jpnn.com, LOMBOK BARAT - Anggota DPRD Lombok Barat Haji Ahmad Zaenuri mencurigai beberapa item dalam laporan keuangan akhir tahun PT Air Minum Giri Menang (AMGM) pada 2022.
Pria yang kerap disapa Haji Amat itu menyoroti beban penyusutan yang dialami PT AMGM senilai Rp 41 miliar.
BACA JUGA: Endus Kejanggalan, DPRD Lombok Barat Minta Laporan Keuangan PT AMGM
Menurut dia, penyusutan diartikan suatu perusahaan membeli sesuatu atau menambah jumlah investasi.
"Seperti contoh membeli satu mobil. Nah, mobil ini dihitung dipakai selama 10 tahun. Kalau mobil ini harganya Rp 1 miliar kemudian dibagi 10 tahun, artinya tiap tahun itu penyusutannya Rp 100 juta," kata Haji Amat, Rabu (14/6) malam.
BACA JUGA: Dirut PT AMGM Buka-bukaan Soal CSR, Ungkap Masalah Sebenarnya
Dia melanjutkan, tahun kesepuluh nilai investasi jadi nol rupiah karena sudah dihitung penyusutannya 10 persen.
Artinya lanjut dia, di sini dalam kurun waktu 10 tahun dari investasi bisa menghasilkan lebih dari Rp 1 miliar.
BACA JUGA: Warga Geruduk Kantor Bupati Lombok Barat, Dirut PT AMGM Jadi Sasaran
"Misalkan mobil Rp 1 miliar ini dijadikan angkutan umum dengan pendapatan setahun Rp 150 juta. Dalam waktu 10 tahun, keuntungannya Rp 1,5 miliar dan nilai mobil menjadi nol rupiah," jelas Haji Amat.
Pihaknya tidak habis pikir mengapa bisa penyusutan itu bagian dari pemotongan pendapatan hasil badan usaha milik daerah (BUMD).
"Ini aneh, kami perlu minta penjelasan detail Direktur PT AMGM, penyusutan dari segi apa," tegas Haji Amad.
Politikus PAN itu menilai penyusutan adalah pengurangan nilai aset, bukan bagian dari mengurangi pendapatan untuk menutupi.
"Mengapa penyusutan bagian dari beban pendapatan. Harusnya penyusutan bagian dari pengurangan aset," kata Haji Amat.
Atas dasar itu, pihaknya akan memanggil Direktur PT AMGM untuk mengklarifikasi penyusutan Rp 41 miliar.
Dia mempertanyakan mengapa dipotong dari pendapatan perusahaan.
"Penyusutan itu bagian dari investasi terhadap suatu barang yang nilainya akan berkurang setiap tahun," terang Haji Amat.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti beban kantor yang nilainya mencapai Rp 9,7 miliar pada 2022.
"Ini juga sangat krusial. Biaya kantor apa? Setahu saya tidak pernah ada beli kantor," ucap Haji Amat.
Sementara itu, Direktur PT AMGM Lalu Ahmad Zaini belum memberikan tanggapan apa pun kendati sudah dihubungi beberapa kali.(mcr38/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Edi Suryansyah