Seminar Kesehatan Smandel 1982

Dokter Berlian Idris: Jantung Penyebab Kematian Terbesar, tetapi Gejalanya Bisa Dikenali

Senin, 14 Agustus 2023 – 10:22 WIB
Ahli jantung, dokter Berlian Idris saat seminar kesehatan yang diselenggarakan Alumni SMAN 8 tahun 1982 bertema “Kiat Hidup Sehat di Usia Emas” Drs. Suradi, M.Si pada Sabtu (12/08/2023). Foto: Humas Smandel

jpnn.com, JAKARTA - Ahli jantung, dokter Berlian Idris menegaskan secara global, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJP) adalah penyebab kematian terbesar.

Oleh karena itu, gejala penyakit ini harus dikenali secara dini dan bila terdeteksi pada diri kita harus segera memeriksa ke dokter sebelum terkena serangan atau bahkan henti jantung yang mematikan.

BACA JUGA: Begini Kronologi Kepergian Carlo Saba Akibat Penyakit Jantung

“Tahun 2016, 17,9 juta kematian karena PJP, 31 persen dari total kematian global 85 persen dari kematian ini karena serangan jantung danstroke. Sample Registration System Indonesia 2014: penyakit jantung coroner (PJK) penyebab kematian kedua setelah stroke, 12,9 persen dari seluruh kematian,” kata dokter Berlian Idris yang berpraktik di RS Medika BSD & EMC Alam Sutra, Tangsel ini.

BACA JUGA: Waspada, Penyakit Jantung Bawaan Bisa Dialami Bayi yang Baru Lahir

Dokter Berlian Idris. Foto: Dok. Humas Smandel

Seminar kesehatan yang diselenggarakan Alumni SMAN 8 tahun 1982 bertema “Kiat Hidup Sehat di Usia Emas” Drs. Suradi, M.Si pada Sabtu (12/08/2023).

BACA JUGA: Ingin Terhindar dari Penyakit Jantung, Konsumsi 5 Buah Ini

Seminar kesehatan yang diselenggarakan di kediaman CEO Detik.com, Abdul Aziz di Depok ini didukung keluarga besar Alumni Smandel, Detik.com, Biofarma, Wardah-Kahf, dan Dettol.

Seminar dalam rangka menuju Reuni Akbar ke-65 tahun SMAN 8 Jakarta itu dilakukan secara hybrid dengan menghadirkan narasumber Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta dr. Ngabila Salama MKM, dokter ahli jantung  Berlian Indris, dan Dewan Penasihat Dokter Alumni Smandel (DAS) yang sehari-hari berpraktik di RS Tugu Ibu, Cimanggis, Depok dr. Setia Pribadi, M.Si.

Lebih lanjut dokter Berlian Idris mengingatkan risiko sangat besar dari penyakit jantung ini. Oleh karena itu, dokter Berlian yang alumnus SMAN 8 tahun 1995 ini mengingatkan para lansia untuk mengenal gejala serangan jantung.

Setelah itu memeriksakan segera ke Rumah Sakit. Bila henti jantung, resusitasi segera (perlu pelatihan), bawa ke RS, lalu mengetahui secara dini adakah PJK dan mencegah serangan jantung kalau sudah diketahui PJK.

Meski serangan jantung dapat menyebabkan kematian jantung mendadak dan kerusakan otot jantung, tetapi lanjut dokter Berlian, serangan jantung bisa dikenali gejalanya dan serangan jantung terjadi pada PJK.

“Oleh karena itu, PJK bisa dicegah dengan menjalankan pola hidup sehat,” tegas dokter yang akrab disapa Bili ini.

Terapkan Pola Hidup Sehat

Sementara Direktur Jenderal Tenega Kesehatan Kemenkes, drg. Arianti Anaya yang memberikan sambutan kunci dan sekaligus membuka seminar ini mengatakan agar kelompok lanjut usia atau lansia yang jumlahnya hampir 11 persen atau 29,5 juta jiwa dari seluruh penduduk Indonesia yang  275 juta orang, untuk menerapkan pola hidup sehat yang disingkat “Cerdik”.

Penerapan pola hidup sehat ini supaya di usia lansia ini  menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

“Kegiatan atau pola hidup sehat Cerdik itu cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, kelola stres,” ujar Arianti Anaya.

Lebih lanjut Dirjen Arianti mengemukakan untuk mewujudkan lansia smart, perilaku hidup sehat harus dimulai sejak muda.

Oleh karena itu, dIa menyebutkan sejumlah tips yakni mendekatkan diri pada Tuhan, diet seimbang, teratur memeriksa kesehatan, memelihata kesehatan ggi dan mulut, melakukan aktivitas fisik, tidak merokok, dan tidak minum minuman keras, mengembangkan hobi, istirahat, dan mengasah otak.

Menurut Dirjen Nakes ini, secara alamiah, para lansia akan mengalami penurunan fungsi tubuh seperti kekuatan tubuh, daya ingat, pendengaran penglihatan, keseimbangan, kekebalan, tubuh, dan fungsi pencernaan.

Seringkali, penurunan fungsi tubuh ini berpotensi menimbulkan penyakit pada lansia yang umumnya tekakan darah tinggi, hipertensi, diabetes mellitus, stroke, penyakit paru-paru obstruktif (PPOK), penyakit jantung coroner, pengeroposan tulang, depresi, demensia/pikun

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, Dirjen Nakes Arianti mengungkapkan program kesehatan lanjut usia yang bertujuan  meningkatkan kualitas hidup lansia, agar sehat, mandiri, aktif dan produktif serta berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat, dengan pendekatan siklus hidup.

Program ini terdiri atas pralansia dan ansia sehat dengan Promotif dan Preventif  yakni skrining/deteksi dini pada lansia, dan pemberdayaan lansia.

Sedangkan untuk lansia sakit, Pemerintah, kata Dirjen Nakes punya program promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif yaitu Pelayanan kesehatan di Puskesmas (FKTP) yang santun pada lansia, Rumah Sakit dengan pelayanan geriatri terpadu termasuk rujukan, Perawatan Jangka Panjang/Long Term Care (PJP/LTC) bagi Lansia, dan Pelayanan Minimum Kesehatan Lansia (PMKL) pada situasi bencana / krisis kesehatan.

Paradigma Sehat

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, dr. Ngabila Salama MKM dalam paparan berjudul “Paradigma Sehat untuk Cegah Sakit, Sehat Fisik dan Mental agar Hemat, Bugar, Produktif, Bahagia” juga menguraikan berbagai penyakit yang berpotensi menerpa para lansia dan bagaimana cara pencegahan efektif yang dapat dilakukan.

Menurut alumnus SMAN 8 tahun 2007 ini, yang disebut sehat itu adalah sehat fisik dan mental. Oleh karena itu, para lansia juga harus memahami soal ini agar secara fisik dan mental terus sehat, seperti sudah diungkapkan Dirjen Nakes.

“Dalam konteks ini saya berkeinginan agar paradigma hidup sehat itu diubah dengan mendahulukan pencegahan, bukan pengobatan,” katanya.

Dalam paparannya, dokter Ngabila mengingat bagaimana saat musim pancaroba ini, kita semua berusaha untukmencegah penyakit dengan cara memakan dan meminum yang bersih, menjaga kebersihan lingkungan, mium air putih yang cukup, melakukan vaksinasi dan juga perlindungan diri dengan imunisasi.

Dokter Setia Pribadi yang masuk kelompok lansia karena sudah berusia 65 tahun dan masih aktif melakukan kegiatan fisik yang rutin seperti jalan, sepeda, renang, dan naik gunung ini mengatakan, usia emas adalah masa yang berharga, dan dengan perawatan yang tepat, kita dapat menghadapinya dengan optimisme dan kualitas hidup yang tinggi.

“Usia emas adalah periode kehidupan yang umumnya mencakup usia 50 tahun ke atas. Ini adalah tahap yang menandai perubahan fisik, mental, dan emosional dalam kehidupan seseorang. Meskipun mungkin ada tantangan, tetapi ini juga bisa menjadi masa yang penuh potensi dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup,” kata dokter yang akrab disapa Acing ini.

Sejumlah masalah kesehatan umum pada usia emas disebutkaa oleh dokter Setia Pribadi, alumni SMAN 8 tahun 1976 ini yaitu  penurunan fisik: penurunan massa otot, kepadatan tulang, dan kinerja organ tubuh, penyakit jantung dan hipertensi, risiko penyakit jantung meningkat seiring, bertambahnya usia, diabetes tipe 2.

Resiko diabetes meningkat pada usia emas karena gaya hidup dan perubahan hormonal, penyakit artritis, gangguan sendi dan nyeri pada tulang.

Kemudian gangguan kognitif, yaitu risiko demensia dan penyakit alzheimer meningkat.

“Yang terbaik, menerapkan pola hidup sehat dengan diikuti olahraga fisik sesuai kondisi dan kesukaan lansia,” kata dokter Acing.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler