jpnn.com - JAKARTA - Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi buah simalakama bagi PDIP yang menjadi pemenang Pileg maupun Pilpres 2014.
Pengamat politik Andar Nubowo mengatakan bahwa sebenarnya menaikan harga BBM bukan hal yang baru bagi PDIP di bawah pimpinan Megawati Soekarnoputri. Saat menjadi presiden, Mega yang juga memiliki kekuatan parlemen hasil kemenangan PDIP di Pemilu 1999 pernah menaikan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu pada Maret 2002 dari harga Rp 1.450 per liter menjadi Rp 1.550 per liter dan pada Januari 2003 menjadi Rp 1.810 per liter.
BACA JUGA: Muktamar PKB Diisi Acara Testimoni Spirit of Gus Dur
Namun, lanjut Andar, setelah Mega turun dikalahkan SBY, PDIP mencitrakan diri sebagai partai oposisi yang aspiratif terhadap rakyat. Untuk itu, partai berlambang banteng moncong putih ini selalu berada posisi menolak setiap ada isu kenaikan BBM.
Citra PDIP dan Jokowi yang aspiratif terhadap rakyat harus menghadapi pilihan pahit di awal kepemimpinannya. Di tengah harga BBM yang fluktuatif cenderung meningkat, PDIP dan Jokowi dihadapkan pada pilihan menaikan harga atau APBN terbebani.
BACA JUGA: Apresiasi Penolakan Maruarar soal Rencana Kenaikan Harga BBM
"Sekarang jadi bumerang. PDIP seperti mendapat buah simalakama," ujar direktur eksekutif IndoStrategi tersebut kepada Rakyat Merdeka Online (Grup JPNN.com), Sabtu (30/8).
Andar menyebut, keputusan Ketua Umum Megawati yang menyatakan bahwa PDIP mendukung kenaikan harga BBM seakan telah menjawab pilihan apa yang akan diambil oleh Jokowi nanti. Keputusan ini secara langsung juga telah menodai citra baik PDIP di masyarakat.
BACA JUGA: Ogah Naikkan BBM, SBY Dituding Utamakan Popularitas
"Citra PDIP selama ini telah ternoda. Bahkan sekarang partai ini bisa disebut plin-plan," tandas Andar Nubowo. (ian/rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ciptakan Toilet Portabel demi Mudahkan Jemaah Haji
Redaktur : Tim Redaksi