DPD: Sekolah 5 Hari Lebih Ideal

Rabu, 13 Agustus 2014 – 02:48 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Rencana Dinas Pendidikan DKI Jakarta terkait kebijakan menyeragamkan waktu dan jam masuk sekolah menjadi enam hari mulai Senin hingga Sabtu dinilai sebagai langkah yang kurang tepat. Pasalnya, waktu sekolah lima hari sudah ideal dan dapat meningkatkan efeksitifitas dan efisien kegiatan belajar mengajar.

"Dalam pertimbangannya perlu diberikan waktu istirahat yang cukup untuk anak didik, karena keberhasilan pendidikan baik secara mikro maupun makro tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidikan di sekolah tetapi juga faktor-faktor lain," ucap Ketua DPD Irman Gusman kepada INDOPOS (Grup JPNN), Jakarta, Selasa (12/8).

BACA JUGA: SMA Gunakan Sistem SKS

Menurut dia, jika 2 jam pelajaran di hari Sabtu itu dipindahkan ke hari lain, maka waktu sekolah tentu akan lebih efektif.

"Waktu sekolah lima hari akan membantu siswa, guru, dan manajemen sekolah meningkatkan efektivitas kegiatan belajar dan mengajar," kata Irman.

BACA JUGA: Ketua DPD Anggap Waktu Sekolah 5 Hari Sudah Ideal

Senator asal Sumatra Barat itu menilai, waktu sekolah lima hari penting diterapkan agar memberikan waktu luang satu hari bagi siswa didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri.

"Waktu istirahat juga mempunyai arti penting bagi anak didik, baik dalam rangka memperoleh kembali semangat belajar, mempererat ikatan antar anggota keluarga, melaksanakan fungsi sosial maupun mengembangkan diri di luar sekolah," tuturnya.

BACA JUGA: Internasionalisasi Bahasa Indonesia Macet

Ia menambahkan, waktu libur di hari Sabtu juga kesempatan pengembangan diri di luar jam pelajaran adalah sesuatu yang sangat penting bagi siswa yang memerlukan alokasi waktu tersendiri. Hari sabtu dapat digunakan anak didik untuk les tambahan atau ekstrakurikuler, sehingga ada pengembangan diri anak diluar sekolah.

"Tentunya akan berdampak positif untuk mutu pendidikan di sekolah," beber mantan peserta Konvensi Capres Partai Demokrat ini.

Lebih lanjut, Irman menambahkan, faktor kontekstual juga turut memberikan kontribusi dalam penerapan kebijakan waktu sekolah lima hari, terutama aspek lalu lintas ataupun biaya anak selama kegiatan belajar mengajar. Pemadatan waktu sekolah tentu akan mengurangi dampak kemacetan di jalan, karena Sabtu tidak ada anak sekolah.

"Selain itu, juga akan mengurangi beban orangtua dalam hal ongkos anak ke sekolah maupun uang jajan siswa," imbuh dia.

Meskipun perubahan waktu sekolah enam hari menjadi lima hari, lanjut Irman, mungkin saja dapat mengakibatkan pengurangan pertemuan tatap muka di kelas. Namun hal itu seharusnya tidak mengurangi target pencapaian kurikulum dan mutu pembelajaran, apabila tenaga pendidik mampu meningkatkan dan menyempurnakan metodologi pembelajaran yang diberikan di kelas.

"Guru harus mampu mengelola waktu belajar lima hari dengan  efektif dan efisien. Dengan demikian, perlu peningkatan kemampuan dari pendidikan untuk mencapai proses pembelajaran yang bermutu tinggi," kata Irman.

Irman menilai, mutu pendidikan dapat ditingkat dengan metode pembelajaran yang tepat, diantaranya dengan menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar.

"Metode fun learning yaitu yang menyenangkan akan membuat materi kurikulum yang diajarkan mudah diterima oleh anak didik. Guru harus bertanggung jawab memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak didiknya. Maka secara otomatis, akan mudah juga membawa perubahan bagi anak," jelas Irman.(fdi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disdik Susun Master Plan Pengembangan Sekolah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler