Dua kota besar di Australia, Sydney dan Melbourne sedang menjalankan 'lockdown' akibat penambahan penularan virus corona. 

Terhitung kemarin malam (15/07),  Victoria dengan ibu kota Melbourne kembali memberlakukan 'lockdown' selama lima hari.

BACA JUGA: Begini Cara Vietnam Menghukum Warganya yang Menularkan COVID-19 ke Orang Lain

Ini menjadi 'lockdown' kelima kali yang sudah dialami oleh warga di Victoria

Victoria mencatat 10 kasus penularan lokal hari ini, empat diantaranya diumumkan hari Kamis. Ada 35 kasus aktif di Victoria, termasuk satu dari luar negeri.

BACA JUGA: Menaruh Boneka Seram di Depan Rumah Dipercaya Bisa Menolak Covid-19

Sementara sejumlah kawasan New South Wales, termasuk ibu kota Sydney, 'lockdown' sudah diberlakukan sejak 26 Juni lalu dan akan diperpanjang hingga 30 Juli.

Kasus COVID-19 aktif di Sydney saat ini sudah mencapai 916 orang dari penularan lokal dan 36 kasus dari mereka yang kembali dari luar negeri.

BACA JUGA: Pemakaman Jenazah Covid-19 oleh Polresta Ambon Meningkat, Sebegini Jumlahnya

Kapan 'lockdown' Sydney selesai?

Sementara itu, pakar memperkirakan 'lockdown' di New South Wales bisa berlanjut sampai berminggu-minggu.

Pelanggaran aturan, meski pelanggaran kecil sekalipun, kemungkinan besar akan memperpanjang 'lockdown'.

Pemodelan University of Sydney berdasarkan data hingga 13 Juli menunjukkan bila 80 persen warga Sydney menaati aturan jaga jarak, akan dibutuhkan paling tidak sebulan agar jumlah kasus bisa sampai di bawah 10.

Namun, jika ketaatan turun ke angka 70 persen, 'lockdown' mungkin harus bertahan sampai lebih dari dua bulan.

Mikhail Prokopenko yang memimpin penelitian tersebut mencoba menjelaskan angka 80 persen tersebut melalui kegiatan berbelanja.

"Ini berarti [warga Sydney] perlu mengurangi frekuensi atau durasi berbelanja, menjadi satu dari yang biasanya 10 kali atau satu jam dari yang biasanya 10 jam," kata Profesor Mikhail.

"Jadi jika seseorang menghabiskan waktu 10 jam per minggu berbelanja, sekarang harus dikurangi sampai satu jam per minggu."

Menurut perkiraannya, hanya ada 40 persen warga Sydney yang menaati aturan tinggal di rumah.

"Pemodelan kami menemukan bahwa aturan jaga jarak di Sydney saat ini tidak cukup untuk mengendalikan penularan," ujar Profesor Mikhail.

Menurutnya, jika Sydney ingin mencapai angka ketaatan 80 persen, pemerintah harus menambahkan kategori kegiatan esensial dalam aturan 'lockdown'. Mengapa Melbourne tiba-tiba 'lockdown'?

Penyebab 'lockdown' di Melbourne kali ini berbeda dari 'lockdown' keempat, yang diakibatkan bocornya kasus dari hotel karantina di Adelaide.

'Lockdown' kali ini dipicu oleh "serangan" virus corona jenis Delta dari New South Wales.

Seorang sopir limousine tertular virus tersebut dari awak pesawat, lalu menyebarkannya di Sydney empat minggu lalu.

Virus tersebut masuk ke Victoria dari dua sumber di Sydney.

Kebanyakan penularan bersumber dari 'removalist' atau petugas pemindahan barang yang melanggar aturan pemakaian masker, saat mengunjungi komplek apartemen Ariele di Maribyrnong, 8 Juli lalu.

Petugas pemindahan itu sempat berhenti di beberapa lokasi di Melbourne, yang kini terdaftar sebagai kawasan 'hot spots', sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia Selatan.

Rantai penularan kedua terhubung pada keluarga di Craigieburn yang baru kembali dari zona merah New South Wales.

Salah satu anggota keluarga tersebut pergi ke supermarket Coles di pusat perbelanjaan Craigieburn Central ketika seharusnya melakukan isolasi mandiri.

Pakar penyakit menular mendukung keputusan Pemerintah Victoria untuk melakukan 'lockdown' dalam upaya menangani penularan yang baru terjadi.

Michell Ananda-Rajah dari Alfred Health mendukung keputusan 'lockdown' lima hari yang dilakukan Menteri Utama (Premier) Victoria, Daniel Andrews.

"Menurut saya ini adalah keputusan yang tepat. Dia mengambil keputusan yang berat dan cepat agar penularan ini cepat teratasi," katanya.

"Dan kita bisa lihat dari pengalaman di Sydney bahwa ini bagaimana seharusnya mereka menangani pandemi."

Sementara itu, walikota Melbourne Sally Capp mendorong pemerintah pusat dan negara bagian untuk memberikan bantuan keuangan untuk bisnis secepatnya.

Kesepakatan dukungan keuangan sudah tercapai, namun baru akan terealisasi di minggu kedua 'lockdown'.

"Jangan sampai menunggu 'lockdown' seminggu. Harusnya dukungan bisa diberikan secepat mungkin," ujar Sally.

Laporan tambahan oleh Freya Michie dan jurnalis bagian data Catherine Hanrahan dan Tony Ibrahim

Diproduksi oleh Natasya Salim

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbaring di Rumah Sakit, Pasien COVID-19 Minta Agar Warga Sydney Mau Divaksinasi

Berita Terkait