Dokter Reisa Berbagi Petunjuk Singkat Melawan Hoaks Terkait Vaksin Covid-19

Senin, 21 Desember 2020 – 22:04 WIB
Reisa Broto Asmoro. Foto: Humas BNPB

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah dr. Reisa Broto Asmoro menganjurkan masyarakat meluangkan waktu mencari informasi dari sumber-sumber valid di masa pandemi COVID-19 ini, agar tidak tertipu berita bohong yang saat ini makin banyak.

“Sudah ada ribuan hoaks yang beredar selama sembilan bulan pandemi di Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya terkait vaksin COVID-19. Padahal banyak sekali manfaat vaksin yang sudah kami ulas. Jadi, penting ya, untuk meluangkan sedikit waktu mencari informasi dari sumber-sumber yang valid,” kata Reisa,  dalam video yang ditayangkan Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

BACA JUGA: Satgas Covid-19 Keluarkan Aturan Baru, Berlaku 19 Desember Hingga 8 Januari

Beberapa hoaks yang beredar, kata Reisa, seperti informasi yang menyebutkan vaksin adalah bibit penyakit, dan menerima vaksin sama saja dengan membuat badan rentan terkena penyakit.

"Nah, anggapan ini salah. Karena vaksin itu terbuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan, yang fungsinya membuat badan menjadi kenal, dan kebal melawan penyakit tersebut. Hal ini tidak sama ya, dengan membuat tubuh sakit," kata Reisa.

BACA JUGA: Vaksin, 3M dan Hidup Sehat Jurus Menyudahi Pandemi COVID-19

Dia pun memaparkan ada beberapa jenis vaksin.

Pertama, vaksin mati adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan.

BACA JUGA: Satgas: Perisai 3M Akan Diperkuat Vaksin Covid-19

Kedua, vaksin hidup adalah vaksin yang mengandung bakteri atau virus yang dilemahkan.

Ketiga, vaksin sub unit adalah adalah vaksin yang dibuat dari komponen virus/bakteri.

Kemudian, keempat, vaksin toksoid adalah vaksin yang dibuat dari toksin yang sudah dilemahkan.

Untuk kandungan vaksin, terdiri dari antigen, stabilitator, adjuvant dan pengawet.

Kemudian, soal hoaks lainnya adalah informasi yang menyebutkan vaksin mengandung zat-zat yang berbahaya.

Reisa mengatakan, vaksin yang sudah diproduksi massal harus memenuhi syarat utama yaitu aman, efektif, stabil dan efisien.

"Setiap vaksin yang beredar, harus lolos uji dari lembaga otoritas yang berwenang. Di Indonesia, ada Badan POM (Pemeriksa Obat dan Makanan) yang akan memastikan bahwa vaksin aman dan tidak mengandung bahan berbahaya," katanya.

Reisa juga menjelaskan bahwa vaksin adalah salah satu cara agar Indonesia bisa segera keluar dari pandemi COVID-19.

Asalkan, sudah tercipta kekebalan komunitas pada mayoritas penduduk dunia.

Reisa kembali mengingatkan, vaksin bukan satu-satunya solusi untuk mencegah penularan COVID-19.

Disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan juga penting dan efektif menurunkan risiko penularan.

"Jadi, gerakan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) ditambah vaksinasi tentu akan lebih baik," ujarnya.

Reisa mengatakan masih banyak mitos dan hoaks lain yang beredar di tengah-tengah masyarakat seputar vaksin.

Masyarakat diminta untuk memilah informasi yang benar.

"Lebih baik mencerna informasi lebih baik, kan. Daripada panik atau bahkan menjadi penyebar hoaks," katanya. (ant/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler