jpnn.com, PRANCIS - Warga Prancis kemarin (23/4) memilih presiden ke-25 yang akan menggantikan Francois Hollande.
Terdapat 46,87 juta penduduk yang terdaftar dan memiliki hak suara.
BACA JUGA: Pyongyang Dituduh Tahan Dosen Amerika Serikat
Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pukul 08.00-19.00 waktu setempat.
Di kota-kota besar seperti Paris, TPS baru ditutup setelah pukul 20.00.
BACA JUGA: Bayar SPP Pakai Ternak, Untuk SD Kambing, SMP ke Atas Sapi
Itu adalah satu-satunya pemilu presiden (pilpres) Prancis yang digelar saat negara berstatus darurat.
Sejak serangkaian aksi teror pada 13 November 2015, pemerintah Prancis menerapkan status darurat dan baru berakhir setelah pilpres nanti.
BACA JUGA: Raja Salman Bikin PNS dan Militer Bersorak
Lebih dari 230 orang tewas akibat serangan teroris selama dua tahun terakhir.
Karena itulah, pemerintah menyiagakan 50 ribu petugas kepolisian dan 7 ribu tentara untuk menjaga 66.546 TPS dan beberapa lokasi lainnya.
Di Kota Nice, pemerintah kota juga mengerahkan petugas lokal untuk mendukung aparat keamanan.
"Sebelumnya tidak pernah ada ancaman di pemilu Prancis," ujar Wakil Wali Kota Nice Christian Estrosi.
Ada dugaan bahwa pelaku teror melakukan aksi saat pemungutan suara berlangsung.
Selasa lalu (18/4) polisi menangkap Mahiedine M. dan Clement B.
Mereka memiliki bom rakitan seberat 3 kg dan merencanakan serangan pada hari H pemungutan suara.
Meski keduanya telah ditangkap, tidak tertutup kemungkinan ada kelompok lain dengan niat serupa.
Karena kondisi yang masih rawan serangan, polisi sangat berhati-hati.
TPS di Kota Besancon sempat dievakuasi gara-gara ada kendaraan curian yang dibiarkan begitu saja di dekat lokasi pemungutan suara.
Mesin kendaraan tersebut masih hidup dan pelat nomornya telah diganti.
Tak mau ambil risiko, polisi lantas memanggil pakar bom untuk datang dan memeriksa mobil itu.
Ancaman keamanan tidak hanya terjadi di dalam negeri. Sehari sebelumnya, kantor konsulat Prancis di New York, AS, juga dievakuasi.
Permasalahannya sama, yaitu ancaman bom. Ada kendaraan mencurigakan yang diparkir di dekat gedung yang terletak di Fifth Avenue itu.
Saat itu, pukul 17.00, ada puluhan ekspatriat di dalam gedung untuk memberikan suara.
Pemungutan suara berjalan normal kembali 50 menit kemudian setelah polisi menyatakan aman.
"Setelah serangan di Champs-Elysees, kepolisian New York sudah diberi tahu agar waspada," kata Konsul Jenderal Prancis Anne-Claire Legendre.
Serangan di Champs-Elysees yang dimaksud Legendre itu terjadi Kamis (20/4).
Pelaku yang bernama Karim Cheurfi menembaki mobil polisi.
Seorang petugas tewas serta dua polisi dan satu turis terluka. Cheurfi akhirnya ditembak mati.
Dari 11 kandidat presiden yang bertarung, hanya 5 yang diunggulkan.
Yaitu, Emmanuel Macron yang mencalonkan diri secara independen, Marine Le Pen dari Partai National Front (FN), dan Francois Fillon dari Partai Republicans.
Lalu, Benoit Hamon dari Partai Socialist dan Jean-Luc Melenchon dari Parti de Gauche.
Sejauh ini, berbagai lembaga polling memprediksi Macron dan Le Pen-lah yang masuk putaran kedua dan kembali bertanding.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengungkapkan, tingkat kehadiran penduduk hingga tengah hari waktu setempat mencapai 28,5 persen.
Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kehadiran Pilpres 2012 pada waktu yang sama, yaitu 28,2 persen.
Hingga hari H pemungutan suara, 25 persen penduduk di dalam dan luar negeri yang memiliki hak suara belum menentukan pilihan.
Hal tersebut terjadi karena banyaknya skandal yang menyelimuti pilpres kali ini.
Salah satunya adalah masalah yang membelit Penelope Fillon, istri Francois Fillon.
Dia dituding memakan gaji buta karena hampir tidak mengerjakan apa pun, tapi dibayar sebagai asisten Fillon dan rekannya, saat masih menjadi anggota parlemen.
"Saya tidak menyukai satu pun dari kandidat yang ada. Mereka semua mengecewakan. Kemungkinan terburuk, saya akan menyerahkan balot kosong saja," ujar Ghislaine Pincont, penduduk Lille. (AFP/Reuters/AP/TheLocal France/sha/c19/oki/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semakin Bertingkah, Korut Sandera Warga Negara AS
Redaktur & Reporter : Natalia