah seluas 6.000 hektare.

Selain itu, Kementan juga akan mengantisipasi musim kemarau tahun ini melalui beberapa upaya.

Di antaranya menyebarluaskan informasi prakiraan iklim musim kemarau tahun 2019 dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan kepada seluruh gubernur dan dinas provinsi terkait.

Upaya lain terkait antisipasi musim kemarau, Kementan sejak tahun 2016 memberikan jaminan asuransi terhadap petani melalui program asuransi usaha tani (AUT).

"Jika terjadi gagal panen atau puso baik akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), banjir maupun kekeringan petani mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per hektar," kata Dadih.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimistis Indonesia akan menjadi lumpung pangan pada 2045. Salah satunya dengan mengoptimalisasi irigasi pertanian.

Langkah yang telah dilakukan yaitu sudah membangun irigasi seluas tiga juta hektare, normalisasi sungai dan bendungan, pompanisasi, dan membangun embung untuk menampung air. 

"Berdasarkan analisis dan tinjauan lapangan, faktor ketersediaan air irigasi merupakan faktor kunci sukses pencapaian target produksi dan juga faktor lahan," kata Amran.

Untuk itu, lanjutnya, Kementan mencanangkan dan melaksanakan program percepatan pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Optimasi Lahan Rawa Tembus 23.928 Hektare


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler