jpnn.com, MAGELANG - AMR, tersangka pembunuh Kresna Wahyu Nurachmat, 16, ternyata bukan siswa yang terlalu berprestasi.
Berdasar informasi yang dihimpun koran ini, pelaku masuk SMA Taruna Nusantara (TN) melalui jalur kontribusi khusus.
BACA JUGA: Pembunuh Siswa SMA Taruna Dikeluarkan dari Sekolah
Jalur itu biasa diambil wali murid yang memiliki uang cukup banyak.
Dilansir dari laman https://taruna-nusantara-mgl.sch.id, jalur kontribusi khusus adalah cara masuk paling mahal ke SMA Taruna Nusantara.
BACA JUGA: Pembunuhan Siswa SMA TN Pertanda Darurat Pendidikan
Siswa yang masuk melalui jalur itu sanggup membayar secara sekaligus uang pangkal, uang komite sekolah, uang iuran sekolah bulan awal, dan uang kontribusi khusus minimal Rp 104,5 juta.
Untuk masuk ke SMA TN, memang banyak jalur yang bisa dipilih. Selain jalur kontribusi khusus, ada kategori iuran sekolah, beasiswa, dan undangan.
BACA JUGA: Pembunuh Krisna Hanya Bisa Dijerat Maksimal 10 Tahun
Humas SMA Taruna Nusantara Cecep Iskandar membenarkan bahwa nilai akademis tersangka biasa-biasa saja.
Bahkan, kali terakhir dia menduduki peringkat kelima dari bawah.
Pelaku juga disebut kerap melakukan pelanggaran. Terakhir, pelaku memalsu tanda tangan temannya untuk menarik uang di bank sebesar Rp 500 ribu.
"Pelanggaran ada. Dia (AMR, Red) paling sulit bangun, ibadah susah, sehingga harus dibangunkan beberapa kali sampai harus diciprati air mukanya. Kasus terakhir, ambil uang milik teman dengan cara palsukan tanda tangan di sebuah bank," papar Cecep.
Menurut Cecep, keseharian pelaku dianggap berbeda dengan rekan-rekannya.
Kadang pendiam, kadang juga penyendiri. Kadang juga sering membuat kacau dan membohongi rekannya.
Pihak sekolah, lanjut Cecep, sudah resmi mengeluarkan pelaku. Saat ini tinggal menunggu tanda tangan resminya.
"Status dikeluarkan secara de facto, de jure, sedang akan ditandatangani. Dalam waktu dekat sudah harus keluar," katanya. Cecep menambahkan, sekolah tidak menyediakan pendampingan hukum kepada pelaku. Sekolah menyerahkan kasus itu sepenuhnya kepada polisi.
Kepala SMA TN Usdiyanto menambahkan, kasus tersebut menjadi bahan evaluasi pihaknya.
Termasuk memberikan masukan terkait dengan perekrutan calon taruna kepada panitia di Jakarta.
"Kami rekomendasikan, untuk merekrut, sertakan pengamatan supaya anak abnormal seperti ini tidak masuk (SMA TN, Red)," tutur dia.
Menurut Usdiyanto, kejadian itu benar-benar tidak diduga maupun diprediksi.
"Tapi, kejadian itu harus tetap diterima. Juga, yang paling penting, anak-anak bisa kembali belajar dengan baik," ucap dia. (vie/isk/c11/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tentara Berbintang 3 Awasi Kasus SMA Taruna Nusantara
Redaktur & Reporter : Natalia