Diusir usai Jumatan, Djarot Prihatin Politisasi Masjid

Jumat, 14 April 2017 – 21:59 WIB
Cawagub DKI Djarot Saiful Hidayat. Foto: gilang/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengalami kejadian tak mengenakkan setelah salat Jumat di Masjid Jami Al-Atiq di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (14/4).

Ketika itu, beberapa oknum meneriakkan kata bernada mengusir kepada Djarot.

BACA JUGA: Tim Sukses: Hanya Tiga Hal Ini yang Bisa Bikin Ahok-Djarot Kalah

Namun, Djarot menanggapi peristiwa itu dengan lapang dada.

"Kalau Jumatan (salat Jumat) itu kami itu bebas ke mana pun. Di masjid mana pun bebas nggak pilih-pilih. Dan kami akan selalu cari masjid yang satu arah dengan acara berikutnya," ujar Djarot.

BACA JUGA: Pak Djarot, Gema Takbir bukan Mengusir

Terkait penolakan itu, Djarot menyebut bahwa masjid sudah dipakai untuk politik praktis.

"Itulah bentuk yang saya sebutkan politisasi masjid. Untuk kepentingan-kepentingan politik praktis. Mungkin meniru pola di negara lain,” kata Djarot.

BACA JUGA: Ini Pengakuan Djarot ke Polisi Usai Diusir dari Masjid

Padahal, sambung Djarot, Indonesia sudah menyepakati Pancasila sebagai satu-satunya ideologi. Selain itu, semua warga juga harus menjalin silaturahmi.

"Kan kita sudah sepakati bahwa ideologi kita itu Pancasila. Bangsa kita itu bangsa yang berbineka, apalagi kita selama ini sangat bisa menjaga hubungan silaturahmi antarumat muslim. Kita juga berkewajiban membangun persaudaraan sesama warga bangsa," kata Djarot.

"Bahkan lebih dari itu, Islam juga mengajak kita untuk menjamin menjaga hubungan antarmanusia," lanjut mantan wali kota Blitar itu.

Terkait Pilkada DKI 2017, Djarot meminta semua pihak tidak memunculkan isu SARA.

Djarot mengatakan, tim suksesnya tidak pernah menggunakan cara-cara seperti itu untuk mendapatkan suara.

Karena itu, dia menyayangkan penggunaan kata-kata provokatif yang digunakan oleh takmir masjid saat menyambut dirinya.

"Karenanya, dalam pilkada Jakarta ini janganlah persoalan SARA dimunculkan. Kami tidak pernah seperti itu. Tadi saya dengar juga takmirnya juga bilang boleh, sah tidak menyalatkan jenazah bagi orang yang munafik. Masing-masing kalau punya tafsir benar salah begitu kan susah. Kebenaran hanya milik dia, kita semua salah," tutur pria berkumis itu.

Dia juga meminta semua warga Jakarta menghormati pilihan tiap orang untuk pencoblosan pada 19 April mendatang.

Hal tersebut untuk menjaga pelaksanaan pilkada yang aman. Apalagi, Jakarta merupakan barometer pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

"Marilah kita menghargai, menghormati, terserah milih tanggal 19 (April) monggo, silakan. Yang penting kita jaga betul Jakarta ini aman. Jakarta ini barometer dalam pelaksanaan demokrasi yang tadi disampaikan demokrasi yang menggembirakan," ucap Djarot.

Djarot pun menyerahkan pilihan kepada pada warga Jakarta saat pencoblosan nanti.

Yang paling penting baginya adalah tidak ada lagi penolakan yang dilakukan kepadanya saat mengunjungi masjid yang ada di Jakarta.

"Yang bisa mampu menjadi pelayan masyarakat yang baik, atau serahkan sepenuhnya kedaulatan itu ditangan rakyat. Jadi kalau saya, sekali lagi saya ke masjid, ke mana saja boleh, masa nggak boleh," tutupnya.

Di sisi lain, Ketum PPP Djan Faridz yang mewakili para parpol pendukung Ahok-Djarot meminta warga DKI tidak salah pilih saat di bilik suara nanti.

Dia meminta warga Jakarta memilih pemimpin yang menjalankan Islam yang ahlisunnah waljamaah.

"Jadi jangan sampai salah pilih. Calon yang satu lagi didukung partai yang bukan ahlisunnah waljamaah. Kuping kita ada dua, mata, tangan ada dua. Jadi nanti kalau ke bilik suara diam-diam saja, kasih tahu suami suruh diam-diam, jangan ngomong-ngomong," ujar Djan.

"Jangan dengarkan yang enggak-enggak, fitnah itu. Kalau mau jadi pemimpin, jangan menggunakan fitnah," lanjutnya.

Djan juga membicarakan kontrak politik yang diberikannya pada Ahok-Djarot. Dalam kontrak tersebut, Djan meminta Ahok-Djarot lebih memperhatikan nasib marbut masjid dan para muazin.

"Saya buat kontrak politik dengan calon. Saya minta agar marbut digaji, muazin digaji. Saya berjuang untuk Islam, agar tumbuh pemimpin proumat Islam," tutupnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Islam Tak Mengajarkan Pengusiran Sesama Muslim dari Masjid


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler