Dua Ledakan Baru Bikin Kian Waswas

Rabu, 16 Maret 2011 – 05:35 WIB
Foto : AP/Wally Santana

TOKYO - Krisis nuklir di Jepang pasca-gempa 8,9 skala Richter (SR) dan tsunami pada Jumat lalu (11/3) belum redaKebakaran dan ledakan kembali terjadi pada dua reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, sekitar 250 km timur laut Tokyo, kemarin (15/3).

Dua ledakan kemarin terjadi pada reaktor nomor dua dan nomor empat

BACA JUGA: Pangeran William Dijamu Pesta di Queensland

Api dan asap tebal pun terlihat dari reaktor tersebut
Asap berwarna putih kehitaman membubung di udara

BACA JUGA: Pensiun Dalai Lama Dibahas

Tokyo Electric Power Co
(TEPCO) selaku operatornya menyatakan bahwa dua ledakan dan kebakaran pada reaktor itu akhirnya bisa dipadamkan dengan bantuan tentara AS.

Sebelumnya, ledakan terjadi pada reaktor pertama pada Sabtu lalu (12/3)

BACA JUGA: Malaysia Cambuk 30 Ribu Orang Asing

Selanjutnya, reaktor ketiga meledak dan terbakar pada Senin lalu (14/3).

Menyusul dua ledakan kemarin, tingkat radiasi di sekitar PLTN Fukushima No.1 plant di pantai timur Jepang melonjak drastisPerdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan dan Kepala Sekretaris Kabinet Yukio Edano pun menyatakan bahwa level radiasi itu berada pada tingkat yang membahayakan kesehatan manusia.

Bahkan, penyebaran radiasi juga sampai ke TokyoPemerintah menyatakan bahwa tingkat radiasi di ibu kota telah terdeteksi sedikit lebih tinggi di atas level normalKendati begitu, ditegaskan tidak sampai di taraf yang membahayakan.

Kan telah meminta warga yang berada sekitar 10 km hingga 20 km di luar zona nuklir tetap tinggal di dalam rumah"Saya meminta kepada bangsa dan seluruh warga negeri ini agar tetap bersikap tenang, meski insiden kali ini sangat memprihatinkan," kata Kan dalam pernyataan yang disiarkan televisi.

Meski begitu, warga Jepang kian diliputi perasaan waswasKecemasan bertambah setelah krisis nuklir meluas dan tidak kunjung redaMereka teringat pada bencana serangan nuklir pada Perang Dunia IISaat itu, dua bom atom dijatuhkan di Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh ASSedikitnya, 200 ribu orang tewas saat itu.

"Yang paling kami cemaskan adalah kebocoran radiasi dari reaktor nuklir," kata Kaoru Hashimoto, 36, ibu rumah tangga di Kota Fukushima, sekitar 80 km barat laut PLTN Fukushima Daiichi.

Meningkatnya kecemasan warga itu ditunjukkan lewat aksi borong terhadap berbagai bahan makanan dan kebutuhan pokokMenurut Hashimoto, rak-rak di supermarket telah kosong karena diserbu pembeli.
 
"Banyak anak yang sakit karena dinginnya cuaca saat iniTetapi, apotek dan toko obat tutupBanyak bantuan juga tidak sampai ke pusat-pusat evakuasi di kota ini," paparnya"Semua orang takut dan cemasMereka ingin keluar dari kota iniTetapi, tidak ada bahan bakar," lanjutnya.

Lebih dari 210 ribu warga di Fukushima telah dievakuasiMereka diungsikan ke sejumlah tempat penampungan yang telah disediakanKrisis di PLTN Fukushima terus memburuk sejak gempa dan tsunami menghancurkan sistem pendingin reaktor nuklir di sana.

Otoritas Keamanan Nuklir Prancis (ASN) kemarin juga menyatakan bahwa tingkat radiasi di PLTN Fukushima Daiichi telah diklasifikasikan pada level 6 dalam skala 1-7Itu berarti tingkat radiasi di sana hanya berada satu level di bawah bencana Chernobyl, Ukraina, pada 1986 yang mencapai level tujuh atau tertinggiKebocoran nuklir Chernobyl menewaskan sekitar 4 ribu jiwaLevel radiasi Fukushima juga di atas reaktor Three Mile Island, AS, sebesar lima saat terjadi bencana pada 1979.

Padahal, Senin lalu (14/3) ASN menyebut bahwa level radiasi di Fukushima mencapai lima atau enam"Saat ini situasinya berbedaKita berada di ambang bencana," kata Presiden ASN Andre-Claude Lacoste dalam jumpa pers di Paris, Prancis, kemarin

Belakangan, tingkat radiasi akhirnya menurun"Tidak hanya di PLTN Fukushima Daiichi, radiasi di Tokyo telah menurun," kata Yukio Edano.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga membenarkan bahwa enam jam setelah ledakan itu, level radiasi telah turunSaat itu, level radiasinya dilaporkan 0,6 millisieverts atau masih berada pada dosis yang bisa diterima manusia"Hasil observasi menunjukkan bahwa tingkat radioaktif sudah turun," kata pejabat lembaga PBB yang berpusat di Wina, Austria, tersebut.

Paparan radioaktif di atas 100 millisieverts (mSv) setahun dianggap sebagai level yang bisa memicu penyakit kankerManusia biasanya terpapar radiasi secara alami sebesar 2-3 mSv pertahun

Sebelumnya, IAEA dapat informasi dari Jepang bahwa radioaktif yang dilepas ke atmosfer dan lokasi PLTN sebesar 400 mSv per jam dosis radiasiHal itu diobservasi dari unit reaktor nomor tiga dan empat.  Angka itu 20 kali dari paparan yang diterima para pekerja industri nuklir setiap tahun.

Eksodus warga asing di Jepang juga meningkatTiongkok dan Taiwan kemarin  mengevakuasi warga mereka dari negara itu dengan dua pesawat terbangTiongkok juga menggunakan bus untuk evakuasi warganya dari FukushimaPrancis juga melakukan hal yang sama.

Di Bandara Haneda, Tokyo, antrean penumpang mengularMeski banyak warga asing yang ingin meninggalkan Jepang, penerbangan tidak tersediaBanyak maskapai yang membatalkan penerbangan atau memindahkan penerbangan ke kota lain di luar TokyoItu dilakukan untuk menghindari dampak radiasi di Tokyo.

EVA Airways membatalkan 14 penerbangan ke Tokyo dari TaiwanSelain itu, lima penerbangan ke Sapporo juag dibatalkanAir China membatalkan separo di antara enam kali penerbangannya setiap hari dengan rute Beijing-Tokyo kemarin dan hari ini (16/3).

Korban tewas akibat gempa dan tsunami juga terus bertambahData resmi menyebutkan bahwa 3.373 orang tewas dan 6.746 hilangTetapi, para pejabat Jepang memperkirakan lebih dari 10 ribu orang tewas dalam musibah tersebut.

Situasi di Tokyo makin sulitSelain kekhawatiran atas bahaya radiasi, listrik di kota itu tidak berfungsi alias matiTEPCO memberlakukan pemadaman kemarinSekitar 5 juta rumah tangga pun tidak dapat menikmati listrik di ibu kota(AFP/AP/Rtr/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditanya Soal Wikileaks, Dubes Australia Bungkam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler