Duh, Mesin Partai Belum Berkontribusi terhadap Elektabilitas Capres

Jumat, 08 Maret 2019 – 17:39 WIB
Pangi Syarwi Chaniago. Foto: dokumentasi pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Sarwi Chaniago mengatakan, pemilu serentak memberikan dilema yang membuat sebagian besar partai politik pusing tujuh keliling. Menurutnya, pemilu serentak memunculkan coattail effect, yakni sebuah pengaruh kuat capres terhadap elektabilitas partai pengsungnya.

Pangi menjelaskan, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah akan terjadi fenomena split ticket voting atau pembelahan dukungan pilihan, tidak tegak lurusnya antara pilihan capres dengan partai dan caleg.

BACA JUGA: Survei Lembaga Misterius: Prabowo - Sandi Menang Jauh

Berdasar data, ujar Pangi, Pemilu 2004 dimenangkan Partai Golkar dengan raihan 21,58 persen. PDIP meraih 18,53 persen. Sedangkan presentasi suara Partai Demokrat (PD) hanya 7,45 persen, namun berhasil mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih menjadi presiden dalam pilpres langsung 2004.

Menurut dia, PD yang hanya lima besar, bukan pemenang pemilu, bisa memenangkan pilpres karena terjadi split ticket voting atau tidak tegak lurusnya pilihan partai dengan magnet elektoral figur.

BACA JUGA: Ulama Pidie: Pilih Jokowi – KH Ma’ruf Amin Tidak Haram

"Ini disebabkan pembelahan dukungan di tingkat akar rumput basis dukungan PDIP dan Golkar akibat dari kesetiaan pemilih cair karena masih lemahnya partai ID di Indonesia," katanya, Jumat (8/3).

Nah, Pangi menjelaskan, situasi ini tentu akan menjadi masalah tersendiri bagi partai yang tergabung dalam koalisi yang bukan merupakan partai asal capres. Hanya saja, kata dia, partai-partai anggota koalisi masih punya jalan keluar.

BACA JUGA: Golput: Jokowi atau Prabowo Tak Pantas jadi Pemimpin Negeri Ini

Mereka harus membangun asosiasi yang kuat terhadap sang kandidat untuk memaksimalkan dukungan terhadap partainya. "Ini bukan pekerjaaan mudah," tegasnya.

Pangi menjelaskan aturan main seperti ini bisa dilihat dengan logika utama untuk memetakan posisi parpol. Pertama, logika koalisi. Dia menjelaskan, setiap partai yang tergabung dalam koalisi semestinya mempunyai kesepahaman memenangkan kandidat yang sama-sama diusung.

"Soliditas partai koalisi adalah kunci untuk mewujudkan tujuan ini, namun kontrak politik yang jelas menjadi prasyarat utama," ungkapnya.

Menurut dia, jika prasyarat utama ini tidak terpenuhi, soliditas partai yang tergabung dalam koalisi bisa terganggu. Koalisi yang dibangun dengan kontrak politik yang tidak mengikat anggotanya dengan kuat akan cenderung membuat masing-masing partai miskin loyalitas.

"Mereka mencari jalan yang menguntungkan bagi partai itu sendiri," ujarnya.

Kedua, logika partai. Dia menjelaskan parpol sebagai bagian dari alat untuk memaksimalkan kekuasaan tentu akan digunakan para anggotanya seoptimal mungkin. Karena itu, parpol akan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk memenangkan partainya.

"Semakin besar dukungan yang mereka dapatkan akan menentukan posisi tawar mereka di kemudian hari," katanya.

Menurut dia, atas dasar ini pula parpol koalisi yang merasa tidak diuntungkan akan mengambil jalan sendiri menyelamatkan partainya. "Apa pun yang terjadi, siapa pun presiden yang terpilih yang jelas masa depan partai adalah hal yang utama. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi partai yang tidak punya tiket capres," jelasnya.

Ketiga, logika elektoral. Menurut Pangi, situasi politik berkaitan dengan pemilu serentak membawa konsekuensi lain berkaitan dengan coattail effect yang memberi keuntungan maksimal hanya kepada partai formatur (partai asal capres).

"Partai non-formatur harus bermain cantik untuk memaksimalkan dukungan terhadap partainya, selain upaya asosiatif terhadap kandidat capres yang mereka usung," ujarnya.

Karena itu, Pangi melihat efektivitas mesin partai koalisi pendukung capres, di luar PDIP dan Gerindra, belum punya dampak yang signifikan mendongkrak elektabilitas capres-cawapres.

"Padahal, kunci kemenangan pilpres ada pada mesin partai, figur dan kepiawaian membaca tren perilaku pemilih, apa yang disenangi dan betul-betul mahir membaca apa yang dibutuhkan rakyat," kata direktur eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting, itu. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puluhan Pesantren dan Ratusan Mantan GAM Siap Menangkan Jokowi di Aceh


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler