jpnn.com - Bagaimana situasi keamanan di Istanbul, Turki pasca-kudeta gagal pada 15 Juli silam? Itulah yang menjadi pertanyaan sejumlah jurnalis beberapa media termasuk Monique Rijkers dari Jawa Pos TV yang berkunjung ke Istanbul atas undangan Turkish Airlines, beberapa waktu lalu.
Monique Rijkers, Istanbul
BACA JUGA: Dimas Drajat Curhat Usai Pertandingan, Ibunda pun Menangis
SAAT kami tiba di Istanbul, tidak terlihat pengamanan ketat di bandara menyusul aksi bom yang diduga dilakukan oleh ISIS pada 28 Juni silam. Meski masih berstatus “State Emergency” hingga 90 hari sejak 15 Juli lalu, suasana kota Istanbul penuh dengan kesibukan. Jalan raya di kota Istanbul tidak mengalami penurunan jumlah kendaraan yang ditunjukkan dengan kemacetan di jam sibuk.
Guna menjaring turis lokal, Pemerintah Turki menambah hari libur dalam rangka Iduladha dari 7 hari menjadi 9 hari. Dengan demikian turis dari wilayah lain di negeri yang wilayahnya membentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya hingga daerah Balkan dan Eropa Tenggara itu tertarik ke Istanbul.
BACA JUGA: Begitu Duduk di Depan Petugas Perekaman E-KTP, Warga Langsung Kecewa
Perjalanan kami berawal dari melihat langsung ke dapur Turkish Do & Co yang memasok catering untuk Turkish Airlines. Turkish Do & Co menyediakan seluruh kebutuhan makanan dan minuman di ruang tunggu bandara (lounge Turkish Airlines) hingga di atas pesawat.
Makanan yang dihidangkan pun dipastikan dalam kondisi steril dari kuman. Karena itu semua petugas termasuk kami sebagai tamu harus menggunakan topi, baju penutup seluruh badan dan masker.
BACA JUGA: Dairoh dan Sophia Pindah Profesi Jadi Pengamen Hingga Pemulung
Awak kabin Turkish Airlines ketika menyodorkan daftar menu ke penumpang. Foto: Monique Rijkers/Jawa Pos TV
Keistimewaan hidangan yang disajikan adalah adanya chef atau koki yang ikut terbang (chef on board) sehingga hidangan yang disajikan untuk kelas bisnis benar-benar baru dan hangat. Chef terbang belum dimiliki oleh maskapai penerbangan lainnya.
Selain menyuplai hidangan untuk Turkish Airlines, Turkish Do & Co juga memasok makanan untuk 60 maskapai lain termasuk Emirates, Qatar, Etihad, British Airways, Cathay Pacific, Singapore Airlines dan Korean Air. Bisa dibayangkan kesibukan di dapur Turkish Do & Co yang harus menghidangkan makanan untuk penumpang hampir 650 penerbangan setiap harinya.
Usai dari “dapur” Turkish Do & Co, kami menuju ke Training Centre Turkish Airlines yang mengadakan pelatihan rutin bagi setiap awak kabin dan pilot untuk semua jenis pesawat yang mereka miliki. Pelatihan rutin yang dilakukan termasuk juga simulasi dalam keadaan darurat.
Kami diikutsertakan dalam simulasi ketika dalam pesawat muncul asap. Pramugari harus dapat bertindak cepat dan cermat dalam situasi darurat apapun.
Pasar Indonesia ternyata amat penting bagi maskapai yang beberapa kali mendapat predikat sebagai “The Best Airlines” itu. Chairman Turkish Airlines, M. Ilker Ayci mengatakan, maskapainya dalam waktu dekat akan membuka rute penerbangan dari Denpasar, Bali langsung menuju Istanbul.
Ayci menyebut Indonesia merupakan pasar yang penting. Pembukaan jalur baru itu guna menyerap potensi wisatawan dari Eropa yang ingin berlibur ke Bali tanpa harus berhenti di Singapura, Kuala Lumpur atau Jakarta seperti rute maskapai pada umumnya. Tentu saja, pembukaan jalur langsung ini dapat menguntungkan Indonesia karena bisa memacu peningkatan turis ke Indonesia.(jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pantang Menyerah, Jualan Ikan Hias, Omzet Rp 50 Juta per Bulan
Redaktur : Tim Redaksi