Dua Jam dari Kaimana, di Sana Ada Pesona...Wow! Wow!

Selasa, 20 September 2016 – 00:08 WIB
Kampung Potowayburu, Distrik Mimika Barat Jauh. Gambar diabadikan, Kamis (15/9) lalu. Foto: SELVIANI BU"TU/Radar Timika/JPNN.com

jpnn.com - BAGI sebagian besar masyarakat Mimika, nama “Potowayburu”  tentu tidak setenar nama “Kokonao”. Keduanya sama-sama berada di pesisir pantai. 

Jika Kokonao terkenal karena merupakan kota sejarah, sepertinya Mimika pun harus berbangga dengan Potowayburu. Ya, kampung yang berada di ujung barat Kabupaten Mimika ini juga memiliki banyak potensi.

BACA JUGA: Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian

Selviani B - Radar Timika

POTOWAYBURU menjadi magnet bagi para pengusaha kelas kakap. Karena kampung yang berada lebih dekat dengan Kaimana, Papua Barat ini menyimpan sejuta kekayaan dan pesona. Baik laut maupun hutannya. 

BACA JUGA: Turki, Pemandu Wisata Berbahasa Indonesia dan Mukidi

Dari Kaimana menggunakan speed boat butuh waktu hanya sekitar 2 jam menuju Potowayburu.

Sedangkan dari Timika selaku Ibu Kota Mimika dibutuhkan waktu sekitar 4 hingga 6 jam. 

BACA JUGA: Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi

Jadi tak jarang, warga yang merupakan Suku Kamoro ini justru lebih sering berbelanja ke Kaimana dibanding ke Timika. 

Begitupun sebaliknya, terkadang warga dari Kaimana atau Teluk Etna datang menjajakan ikan atau hasil perburuan di Potowayburu. 

Potowayburu jug bisa diakses lewat udara. Adanya lapangan terbang menjadi tempat landasan bagi beberapa pesawat perintis berkapasitas 8 orang penumpang. Jarak tempuh dari Bandara Mozes Kilangin sekitar 45 menit. 

Dulu, Potowayburu adalah salah satu kampung yang ‘hidup’ lantaran ada sebuah perusahaan yang beroperasi mengeksploitasi hutan di kampung yang berbatasan dengan beberapa kabupaten tetangga ini. 

Jejak perusahaan yang konon milik keluarga pengusaha Orde Baru ini masih terlihat. Salah satunya bangunan kantor dua lantai yang kini dijadikan sebagai Kantor Distrik Mimika Barat Jauh.

Kondisinya pun mulai rapuh. Ada pula perumahan permanen yang masih berdiri dan didiami oleh pegawai distrik. 

Sebuah bangunan Gereja Oikumene yang tak lagi digunakan masih berdiri dalam kondisi yang hampir rubuh. Gereja ini pun memiliki cerita mistis hingga tak seorang pun ingin menyentuhnya. 

Jalan mulai dari dermaga pelabuhan yang menghubungkan kampung-kampung juga masih tetap ada dan dijadikan akses oleh warga. 

Hanya saja, sebagian badan jalan sudah ditumbuhi tanaman hingga hanya setapak jalan yang bisa dilalui. 

Dua unit kendaraan berupa becak motor (bentor) milik Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang sering beroperasi. Selebihnya tidak lebih dari 10 unit motor. 

Perusahaan itu sudah tutup, tak ada lagi tempat bagi warga untuk mencari upah. Untung lautnya yang begitu luas menyimpan kekayaan yang juga menjadi tempat berburu kapal-kapal ikan berkapasitas besar. Tapi, jarak ke kota yang cukup jauh membuat hasil tangkapan masyarakat tidak memiliki pasar. 

Bagi para nelayan atau pegiat mancing, Potowayburu dan sekitarnya memiliki spot yang sangat tepat. Tenggiri dan mubara sering tersangkut di kail para pemancing. Bahkan, ikan hiu di perairan ini pun banyak. 

Kata para pemancing, waktu yang sangat tepat untuk mengail itu sore hari. Kebetulan, tepat di bibir pantai yang menghadap Laut Arafura itu terdapat sebuah pulau yang begitu eksotis. 

Tak jauh dari perkampungan, ada sebuah tempat yang disebut Kokonao Kecil memiliki pantai pasir putih. 

Berjalan menyusuri pantai, sebuah panorama yang tentu tidak pernah terbayangkan oleh warga Timika akan ditemui di sana. 

Pantai yang berada tepat dibawah tebing gunung itu nampak begitu indah. Kata salah satu warga, ada pula sebuah air terjun bersusun tidak jauh dari pantai. 

Semua ini bisa dinikmati. Satu yang tidak boleh dilewatkan, saat sore hari menjelang matahari terbenam pantai Potowayburu akan menyajikan satu pemandangan yang begitu eksotis. Ya, sunset. Cahaya mahatari yang kemerahan akan terpancar memenuhi langit. 

Jika saja potensi ini bisa dikembangkan menjadi satu destinasi wisata, tentu Potowayburu bisa hidup kembali. Keramahan dari penduduk yang memiliki adat dan budaya yang masih sangat kental akan melengkapi semuanya. 

Bukan itu saja yang dimiliki oleh Potowayburu. Daerah yang menjadi tujuan para pemburu rusa ini pun masih menyimpan sumber daya alam, salah satunya batu bara.(*/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Melihat Cara Turkish Airlines Memanjakan Penumpang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler