Dizalimi, Romi Herton Disebut Minta Pertolongan Muhtar Ependy

Kamis, 08 Januari 2015 – 19:21 WIB
Romi Herton, bersama istri. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Mantan pegawai PT Promic, Mico Fanji Tirtayasa menyebut Wali Kota Palembang nonaktif, Romi Herton pernah meminta tolong kepada bos PT Promic, Muhtar Ependy terkait sengketa Pemilihan Kepala Daerah Kota Palembang di Mahkamah Konstitusi (MK). 

Alasannya, Romi dizalimi oleh pihak lawan dalam Pilkada Kota Palembang. Hal itu disampaikan Mico saat bersaksi dalam persidangan Romi dan istrinya Masyito yang merupakan terdakwa dugaan suap terkait perkara permohonan keberatan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Palembang tahun 2013-2018 di Mahkamah Konstitusi dan memberikan keterangan tidak benar. 

BACA JUGA: Jonan Pastikan Daftar Nama Maskapai Nakal Diumumkan Besok

"Muhtar kasih tahu Pak Romi minta tolong karena beliau dizalimi oleh pihak lawan. Seharusnya beliau menang, kata Pak Muhtar begitu," kata Mico dalam persidangan terdakwa Romi dan Masyito di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (8/1).

Awalnya, Mico tidak tahu bahwa pihak yang ditolong Muhtar adalah Romi. Hanya saja, ia mengetahui ada pihak Palembang yang pernah menghubungi ponsel Muhtar. "Yang saya ingat waktu itu handphone nyala dari pihak Palembang minta tolong ke bapak, di situ ada Kiai PLB," ucap Mico.

BACA JUGA: Ingin Dengar Info Desa, Menteri Marwan Launching Call Center

Kemudian jaksa penuntut umum pada KPK, Budi Nugraha menanyakan kepada Mico bagaimana dia bisa mengetahui bahwa Kiai PLB adalah Romi. "Saudara bisa artikan Kiai PLB itu terdakwa bagaimana?" tanya Jaksa Budi.

Mico mengaku mengetahui hal itu dari cerita Muhtar. "Dari Pak Muhtar sendiri yang bicara setelah percakapan yang kedua, beliau menyatakan bahwa bos besar minta pempek tiga dus ke pihak Palembang," ujarnya. 

BACA JUGA: Ini Kata Jokowi soal Harga Minyak Dunia Naik Turun

Soal bos besar yang dimaksud Muhtar adalah mantan Ketua MK, Akil Mochtar. "Waktu itu saya tidak tahu, lambat laun di BBM ada pic burung Garuda, Pancasila. Beliau (Muhtar) cerita itu Pak Akil," ucap Mico. 

Dalam kesaksiannya, Mico mengungkapkan Muhtar selalu memakai kode untuk orang-orang yang dirahasiakannya. "Bapak selalu pakai kode, kecuali nama karyawan benar. Kalau untuk rahasia tidak pakai nama langsung, pakai kode. Kalau dari Palembang ujungnya PLB," ungkapnya.

Sementara itu, Romi membantah bahwa dirinya pernah menghubungi Muhtar. "Saya pernah dizalimi, tapi saya tidak pernah telepon seperti yang dikatakan Mico. Kalau ada dibuka saja di sini. Sehingga saya menolak keterangan Muhtar," tandas Romi. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadapi MEA, Pemuda Indonesia Harus Bermental Baja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler