Dosen, Serikat Guru Hingga Pengamat Sesalkan Penundaan Moratorium UN

Senin, 12 Desember 2016 – 15:31 WIB
Ilustrasi. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Chandra ikut menyayangkan penundaan moratorium Ujian Nasional (UN). Apalagi, alasan penundaan tersebut adalah adanya kekhawatiran akan motivasi belajar anak-anak yang akan menjadi rendah. 

Novi mengatakan, motivasi belajar anak tidak tergantung dengan UN. "Pengalaman saya sebagai ibu dan guru, justru melihat bahwa anak-anak, semangat belajar mereka didasari rasa keingintahuan yang luar biasa akan ada yang ada di sekitarnya," ujar Novi dalam keterangannya, Senin (12/12).

BACA JUGA: Gimana Nih, Dana UNBK Tahun Depan Belum Tersedia

Menurut Novi, ungkapan bahwa anak-anak akan termotivasi jika ada UN, sesungguhnya telah menampar wajah pendidikan nasional. "Apakah serendah itu kita melihat level motivasi belajar anak-anak? Hanya karena faktor eksternal yang bernama UN?" sesal Novi.

Senada dengan Novi, pengamat pendidikan, Doni Koesoema mendukung moratorium atau penghapusan UN. 
Menurut Doni, Mendikbud tidak boleh kalah dengan penggagas UN. Alasan utamanya adalah dari sisi pedagogis, UN merusak seluruh struktur dan sistem pembelajaran otentik. "Selama 13 tahun kita melaksanakan UN, kualitas kita tak terbukti meningkat," kritiknya.

BACA JUGA: FSPGI: Anggaran UN Lebih Baik Digunakan untuk Peningkatan Kualitas Guru

Menurut Doni, ada banyak alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan selain melalui UN yang terbukti sudah gagal. Dia menambahkan, dalam menghadapi persaingan global  memang butuh persiapan sumber daya manusia (SDM). "Pendidikan adalah jalan satu-satunya untuk meningkatkan daya saing global itu," tandasnya.

Apalagi, kata dia, saat ini daya saing SDM Indonesia masih tergolong rendah, mengacu World Competitiveness report 2016-2017, daya saing SDM, Indonesia melorot ke urutan ke-41 di bawah Singapura, China, Malaysia dan Thailand.

BACA JUGA: Ujian Nasional Tidak Memberikan Kedamaian

Doni mengatakan, dalam falsafah pendidikan yang terkandung dalam Undang-Undang Sisdiknas, bahwa pendidikan seharusnya diarahkan untuk memberdayakan masyarakat, bukan malah memperdaya masyarakat. "Pendidikan dimaksudkan untuk masyarakat supaya mampu memberdayakan dirinya sendiri," tutup Doni.

Terpisah, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, pihaknya juga getol dalam menyuarakan penolakan UN sebagai penentu kelulusan siswa. "Kami membuka posko pengaduan UN sejak 2011-2016," tandas Retno dalam keterangannya, Senin (12/12).

Retno meminta Presiden Jokowi untuk mematuhi keputusan Mahkamah Agung (MA) tentang UN yang sudah ikrah sejak 2009.  

Dia menjelaskan, pihaknya telah melakukan kajian hukum dan analisis secara mendalam bahwa UN tidak terbukti meningkatkan kualitas pendidikan. "Secara pedagogis, UN justru membuat pembelajaran dan pengajaran menjadi kering," tandasnya. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Menyenangkan untuk Para Guru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler