Pembunuh Krisna Hanya Bisa Dijerat Maksimal 10 Tahun

Minggu, 02 April 2017 – 14:12 WIB
Police line

jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan kasus pembunuhan siswa di Sekolah Taruna Nusantara (STN) Magelang sangat unik.

Dibilang unik karena mirip dengan kebanyakan kasus serupa di negara lain.

BACA JUGA: Tentara Berbintang 3 Awasi Kasus SMA Taruna Nusantara

Pembunuhan yang dilakukan remaja berawal dari luapan emosi, dilakukan pada malam hari, dan menggunakan senjata tajam.

Reza mengatakan, ledakan emosi adalah faktor tipikal pada aksi-aksi kekerasan remaja.

BACA JUGA: Misteri Pembunuhan Sadis di Puncak Permai

Namun, tetap sulit menerima teori itu juga berlaku di STN.

"Mungkinkah ada masalah menumpuk sehingga sakit hati "hanya" pemicu? Nah, menjadi relevan pertanyaan tentang ketersediaan tenaga dan fasilitas kesehatan psikis bagi remaja di sekolah," kata Reza dalam pesan singkatnya yang diterima JPNN, Minggu (2/4).

BACA JUGA: Motif Pembunuhan SMA Taruna Nusantara, Ternyata...

Mengenai pelaku pembunuhan, lanjutnya, bila dikenakan dakwaan pembunuhan berencana maka secara normal ancaman hukumannya bisa berupa hukuman mati.

Karena pelaku masih berusia anak-anak (belum 18 tahun), bisa jadi maksimal penjara 10 tahun.

"Itu risiko karena toh diversi (penyelesaian di luar persidangan) tidak mungkin dilakukan, mengingat ancaman hukuman yang lebih dari tujuh tahun tersebut," terangnya.

Menurut Reza, tujuan hukuman, termasuk pemenjaraan terhadap anak adalah melindungi masyarakat, merehabilitasi pelaku, dan mengintegrasikan pelaku ke masyarakat.

"Prospek keberhasilan rehabilitasi terhadap remaja yang melakukan pembunuhan (youth homicide offender), potensinya positif, apalagi bila rehab yang dilakukan maksimal. Itu berarti kemungkinan remaja menjadi residivis bisa ditekan," tuturnya.

Pengurus Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini menilai, potensi tersebut juga ada pada tersangka kasus STN.

Sebab, pelaku anak cerdas dan mempunyai pemahaman akan benar-salah. Empatinya sepertinya tetap ada.

Itu ditunjukkan saat dia--seperti pemberitaan media-- mengucapkan "maaf" sebelum beraksi.‎ (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa Taruna Nusantara Meninggal, Alumnus Turut Berduka


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler