Dua Wajah Asri Yuniar, Guru TK yang Jadi Vokalis Band

Pede Manggung Berjilbab, Meski Fans Anggap Aneh

Sabtu, 22 Oktober 2011 – 10:44 WIB
Asri saat tampil dalam salah satu konser. Foto : Dokumentasi pribadi

Kehidupan yang dilakoni Asri Yuniar ini bisa dikategorikan ekstremDi satu sisi, dia adalah vokalis band dengan aliran musik hardcore

BACA JUGA: 7 Tahun Tsunami, Pengunjung Dapat Sertifikat

Selama ini, jenis aliran musik tersebut diidentikkan dengan hal-hal yang berbau sangar atau brutal
Pada sisi lain, dia merupakan guru TK yang sehari-hari berjilbab

BACA JUGA: Zoya Amirin, Psikolog Seksual yang Mendunia lewat Website



 RAGIL UGENG, Bandung

PENAMPILAN Asri sehari-hari sangat santai
Ketika ditemui Jawa Pos di sebuah art center di kawasan Dago, Bandung, Rabu lalu (19/10), dia mengenakan sepatu teplek, celana jins, kaus oblong dengan baju rangkepan di dalamnya, serta berjilbab merah

BACA JUGA: Pasangan Yudanegara-Putri Bungsu Sultan Jogja setelah Sehari Menikah


 
Gaya bicaranya juga santai, terkesan malu-malu dengan logat Sunda yang sangat kentalSenyumnya tak pernah sekalipun surut.
 
Achi, sapaan akrab Asri Yuniar, memang sering nongkrong di kawasan itu bersama teman-temannya personel grup band GugatDi grup band yang musiknya beraliran hardcore itu, Achi adalah sang vokalis
 
Suara maupun aksinya bisa dilihat di YouTubeSalah satu masterpiece Gugat adalah lagu yang bertajuk KelamHingga kini, lagu tersebut sudah diunduh 12.851 orangFanspage di situs Facebook mereka juga sudah mencapai 9.605 penggemar
 
Gugat merupakan band ketiga bagi AchiSaat duduk di bangku SMA, dia sempat mendirikan band bernama Capability yang semua personelnya perempuanMereka paling sering membawakan lagu Nirvana yang beraliran grunge
 
Sayangnya, band tersebut tak bertahan lamaAchi lantas mendirikan band lagi bernama Dining OutAchi remaja seolah tak mengenal boyband yang saat itu menjamurDining Out bertahan cukup lama, hingga 2003Merasa jenuh, pada 2004, dia lantas membentuk Gugat yang bertahan hingga saat ini.
 
Kecintaannya pada musik cadas tersebut bermula saat Achi remaja sering menyaksikan band-band hardcore beraksi di GOR Saparua, Bandung"Dulu, kami kalau perform pasti selalu minta sebelum magribSebab, saya memang tidak boleh pulang setelah magribKarena itu, kalau ada yang mengundang, kami pasti meminta syarat untuk tampil sebelum magrib," ucap perempuan berusia 29 tahun tersebut
 
Terus berkutat dengan musik dan lingkungan penggemar hardcore juga sempat membuat perilaku Achi menyimpangDengan blak-blakan, dia mengungkapkan, saat SMA, dirinya senang nge-ganja, alcoholic, serta penikmat rokokSemua itu awalnya hanya iseng dilakukanApalagi, teman-teman ceweknya juga mau.
 
"Saya kalau narik (memakai ganja) juga sama teman-teman cewekSaya itu parno kalau narik, minum, atau ngerokok di depan cowok," tegas alumnus Unpad jurusan sastra itu
 
Tapi, semua kelakuan minus tersebut mulai hilang sejak dirinya memutuskan untuk berjilbabSejak itu, dia sama sekali tak menyentuh ganja maupun minuman beralkoholNamun, sesekali dia memang masih merokok.
 
Achi akhirnya benar-benar berhenti merokok setelah bertemu Hari Gartika yang kini menjadi pendamping hidupnya"Saya dulu juga sama dengan AchiSemua hal saya cobaMulai rokok, alkohol, sampai narikTapi, akhirnya berhenti totalBahkan, saya tak merokok sama sekali saat iniBedanya dari Achi, saya tidak suka musik hardcoreGrup band paling keras yang saya suka paling cuma Smashing Pumpkins," tutur Hari
 
Dia juga tak berkeberatan atas status Achi sebagai vokalis grup hardcoreDia bahkan total mendukung sang istriLelaki 32 tahun itu juga mengaku tak risi karena sang istri memakai jilbab ketika beraksi di panggungSebagai bentuk dukungan, Hari sering mengajak si buah hati, Runa Arieta Dzakirah, yang saat ini berusia empat tahun untuk menyaksikan Gugat beraksi
 
Peran Achi tentu tak bisa dianggap remeh di GugatSelain vokalis, dia berperan sebagai pencipta lirikUntaian kata dalam lagu Kelam dan Kamuflase merupakan contoh buah karyanya

Dia lebih sering memilih fenomena sosial untuk dituangkan menjadi lirikMeski, sesekali juga pengalaman pribadi maupun orang-orang terdekatnya.
 
"Lagu Kelam itu saya buat pas ibu meninggalKalau lagu Bapakku Seorang Demonstrans, saya terinspirasi ayah saya yang hingga saat ini masih aktif demoBeliau adalah korban PHK PT Dirgantara Indonesia (DI)Kalau pulang demo, ayah selalu cerita pengalamannya," ucapnya
 
Achi sebenarnya masih suka demam panggung jika sedang performMeski sudah malang melintang, rasa nervous tetap saja menggelayutinyaPersis seperti saat dirinya memutuskan untuk mengenakan jilbab.
 
"Dulu teman-teman meminta saya melepas jilbabMereka bilang saya aneh karena vokalis hardcore kok memakai jilbabPara fans juga mungkin merasa janggalTapi, saya cuek ajaUntungnya, saya belum pernah mendapat perlakuan atau kejadian yang tak mengenakkan," ungkap Achi
 
Perasaan aneh juga dia alami saat pertama mengajar murid-murid TKSelain berstatus vokalis band hardcore, Achi menjadi guru di TK Kuncup Harapan BandungItu adalah TK warisan sang ibuAchi menjalankan peran itu sejak 2006
 
"Awalnya, saya sempat bekerja di sebuah bank swasta sebagai tenaga marketingTapi, saya tidak nyaman karena harus mengenakan kemeja atau celana kainSaat itu, saya merasa bukan menjadi diri sayaAkhirnya, hanya bertahan tiga bulan," ungkapnya.
 
Setelah sempat menganggur, dia akhirnya ditawari mengajar di TK tersebutItu juga merupakan tanggung jawab moralnya kepada sang ibuMeski, sebenarnya dirinya bisa saja mencari pekerjaan lainApalagi, bekerja di TK tersebut sama sekali tak memberikan keuntungan material.
 
Bayangkan, saat pertama bekerja, dia hanya digaji Rp 150 ribu per bulanSaat ini atau setelah hampir enam tahun bekerja, gajinya juga hanya Rp 300 ribuJumlah tersebut tentu di bawah nominal yang dia dapat ketika perform
 
Itu masih ditambah "siksaan" yang dialami terkait dengan busanaSama seperti saat menjadi tenaga marketing, Achi mesti mengenakan celana kain, kemeja, hingga blazerNamun, busana yang paling menyiksa adalah baju pinkSebab, dirinya penggemar berat warna hitam yang seolah menjadi ciri grup-grup band beraliran hardcore
 
Tapi, kehidupan di TK yang menampung 40 murid tersebut memang memberikan ketenteraman batin tersendiri bagi AchiSekaligus, menghilangkan kepenatan karena berbagai kesulitan yang membelenggunyaPembatalan konser, contohnya
 
Beberapa waktu lalu, Gugat juga sempat dilarang perform karena dianggap bakal memantik kerusuhanPadahal, band-band pembuka lebih dulu beraksiSelain itu, minimnya intensitas manggung membuat Achi resahSaat ini, Gugat paling hanya manggung sebulan sekaliPadahal, dulu mereka bisa lumayan sering perform
 
"Anak-anak itu lucuKadang juga orang tuanya yang lucuKadang orang tuanya yang godain saya dengan mengucapkan salam, tapi suaranya diserak-serakin seperti saat saya nyanyiSejauh ini, tak ada masalah antara profesi saya sebagai vokalis dan guru," ucap Achi(c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nurmali, Bangun Pondok Merah Putih di Wilayah Sengketa RI-Malaysia di Camar Bulan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler