Dokter Lois

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Senin, 12 Juli 2021 – 14:04 WIB
Lois Owien. Foto: Instagram/dr_lois7

jpnn.com - Namanya Lois Owien. Seorang dokter perempuan.

Dia mengaku ilmunya mahal dan bisa mengatur Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Oleh karena itu, dia minta IDI dibubarkan saja.

BACA JUGA: Lois Cekal

Dokter ini menyatakan tidak ada orang yang mati karena Covid-19. Yang ada adalah orang-orang yang mati karena keracunan obat.

Dan, sudah bisa diduga, dokter ini tidak percaya terhadap pemakaian masker yang dianggapnya tidak berguna. Masker, katanya, justru akan mengurangi asupan oksigen yang memengaruhi imunitas tubuh, dan malah membuat orang sakit.

BACA JUGA: Sampah

Dia juga tidak percaya terhadap berbagai tes yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19, baik swab tes, PCR, atau tes-tes jenis lainnya. Semuanya dia anggap tidak ada gunanya, dan tidak bisa disebut sebagai sumber yang valid untuk menentukan seseorang terjangkiti virus atau tidak.

Ratusan ribu orang yang mati, kata dokter ini, bukan korban Covid-19, melainkan akibat malapraktik para dokter yang memberi resep secara ngawur. Setiap pasien Covid 19 yang dibawa ke rumah sakit, kata Dokter Lois, rata-rata diberi kombinasi obat sampai lima atau enam macam.

BACA JUGA: Pak Manteb

Obat-obat itulah yang membuat pasien mati. Oleh karena itu dr Lois menyimpulkan Covid-19 itu tidak ada. Pandemi juga tidak ada.

Dia mengatakan vaksin tidak perlu karena tidak ada penyakit yang bisa disembuhkan oleh vaksin itu. Tidak perlu ada histeria, ketakutan, terhadap virus karena virus itu tidak ada.

Kalau kesimpulan ini keliru atau salah, harap maklum. Atau, kalau Anda juga gagal paham, harap maklum juga, soalnya IQ kita rata-rata memang tidak sampai 200.

Kata dokter itu, hanya orang-orang ber-IQ di atas 200 yang bisa memahami penjelasannya. Dia mengeklaim dokter-dokter seluruh Indonesia, bahkan mungkin seluruh dunia, tidak paham terhadap keterangannya karena otak dan ilmu mereka tidak mencukupi.

Entah berapa IQ Dokter Lois ini. Barangkali di atas 200, yang berarti dia jenius seperti Albert Einstein.

Batas genius dengan gila, atau sinting, terkadang sangat tipis. Banyak orang-orang super-jenius yang semula dianggap sinting atau dikira orang gila, tetapi kemudian terbukti dia manusia hebat penemu inovasi yang mengubah dunia.

Archimedes dikira orang gila ketika tiba-tiba lari telanjang dari kamar mandi. Dia menuju jalan raya sambil berteriak, "eureka…eureka..." yang artinya saya menemukannya, saya menemukannya.

Orang-orang mengira Archimedes tidak waras. Akan tetapi, kemudian terbukti bahwa temuannya mengubah dan merevolusi dunia, karena dia menemukan bahwa gaya yang memberi tekanan kepada air akan mengeluarkan volume yang sama besar dengan gaya penekannya.

Dokter Lois tidak sedang lari di jalanan dengan telanjang. Dia tidak terlihat sebagai orang tidak waras seperti Archimedes.

Dokter ini seorang wanita yang cantik dan terawat tubuhnya, karena dia seorang ahli kecantikan. Spesialisasinya adalah perawatan anti-aging, anti-penuaan.

Kalau Anda mempertanyakan kompetensi seorang dokter kecantikan yang berbicara mengenai pandemi, bukan berarti Anda orang kritis atau cerdas, tetapi Anda justru termasuk manusia ber-IQ jongkok. Begitu setidaknya kata Dokter Lois.

Dia sudah membaca jurnal kedokteran terbaik dari seluruh dunia, dan dia menyimpulkan bahwa pandemi adalah konspirasi. Kalau ada orang mempertanyakan kompetensinya berarti orang itu bagian dari oligarki yang menolak kebenaran untuk mempertahankan status quo.

Pernyataannya menjadi viral setelah dia muncul di acara talk show Hotman Paris. Sebelumnya, Dokter Lois banyak membuat twit di Twitter, tetapi tidak banyak didengar oleh netizen karena twitnya dianggap palsu.

Namun, setelah Lois muncul di acara Hotman Paris, orang-orang mulai memperhatikan twitnya.

Akan tetapi, tidak perlu terlalu kaget. Tidak perlu ditanggapi serius. IDI pun tidak perlu susah-susah memanggil dokter ini, karena tidak ada satu pun hal baru yang diungkapkan.

Apa yang diungkapkannya sebenarnya hanya mengulang-ulang para penganut teori konspirasi. Tidak ada yang baru sama sekali, argumen-argumennya mengulang-ulang apa yang sudah beredar selama ini.

Apa yang dilakukan oleh Jerinx, musisi Superman Is Dead, pada dasarnya tidak jauh berbeda dari apa yang dikatakan Dokter Lois. Bedanya, Jerinx hanya seorang musisi dan pemain medsos yang tidak punya kredensial medis yang cukup.

Dokter Lois adalah seorang dokter, apalagi dia mengaku punya guru dari Kanada, meskipun kuliahnya di Malaysia. Dengan kredensialnya sebagai seorang dokter, tentu lebih banyak orang yang mempercayai twit Lois.

Memang agak aneh kalau Dokter Lois baru muncul sekarang. Selama ini dia ke mana saja.

Pandemi sudah berlangsung hampir dua tahun, jutaan orang di seluruh dunia sudah menjadi korban, tetapi dia diam saja tidak bereaksi. Baru sekarang, setelah korban bergeletakan dimana-mana dia muncul.

Selama ini entah dia bertapa di mana. Mungkin dia baru bersemedi lama dan baru saja mendapatkan wangsit.

Sudah sangat banyak orang yang berpendapat seperti Dokter Lois. Dia bukan yang pertama, dan percayalah, dia bukan yang terakhir.

Masih akan banyak orang-orang seperti itu. Masih akan banyak orang yang mengatakan bahwa pandemi ini adalah konspirasi. Yang perlu Anda ingat adalah, namanya juga teori konspirasi, tidak akan bisa dibuktikan, dan memang tidak perlu pembuktian.

Orang-orang pasti masih ingat unggahan penyanyi Anji yang mewawancarai seorang bernama Hadi Pranoto. Unggahan itu viral pada Agustus 2020, karena Hadi Pranoto mengeklaim telah menemukan obat-obatan herbal yang bisa menyembuhkan Covid 19.

Tidak tanggung-tanggung, obat herbal itu sudah dipasarkan ke seluruh dunia, bahkan Ratu Elizabeth dari Inggris juga sudah mengonsumsi obat herbal itu.

Untuk memberi kredensial yang meyakinkan, ketika itu Anji menyebut Hadi Pranoto sebagai profesor. Ketika dicek, ternyata Hadi Pranoto tidak bergelar profesor. Ketika hal itu dipertanyakan, dia mengatakan bahwa gelar itu memang bukan gelar guru besar dari pergururan tinggi. Gelar profesor itu diberikan orang-orang untuk menghormati keahliannya.

Sekadar mengingatkan Anda, sekarang Anji mendekam di tahanan polisi karena kasus narkoba. Hadi Pranoto sendiri sudah tidak terdengar nama dan kiprahnya. Obatnya pun tidak pernah terlihat di pasaran. Orang-orang sekarang lebih suka mencari susu kaleng dan obat cacing daripada mencari obat herbal buatan Hadi Pranoto.

Orang-orang seperti Hadi Pranoto, Jerinx, Dokter Lois, dan lain-lain ini oleh Tom Nichols disebut sebagai bagian dari fenomena 'The Death of Expertise’ atau matinya kepakaran. Orang bisa berbicara apa saja layaknya seorang pakar atau guru besar, padahal kompetensinya tidak ada.

Mereka semua jadi terlihat seperti pakar karena omongannya diamplifikasi oleh media sosial. Mereka bisa bicara mengenai apa saja tanpa harus punya kompetensi.

Mereka bisa bicara apa saja, yang penting bisa viral dan menjadi terkenal. Atau, syukur-syukur, dapat rezeki nomplok dari jutaan follower dadakan.(*)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pride


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler