Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia (1)

Firasat Rusdi Hamid, Menantunya Masih Hidup

Senin, 10 Agustus 2009 – 06:51 WIB

Keluarga dan kerabat Noordin MTop yang tinggal di kompleks Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia, sudah mendengar berita kematian buron polisi Indonesia nomor wahid itu

BACA JUGA: Munfiatun, Istri Kedua Noordin M. Top ketika Suaminya Gencar Diberitakan Tewas

Namun, mereka yakin Noordin masih hidup
Meski begitu, mereka juga siap menghadapi kemungkinan terburuk

BACA JUGA: Munfiatun, Istri Kedua Noordin M. Top ketika Suaminya Gencar Diberitakan Tewas




ZULHAM MUBARAK, Johor, Malaysia.


PRIA tua berjenggot itu tiba-tiba menghentikan kegiatannya
Dia meninggalkan tumpukan barang di dalam mobil yang diparkir di samping rumah, di Jalan Rabani, Kampung Sungai Tiram, Johor, Malaysia.

Pintu pagar halaman rumahnya langsung ditutup

BACA JUGA: Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (2-Habis)

Namun, dia menjawab salam meski dengan tatapan mata waswas."Maaf adik, saye tak ade masa lagi (Maaf saya tak punya waktu lagi, Red)," kata Rusdi Hamid, pria itu.

Kakek 65 tahun itu adalah orang tua Siti Rohmah, istri Noordin MTopDia mengaku sudah sering didatangi wartawan untuk mengorek keterangan perihal keberadaan menantunyaTapi, karena berbagai alasan, dia tidak bisa berkata banyak tentang tudingan yang dibebankan kepada suami salah satu putrinya tersebut.

Ditemui di rumahnya kemarin, Rusdi mengaku sudah mendengar kabar tentang tewasnya Noordin di Temanggung, Jawa TengahWaktu itu petugas kepolisian Malaysia memberitahukan kemungkinan menantunya tewas di ujung peluru Densus 88.

Setelah itu dia memantau perkembangan lewat televisi IndonesiaMeski presenter tanpa ragu menyebut Noordin MTop telah tewas, pria berambut putih itu belum percayaBahkan, dia yakin menantunya masih hidupMengapa" "Firasat saja," katanya"Tentu, jika kabar itu benar, tak ada yang bisa saya sampaikan selain kecewa dan duka yang mendalam," lanjutnya dalam logat Melayu.

Raut kesedihan menggantung di wajahnya ketika dia berbicara tentang NoordinTema teroris telah membuat hidup keluarganya porak-porandaKarena itu, Rusdi lebih memilih diam ketika ditanya seputar kehidupan Siti Rohmah setelah Noordin dikenal sebagai teroris

Dia mengaku sudah kehabisan kata untuk menanggapi pertanyaan wartawan yang kerap mengganggu kehidupan pribadinya dan keluarga pesantren"Saya harus berangkatAdik silakan berkeliling sajaSaya tidak bisa berkata-kata banyak," katanya.

Dia menuju mobil sedan cokelat yang penuh kardus putih dan plastikDia menghidupkan mesin, lalu meninggalkan halaman rumahRusdi tinggal di lingkungan Pesantren Luqmanul Hakim

Tempatnya terpencilDari kota Johor jaraknya memang hanya 35 km lewat jalan arteriDari kota kecil Bukit Tiram ke pesantren di Sungai Tiram ditempuh lewat jalan kecil sekitar 20 menitDi kiri-kanan jalan terdapat perkembunan kelapa sawit dan kilang-kilang minyakKetika malam, kendaraan umum semacam taksi tak berani masuk daerah itu.

Pesantren tersebut terdiri atas belasan bangunan yang berdiri di atas lahan seluas dua hektareSejak ditutup pemerintah Malaysia pada 2002, lembaga pendidikan Islam itu tampak kehilangan roh

Temboknya lusuh, atapnya jebol, dan ilalang tumbuh liar menyelimuti halamanPapan nama yang berfungsi sebagai identitas madrasah sudah diturunkanYang tersisa hanya kaligrafi bertuliskan Luqmanul Hakim dan tiga kata berukuran besar yang ditulis dengan tinta warna hijau; Beriman, Berilmu, Beramal.
Ada beberapa blok di kompleks pesantren ituSatu blok ruang kuliah dua tingkat, satu gedung asrama putri dan putra yang terpisah, dan sekitar 15 rumah yang sedianya ditempati para ustad dan keluarganya

Rumah Rusdi terletak di samping kiri pintu gerbang, menghadap ke timurTepat di belakang rumah itu berdiri musalaDi belakang musala berjajar kompleks perumahan ustad yang hingga kini masih didiami sekitar 20 kepala keluarga

Melihat kehadiran orang asing, semua pintu dan jendela rumah segera ditutup rapatTak satu pun penghuni bersedia ditemuiHanya belasan anak-anak yang berani menampakkan diriMereka bermain di sekitar lingkungan pesantren

Namun, ketika hendak difoto, mereka langsung lariBahkan, ada yang berteriak histerisBeberapa warga yang hendak beraktivitas pun menutupi wajahnya dengan cadarDengan tergesa mereka masuk mobilPenghuni pesantren tersebut, tampaknya, memang menghindari kehadiran orang asingBuktinya, di depan pintu gerbang bergantung papan warna biru bertuliskan: Private Property, No Trespassing (milik pribadi, dilarang melintas).

"Beginilah kami hidup, selalu under pressureBanyak tekanan, baik dari pemerintah maupun media," kata pria yang mengaku bernama Izzul yang ditemui di musalaDia dengan tegas menanyakan tujuan kedatangan wartawan ke pesantren itu

Pria 55 tahun yang menolak menyebut nama lengkapnya itu mengakui, hampir semua warga kampung pesantren tertekan atas gencarnya pemberitaan tentang NoordinBahkan, kata dia, tak sedikit warga luar yang menyebut bahwa kampung Sungai Tiram itu sebagai kampung teroris"Ada juga yang bilang ini kampung JI (Jamaah Islamiyah) dan itu menyakitkan," ujarnya.?

Berkembang wacana di kalangan anggota Jamaah Islamiyah, pesantren itu memang cukup masyhur dan diseganiPesantren itu disebut-sebut sebagai markas penggodokan diri sebelum berjihad di AfghanistanMemang, pesantren yang letaknya sekitar 35 kilometer dari Kota Johor Bahru ke arah ke timur laut itu semula disiapkan menjadi sarana pematangan para pelajar Islam di Malaysia

Tak sedikit lulusan Luqmanul Hakim yang mendapat rekomendasi melanjutkan sekolah ke Timur Tengah sekaligus berjihad di Afghanistan dan memperdalam ilmu persenjataan perang.  Sejak ditutup pemerintah, nyaris tak ada aktivitas di Luqmanul HakimPintu gerbangnya dirantai dan dikunci dengan gembok besarSeluruh santri pun dianjurkan pulang dan segala aktivitas belajar mengajar dihentikan

Kini keberadaan lembaga pendidikan itu seakan sudah tenggelam dan dilupakanNamun, banyak yang menduga-duga bahwa para anggota Jamaah di Malaysia tidak benar-benar bubar, tapi hanya mati suriHanya, kini belum ada pemimpin yang merajut rantai komando Jamaah

Namun, Izzul menegaskan, tak ada kegiatan lain di tempat itu selain jamaah salat dan pendidikan mengaji Alquran bagi putra-putri penghuni sendiri"Sudah berhenti semuaTinggal pelajaran agama yang ada di sini," tegasnya

Dia ingat awal berdirinya pesantren itu pada 1992Salah satu tokoh pendirinya adalah Ustad Abubakar BaasyirSejumlah nama terkenal pernah aktif dan menjadi tenaga pengajarMereka, antara lain, Mukhlas, Imam Samudra, dan Amrozi (trio bomber yang sudah dieksekusi), Ali Fauzi, Mohammad Rois bin Rusdi, Ali Imron, dan Noordin MTop

Pria berjenggot putih itu mengaku sulit mengingat wajah nama-nama yang terdaftar dalam most wanted FBI itu secara jelasTapi, dia ingat bahwa Noordin adalah pengajar komputer di pesantren tersebut"Tenaga pengajar komputer basic, bukan hacking," ujarnya menegaskan.

Sosok Noordin, lanjut dia, jauh dari kesan bengis dan berdarah dingin sebagaimana ditampilkan media selama iniNoordin tak berbeda dengan orang kebanyakan, cenderung ramah, dan humorisKarena itulah, Noordin dicintai murid-murid pesantren"Dia bisa menjelaskan sesuatu dengan gamblang dan tidak rumit sehingga mudah dipahami," katanya.

Lebih lanjut Izzul mengatakan, sejak kabar Noordin merebak, tempat tinggalnya seakan menjadi ikon terorismeSelain wartawan asing yang sering berkunjung, ada intelijenBahkan, dia menduga ada tim dari FBI dan CIA yang memantau sekitar tempat tinggalnya"Kadang ada (mobil) Pajero berjalan pelanPenumpangnya melihat-lihat dengan tatapan menyelidik," katanya"Kami juga kerap diwawancarai wartawan asing dan berjanji mengirimkan kisahnya via posTapi, ternyata tak kunjung kami terima," sambungnyaDia berharap kabar tentang Noordin bisa disajikan berimbang di semua media, terutama di Indonesia(*/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Pilot-Pilot yang Sukses Lakukan Pendaratan Darurat (1)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler