jpnn.com, JAKARTA - Salah satu tantangan pemerintah Indonesia di sektor kesehatan adalah pemerataan jumlah dokter agar sesuai dengan rasio jumlah penduduk.
Saat ini, Indonesia menempati peringkat ketiga terendah di negara wilayah ASEAN dalam hal golden line ratio jumlah dokter, termasuk dokter umum, spesialis dan sub-spesialis.
BACA JUGA: Klinik Bedah Plastik Kini Hadir di Bandung, Tak Perlu Jauh-jauh ke Korsel
Indonesia hanya memiliki sekitar 140 ribu dokter aktif. Angka tersebut masih jauh dari persentase jumlah dokter sesuai standar World Health Organization (WHO), yakni sebesar 270 ribu dokter aktif.
Pengembang aplikasi digital Klinik Pintar menilai pemenuhan standar rasio dokter di Indonesia terkendala setidaknya dua hal utama.
BACA JUGA: Klinik Geriatri Fasilitasi Kebutuhan Lansia, Tetap Sehat dan Produktif
“Pertama, target pemenuhan dari 10 tahun molor sampai 12 tahun karena hampir 20 persen dokter bekerja di bidang manajerial di fasyankes masing-masing. Kedua, lulusan dokter umum dan spesialis notabene terkonsentrasi kota-kota tertentu yang akhirnya membuat upaya distribusi ke daerah terhambat,” tutur Chief of Medical Klinik Pintar dr. Eko S. Nugroho, MPH.
Tantangan kesehatan lainnya yang saat ini masih terjadi di Indonesia adalah keterbatasan akses dokter spesialis di primary care. Data dari Kementerian Kesehatan, per 1 April 2022 jumlah dokter umum dan dokter spesialis di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 122.023 orang dan kekurangan sebesar 8.182 orang dokter.
BACA JUGA: Kominfo: Transformasi Digital Klinik, Upaya Peningkatan Layanan Kesehatan
Sementara itu berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) per 1 November 2022 terdapat total 48.784 dokter spesialis di Indonesia dimana hanya 44.753 yang saat ini memiliki STR aktif.
Di sisi lain, fasilitas Kesehatan Spesialistik dalam bentuk Klinik Utama masih menangani kondisi medis pasien dengan fasilitas yang terbatas. Hal ini membuat pasien-pasien dengan kondisi medis tertentu yang sebenarnya bisa ditangani sampai tuntas di klinik tersebut harus dirujuk ke rumah sakit karena fasilitas yang kurang memadai.
Kondisi di atas mendorong Klinik Pintar untuk terus mencari solusi agar Klinik Utama bisa menjadi center of excellence yang mampu menangani kondisi medis pasien secara tuntas dan menyeluruh.
Salah satunya melalui kerja sama clinic management dengan Klinik Armedika di Kelapa Gading yang merupakan klinik spesialisasi anak dengan gangguan pertumbuhan tidak ideal sesuai usia, gangguan bicara, gangguan pergerakan, konsultasi anak umum, dan vaksinasi.
Kerja sama ini ditujukan agar pasien dengan kondisi medis tertentu dapat terlayani di satu klinik sehingga meminimalisir kemungkinan perujukan ke fasilitas kesehatan lain untuk menangani kondisi yang sama.
Pasien juga tidak perlu khawatir karena klinik sudah bekerja sama dengan asuransi swasta, sehingga memudahkan pasien untuk menghemat biaya kesehatan.
“Inisiatif ini kami lakukan untuk mendukung pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Kami fokus meningkatkan akses dokter spesialis di primary care agar kondisi medis yang bisa ditangani sampai tuntas di klinik bisa terjadi, sehingga Rumah Sakit bisa lebih fokus untuk menangani pasien dengan kondisi berat yang memang lebih membutuhkan advance treatment,” kata dr. Eko.
dr. Arroyan Wardhana, SpTHT-KL selaku Pemilik Klinik Armedika mengatakan bahwa kehadiran Klinik Armedika by Klinik Pintar merupakan salah satu contoh implementasi kerja sama clinic management melalui peningkatan fasilitas kesehatan spesialistik lengkap dan menyeluruh di bidang tumbuh kembang anak, mulai dari konsultasi dokter spesialis anak hingga terapi okupasi dan terapi wicara.
“Klinik Armedika sangat terbantu dengan adanya kerja sama dengan Klinik Pintar karena kami tidak hanya didukung dari sisi digitalisasi klinik, namun juga transformasi infrastruktur klinik hingga kerja sama pengembangan dan pengelolaan klinik. Jadi, pasien yang datang ke klinik tidak hanya bisa berkonsultasi dengan dokter, tetapi bisa langsung mendapatkan perawatan lanjutan spesialistik dengan nyaman,” tambah ujar dia saat soft launching Klinik Armedika by Klinik Pintar.
Perwakilan dari Seksi Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat Dinkes Jakarta Utara Julyadi mengapresiasi inisiatif Klinik Pintar dalam memperlebar akses masyarakat kepada klinik-klinik spesialis.
“Apa yang dilakukan Klinik Pintar bisa dibilang manifestasi atas promosi transformasi digital kesehatan di Indonesia oleh pihak swasta. Saat ini, terdapat 125 klinik pratama di Jakarta Utara, masih kurang dari jumlah ideal klinik pratama yang dianjurkan di daerah ini, yaitu 147 klinik. Harapannya, dengan kemudahan yang ditawarkan sistem Klinik Pintar, akan ada lebih banyak klinik kesehatan yang mulai beralih mengadopsi digitalisasi untuk perkembangan bisnisnya,” tutur dia.
dr. Eko menambahkan, aksi ekspansi di atas adalah bagian dari realisasi bisnis di bidang Clinic Management.
Rencananya, pada Januari nanti Klinik Pintar akan mendirikan Klinik Neuro Care dengan spesialisasi penanganan syaraf, nyeri kepala, dan gangguan gerak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif