Alangkah populisnya
BACA JUGA: Jalan Tengah Perang Sawit
Saya terbayang suatu mimpi yang indah telah terjadiBACA JUGA: Gaya Dahlan Patut Ditularkan
Tak lagi semata menampilkan aktor individual pelaku saham, maupun para broker dan sekuritas, tetapi juga merakyatBACA JUGA: Sebutlah Soeharto Apa Adanya
Tidak lagi bersemangat individual, yang konon sangat kapitalistik.Bayangkan, jika sejak Rabu (10/11) lalu saham KS diperdagangkan di bursa efek dengan harga perdana Rp850 per saham, maka 3,1 miliar saham yang dilepaskan ke public dalam tempo tiga menit kemudian melejit menjadi Rp1.240 per sahamHitung saja, berapa yang dinikmati pihak-pihak yang kita sebut di alinea awal tulisan ini? Pastilah lumayan, Saudaraku!
Jauh di di kota Medan, saya pun bisa menghibur ekonom Dradjad WibowoDia tidak perlu lagi “menangis” seperti ramai ditulis berita di internet.
Coba, saudaraku? Saat berakhirnya perdagangan hari Rabu, , saham KS menguat Rp420 atau 49,41 persen ke level Rp1.270Bahkan saat ditutup Kamis (12/11), naik lagi Rp 70 (5,51%) ke level Rp 1.340 per sahamHampir saja terkena penghentian perdagangan secara otomatis (auto rejection) karena harga hampir melonjak hingga 50 persen.
Namun pengandaian saya telah “hanyut ke laut.” Di alam realitas, ternyata justru para investor, khususnya asing yang berpesta-pora. Beli borong Rp 850 per lembar saham, lalu menjualnya saat harga tinggiRabu lalu saja, dihitung-hitung terjual bersih (net sell) senilai Rp 378,693 miliar, sehingga kepemilikan asing di saham KS hanya tersisa 5%.
Bacalah di internet dan berita media massa, ternyata broker yang tercatat menjual saham KS paling banyak adalah nama-nama perusahaan asingJuga yang membeli.
Saya tidak tahu lagi apa gerangan nasib langkah 13 ekonom domestik yang ingin membatalkan IPO KS itu? Namun, Direktur Utama Danareksa Sekuritas Marciano Herman Marciano yakin hal itu tidak bisa dilakukanSoalnya, IPO KS hingga kini tidak melanggar peraturan UU Pasar ModalDan memang sudah meluncur sejak 10 November laluQue sera-sera!
Tentu saja, para pendukung pasar bebas akan mengatakan, bahwa inilah kemauan pasarBahwa aksi beli para investor itu tiada lain merupakan sentimen positif terhadap saham KSRupa-rupanya, para pelaku pasar modal asing kurang atau tidak kebagian saat masa penawaran, sehingga memburunya lagi melalui brokerMaklum, saat penawaran jumlah peminat melimpah ruahTak pelak, fakta ini semakin menegaskan perekonomian kita yang kapitalistikKepentingan dan keuntungan invidual lebih diutamakanSementara kepentingan dan keuntungan masyarakat, sesuai pasal 33 UUD 1945, semakin terabaikan.
Ah, Anda akan menuding saya sebagai orang yang romantic, yang merindukan barang lama yang sudah “terendam” dalam realitas liberalisasi perekonomian, termasuk di pasar modalTerserahlahTapi secara konstitusional, perekonomian kita yang berasas kekeluargaan dan mementingkan kemaslahatan orang banyak, sama sekali belum diamandemen, bukan?
Saya hanya kecutSetelah kisah Indosat, Semen Gresik, KS dan lainnya, BUMN mana lagi gerangan yang menyusul?
***
Jika kita flashback beberapa hari dalam sepekan ini, IPO KS bagaikan pertunjukan teaterThe show must go onBegitulah, kira-kira tekad Dirut Kratakatu Steel (KS) Fazwar Bujang di Jakarta, seperti dikatakannya kepada pers Senin (8/11) laluMenteri BUMN Mustafa Abubakar bahkan siap merespon class action dari sejumlah ekonom yang menilai IPO KS merugikan pemerintah Rp 1 triliun.
Rencana penggugat meminta Bapepam membatalkan atau menunda sampai proses pengadilan selesai, tak membuat pusing Kepala Bapepam, Fuad Rahmany"Ini kan rumor, apa ada pelanggaran? Orang ini belum ada transaksi," kata FuadPendeknya, tidak bisa melarang (IPO KS)“Kalau dilarang, nggak ada yang mau IPO disiniNanti pada IPO di Singapura,” katanya.
Tim evaluasi privatisasi BUMN bentukan Menteri Mustafa juga tak menemukan adanya kongkalikong dalam proses penawaran IPO KS"Tidak ada rekayasa dalam penunjukkan underwriter, pricing (penetapan harga) dan penjatahan,” kata Hikmanto, anggota Tim Evaluasi IPO KS, Hikmanto, Selasa (9/11/2010).
KS berencana melepaskan 3.155.000.000 saham ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 November 2010Harga Rp 850 per saham pun memicu banyak orang merenggut untung cepat dari kenaikan harga saham IPO KS pada saat listing perdana di bursa.
Tapi versi underwriter, jika naik saja Rp 50 ke Rp 900 per lembar, maka KS bisa kehilangan sekitar setengah dari investor yang sudah menawarBahkan, Dirut Danareksa Sekuritas Marciano Herman selaku underwriter mengatakan, penundaan pencatatan (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya dapat dilakukan jika terjadi kondisi darurat seperti meledaknya gunung Anak KrakatauArtinya, ada force major.
Saya teringat pun terkenang kisah-kisah lama, yakni saat Bapepam diketuai oleh I Putu Gde Ary Suta pada 1998 silamPutu malah telah melaporkan kasus insider trading pada saham PT Semen Gresik kepada Menteri KeuanganKala itu, saham SMGR pada 3 Juni yang semula Rp4.850 selembar dalam tempo dua pekan melonjak hingga Rp10.200Dari data transaksi, banyak yang agresif membeliTiga di antaranya adalah penasihat keuangan Semen Gresik, yakni tiga sekuritas milik pemerintah yang terkenal.
Mereka tergolong “insider” yang “haram” ikut mainBahkan, salah satunya berhubungan dengan Goldman Sach, sekuritas asing penasihat keuangan Cemex, perusahaan Meksiko yang membeli saham Semen Gresik.
Namun saat itu semua pihak yang dituduh membantahKasihan Ary Suta malah terpental dari jabatannya di BapepamKisah itu pun seingat saya padamMasih seingat saya pula, kala itu, tidak ada dekler terbuka dan meluas dari pemerintahTak tahulahRupanya, lain zaman lain ceritanya. Meski kita semua sependapat bahwa jual beli saham di bursa bukanlah sebuah sandiwara. **
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kekeluargaan Tapi Kapitalistik
Redaktur : Tim Redaksi