jpnn.com, JAKARTA - Sebagian besar reksadana saham aktif mencatatkan kinerja di bawah benchmark pada 11 dari 16 tahun terakhir.
Pada kelima tahun lainnya proporsi underperforming reksa dana saham aktif cukup besar.
BACA JUGA: Syailendra Balance Opportunity Fund Cetak Yield di Tengah Volatilitas
Besarnya proporsi underperforming ini memberikan tantangan bagi investor, memastikan produk pilihannya dapat konsisten memberikan imbal hasil yang lebih baik dari benchmark.
“Kami melihat adanya kebutuhan bagi investor untuk berinvestasi ada reksadana saham pasif,” ujar Presiden Direktur Syailendra Capital Fajar R Hidayat.
BACA JUGA: Aurat Istrinya Diumbar, Taqy Malik: Gue Cari Lu Sampai ke Lubang Semut, Kurang Ajar Banget
Syailendra memiliki dua produk reksadana pasif atau yang juga disebut reksa dana indeks.
Pertama, Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund (SMSCI). Reksa dana indeks ini mengacu pada indeks MSCI Indonesia Value Index yang berisi saham-saham undervalued.
BACA JUGA: Ini Kesempatan Emas Bagi Putra Putri Papua dan Maluku untuk Menjadi ASN
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund akan melakukan investasi dengan komposisi portofolio investasi minimum 80% dan maksimum 100% = dari Nilai Aktiva Bersih pada Efek bersifat ekuitas.
Hal ini akan diterbitkan oleh korporasi yang ditawarkan melalui Penawaran Umum dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dalam MSCI Value Index.
Lalu minimum 0 persen dan maksimum 20 persen dari Nilai Aktiva Bersih pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan/atau deposito.
Hasilnya, tiga bulan terakhir (cutoff date 30 Desember 2020), SMSCI mencatatkan yield 27,3% di tiga bulan terakhir dan 26,7% di enam bulan terakhir.
Kedua, Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund.
Passive Fund yang bertanggungjawab secara lingkungan dan sosial Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Fund adalah reksa dana indeks yang berinvestasi pada saham-saham dengan skor ESG, yang baik dan bertujuan untuk memperoleh imbal balik yang menarik dalam jangka panjang.
Reksa dana juga termasuk reksa dana indeks ETF sehingga investor dapat memperdagangkannya kapan saja karena tidak perlu menunggu NAB harian.
ESG adalah singkan dari dari Environment, Social, and Good Governance. Reksa dana berbasis ESG ini berisi emiten-emiten yang bertanggungjawab secara lingkungan, sosial dan memiliki tata kelola yang baik.
"Reksadana ini memiliki mandat utama yaitu berinvestasi pada efek saham sesuai dengan bobot indeks yang ingin direplikasi," ujar Fajar.
Tujuan utama dari reksa dana ini adalah untuk memberikan tingkat imbal hasil yang menyerupai indeks acuannya.
Hal ini berbeda dengan reksa dana aktif. Tujuan utamanya adalah untuk mengalahkan indeks acuan sehingga investor memiliki eksposur risiko yang lebih tinggi terhadap manajer investasi.
"Keberhasilan dari pengelolaan suatu ReksaDana Indeks, yaitu jika kinerja reksa dana tersebut sama persis dengan kinerja indeks yang digunakan," jelasnya.
Namun, umumnya tidak pernah terjadi karena ada biaya-biaya yang harus dibayar oleh reksa dana tersebut, yaitu biaya manajemen untuk manajer investasi, biaya bank kustodian, dan biaya transaksi jual beli saham atau obligasi.
Oleh sebab itu, ukuran keberhasilan yang sering digunakan adalah seberapa kecil perbedaan antara kinerja suatu reksadana indeks dengan kinerja indeks itu sendiri yang dikenal dengan istilah Standard Error (SE).
Besaran SE yang digunakan dalam suatu reksa dana indeks umumnya 1 persen.
Artinya manajer investasi akan berusaha keras agar kinerja reksa dananya perbedaan maksimumnya hanya 1% lebih tinggi atau lebih rendah dari indeks yang digunakan.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenko Perekonomian: Neraca Komoditas tak Akan Rugikan Industri
Redaktur & Reporter : Yessy