jpnn.com - JPNN.Com - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid menilai, perkembangan teknologi digital justru berpotensi merenggangkan ikatan kekeluargaan di tengah masyarakat. Sebab, asyarakat belum punya kendali terhadap perkembangan yang ada.
"Masyarakat kita masih gagap. Lihat saja sekarang di media sosial, isinya pertengkaran,” ucap Hilmar pada refleksi akhir tahun 2016 'Tantangan Merawat Kebangsaan Indonesia' yang digelar di Museum Nasional Jakarta, Kamis (29/12).
BACA JUGA: PDIP Diserang Kabar Hoax Bu Mega Sakit, Hasto Bereaksi
Hilmar menambahkan, informasi yang beredar di media sosial juga sering melenceng jauh dari akurasi. Namun, tetap saja pengguna media sosial menyebarkannya.
“Jadi alih-alih teknologi digital membangun ikatan, justru merenggangkan ikatan," tegasnya.
Selain merenggangkan ikatan, kata Hilmar, belum adanya kendali dari masing-masing individu terhadap perkembangan teknologi juga mengakibatkan munculnya kegelisahan-kegelisahan dari setiap informasi yang diterima. Misalnya terkait perkembangan politik di tanah air, bahkan ada sebagian masyarakat menyimpulkan Indonesia sekarang ini mulai seperti kehilangan arah.
BACA JUGA: Status Galau di Facebook Rentan Jadi Sasaran Empuk
"Padahal kan tujuan didirikannya negara ini sudah sangat jelas termaktub dalam UUD1945, sebagaimana disepakati pendiri bangsa. Namun karena informasi-informasi yang tak jelas, terkesan banyak masyarakat kehilangan arah. Jadi soal-soal yang saya kira karena kegagapan, memberi peluang memperdebatkan segala sesuatu," ucap Hilmar.
Menurut Hilmar, kondisi yang ada harus segera ditangani. Masyarakat harus memiliki kendali terhadap perkembangan yang ada.
BACA JUGA: Ade Komarudin Minta Masyarakat Waspadai Dunia Maya
Misalnya, terhadap informasi-informasi yang berkembang, penting mencari kebenaran terlebih dahulu. "Jadi kuncinya bukan menolak teknologi, tapi mari menolak penggunaan yang keliru," pungkas Hilmar.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkenalan di Facebook, Merayu untuk Bertemu, Lalu...
Redaktur & Reporter : Ken Girsang