jpnn.com, DAKAR - Sejumlah anggota DPR menemui Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Ahmad Yani Basuki, Senin (28/5). Ada pula aktris dan produser film Lola Amaria yang ikut serta dalam pertemuan di kantor LSF, Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta Selatan itu.
Tujuan pertemuan itu adalah memediasi Lola selaku produser film LIMA dengan LSF. Sebab, LSF hanya mengeluarkan izin lulus sensor film LIMA untuk usia 17 tahun ke atas.
BACA JUGA: Kritik Keras Fadli Zon soal Perpres Gaji Bu Mega Cs
Sedangkan Lola dan sejumlah kalangan ingin LSF menurunkan batasan itu. Yakni memberikan izin lulus sensor untuk 13 tahun ke atas bagi film bertema Pancasila itu.
Anggota Komisi I DPR Charles Honoris yang ikut hadir dalam pertemuan mediasi itu mengatakan, harus ada upaya untuk mendorong pembuatan film bertema Pancasila sebanyak mungkin. Tujuannya membumikan Pancasila, sekaligus mengikis intoleransi dan radikalisme yang belakangan ini marak.
BACA JUGA: Pimpin Dewan Pengarah BPIP, Bu Mega Digaji Rp 112,5 Juta
Peryemuan di kantor Lembaga Sensor Film (LSF), Jakarta Selatan, Senin (28/5). Foto: Dedi Yondra/JawaPos.Com
“Upaya-upaya pembumian nilai-nilai Pancasila, seperti yang dilakukan melalui film LIMA ini harus terus digalakkan. Ini agar kita bisa menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun bagi bangsa Indonesia,” kata Charles.
BACA JUGA: Prisia Nasution: Kenapa Takut Bicarakan Ideologi Negara?
Selain Charles, anggota DPR yang hadir dalam pertemuan itu adalah Dave Akbarshah Laksono dan Arvin Hakim Thoha yan sama-sama dari Komisi I DPR. Ada pula perwakilan Komunitas Pancasila untuk Generasi Muda yang ikut menghadiri pertemuan.
Charles menambahkan, film LIMA sejalan dengan program pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sangat tegas memerangi intoleransi dan radikalisme. Menurutnya, film bisa menjadi cara untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila sekaligus mengikis intoleransi dan radikalisme.
“Oleh karena itu kita perlu film yang mengangkat tema Pancasila untuk kontra narasi radikalisme dan sebagainya,” ujar politikus PDI Perjuangan ini.
Sedangkan Ahmad Yani Basuki mengakui film-film berkualitas bertema Pancasila dan kebinekaan masih sangat minim. Pensiunan TNI itu pun mengharapkan sineas-sineas tanah air tergugah untuk membuat film bertema Pancasila sebagaimana sudah dilakukan Lola dengan LIMA.
“Film-film ini perlu diperbanyak dan harus cukup intens, dengan sudut pandang masing-masing,” kata Basuki.
Namun terkait permintaan agar LSF menurunkan batas lulus sensor bagi film LIMA, Yani menegaskan bahwa ada mekanisme baku yang mengatur hal itu. Menurutnya, ada hal-hal di film LIMA yang membuat LSF hanya bisa mengeluarkan lolos sensor bagi penonton 17 tahun ke atas.
“Karena itu ada sensivitasnya, biarlah menjadi konsumsi internal LSF dan pemilik film. Agar semua terjaga dengan baik, karena ini juga film yang baik,” kata Basuki.
Film LIMA akan tayang di bioskop, Kamis (31/5). Premier film LIMA itu juga untuk menyambut Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.
Sedangkan Lola mengatakan, banyak kalangan pendidikan yang menginginkan film LIMA bisa ditonton anak usia 13 tahun ke atas. Namun, dia mengaku lapang dada dengan sikap kukuh LSF.
"Saya lapang dada, tapi beberapa ibu-ibu, kepala sekolah, dan guru-guru yang merasa anak muridnya wajib nonton itu, protes dan bilang ke saya untuk berjuang. Lho, saya sudah membuat filmnya dan memang saya membuatnya juga untuk 13 plus tapi ya pada kenyataannya dapat 17 plus. Saya enggak bisa berbuat apa-apa,” paparnya.(ded/jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dukung Perfilman Nasional, Relawan Jokowi Nobar Film LIMA
Redaktur : Tim Redaksi