Hal itu lantaran Komisi VI memandang perdagangan Indonesia-China selama ini selalu mengalami defisit, karena lemahnya daya saing industri nasional
BACA JUGA: Carrefour Rambah Pasar Basah
Tercatat, sepanjang 2005-2008 neraca perdagangan Indonesia-China menunjukkan defisitBACA JUGA: DHL Luncurkan Penerbangan Hongkong-Surabaya
Lantas pada 2006 sebesar USD 0,048 miliar, tahun 2007 melonjak menjadi sebesar USD 1,29 miliar, diikuti pada tahun 2008 juga sebesar USD 1,29 miliar.Sementara, diperkirakan beberapa produk yang bakal terancam apabila diberlakukan bea masuk nol dari China tersebut, adalah tekstil dan produk tekstil, makanan-minuman, petrokimia, alas kaki, elektronik, besi, baja, industri permesinan, serta industri komponen manufaktur lainnya
BACA JUGA: Januari, Pemerintah Impor Gula 500 Ribu Ton
Sebab katanya, pemerintah China menerapkan subsidi secara aktif pada produk bajanya"Dari sisi produksi baja saja kita jauh tertinggal," katanya.Lebih jauh, implementasi kerjasama CA-FTA tersebut dikatakan bakal semakin menekan industri besi dan baja di tengah kondisi yang sulit saat iniMasalahnya, sekitar 95 persen baja lokal belum bagus dan di pasar belum memenuhi SNIBahkan tanpa BM nol persen pun, praktek unfair trade telah terjadi dengan China, terutama bila membandingkan kondisi tarif BM yang berlaku di Indonesia dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan India - masing-masing menerapkan BM besi dan baja sebesar 25 persen"Tanpa kebijakan FTA saja, kita sulit bersaing dengan mereka," tambah Irvan.
Sementara itu, pengamat ekonomi Faisal Basri, dalam beberapa kesempatan seminar tentang FTA, juga menyatakan bahwa kerjasama itu tidak bisa asal diterapkanMenurutnya, ada prasyarat bahwa negara harus memberikan perlindungan bagi masyarakatnya, termasuk untuk industri dan pelaku usahaApalagi ini terkait perdagangan di dalam negeri dan antar negara seperti di ASEAN, serta kaitannya juga dengan China.
Pembukaan kesepakatan perdagangan bebas ini, menurut Faisal pula, merupakan malapetaka bagi Indonesia"Kerjasama perdagangan harus didasarkan pada berbagai fasilitas dan teknologi yang samaBila berbagai perangkat tersebut tidak setara, maka akan ada dominasi perdaganganDalam hal ini, China memiliki transportasi dan fasilitas yang mumpuni, sementara Indonesia masih sangat jauh tertinggalSebab itu, kebijakan FTA ini hanya akan menjadi ajang kolonisasi China di pasar Indonesia," paparnya.
Sejauh ini, sedikitnya 10 sektor manufaktur di dalam negeri disebutkan telah menolak rencana implementasi pasar bebas dalam kerangka AFTA dan ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA), yang akan berlaku pada 1 Januari 2010 ituKe-10 sektor tersebut adalah dari industri besi dan baja, petrokimia, benang dan kain, hortikultura, makanan-minuman, alas kaki, elektronik, kabel, serat sintetis, serta mainanKe-10 sektor tersebut bahkan telah mengirimkan surat resmi ke DPR, yang sebagian besar berisi keberatan atas implementasi liberalisasi pasar dengan alasan tidak siap menghadapi banjir produk impor.
Sementara, pada pembicaraan persiapan Kongres PII di Manado pada 7-8 Desember 2009, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa tetap perlu dicari peluang untuk melakukan negosiasi ulang untuk menunda pemberlakukan kesepakatan tersebutBoediono melihat bahwa terdapat pasal dalam AC-FTA yang dapat digunakan untuk melakukan negosiasi ulang, serta itu bisa saja dijajaki jika memang ada peluang.
Departemen Perindustrian (Depperin) sendiri memperkirakan, ekspor 12 industri manufaktur utama hingga akhir 2009 turun sebesar 6,78 persenKe-12 industri itu antara lain adalah pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), besi baja, mesin dan otomotif, tekstil, pengolahan karet, elektronika, pulp dan kertas, pengolahan kayu, kimia dasar, serta makanan dan minuman(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KAU: Pemda Jangan Mudah Tergiur Utang
Redaktur : Tim Redaksi