Dulu Dicibir, Kini Kakinya Sampai Bengkak Layani Pelanggan

Minggu, 18 Maret 2018 – 00:34 WIB
Yundi, sang bartender jalanan, bersama barang dagangannya. Foto: AGUS FATARONI/RADAR SAMPIT

jpnn.com - Sebagai penjual es blender, Yundi punya daya tarik tersendiri. Dia bergaya ala bartender saat berjualan. Aksinya mampu menarik pelanggan. Bahkan, sempat viral di media sosial.

AGUS FATARONI, Palangka Raya

BACA JUGA: Enak Begini, Dekat Keluarga, Jauh dari Maksiat

Sukses yang diraih Yundi saat ini tak datang begitu saja. Saat memulai inovasi usahanya itu, dengan bergaya ala bartender, pemuda berusia 28 tahun tersebut banyak mendapat cibiran negatif dari masyarakat. Bahkan, ada yang menyebutnya ”takatek” (mabuk). Ada juga yang menyebutnya orang gila.

”Saya pernah dikatain takatek, bahkan dikatain seperti orang gila. Tetapi, saya menanggapi dengan positif saja, dengan memberikan teguran kepada yang bersangkutan untuk berbicara sopan,” katanya saat dibincangi Radar Palangka (Jawa Pos Group) di kedai miliknya, Kota Palangka Raya, Kalteng, Kamis (15/3).

BACA JUGA: Sutopo Purwo tetap Bikin Rilis sebelum ke Ruang Operasi

Meski ada yang menilai negatif, Yundi tak mau menyerah. Hasilnya, aksinya viral di media sosial dan masuk televisi.

Pelanggannya pun terus bertambah karena penasaran dengan kreasinya itu. Saking terkenalnya, kedai miliknya pernah dijadikan tempat syuting video klip lagu terbaru milik salah satu musisi asal Kalimantan Selatan yang cukup terkenal.

BACA JUGA: Berkat Kecerdikan Indah, Nela Kembali ke Pelukan Bunda

”Beberapa waktu lalu tempat ini digunakan untuk syuting Marion (nama musisi, Red). Tentunya itu menjadi kebanggaan sendiri bagi saya, karena menurut orang, gaya berjualan dengan menampilkan gerakan ala bartender baru ada pertama kali di Kalteng,” tuturnya.

Yundi mengaku menjalankan usahanya sejak dua tahun lalu. Namun, karena ada beberapa tawaran pekerjaan lainnya, dia sempat berhenti.

”Awalnya saya sudah berdagang di Jalan Yos Sudarso, tetapi karena ada tawaran pekerjaan lain, akhirnya barang dagangan saya berikan kepada pelanggan secara gratis dan saya berhenti berdagang,” katanya.

Yundi juga sempat sempat menjadi nelayan lokal. ”Namun, karena resiko sebagai nelayan cukup tinggi karena adanya binatang buas seperti buaya, akhirnya saya membuka lagi jualan tersebut,” ujar ayah dari dua orang anak ini.

Yundi yang biasa disapa Maskot ini termasuk orang yang senang membuat penasaran. Bisa dilihat dari nama lapak yang dibuatnya, yaitu ”Bara Bere”.

Bukan hanya nama yang membuat orang tertarik. Lapak yang terbuat dari kayu tersebut banyak dihiasi dengan lampu warna-warni bak lampu diskotek.

Selama menjalani usahanya, menurut Yundi, tak sepenuhnya mulus. Dia harus bekerja keras sepanjang hari.

”Saya pernah melayani pelanggan di hari libur, mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Hasilnya, kaki saya pernah bengkak, karena kebanyakan pelanggan yang datang. Inginnnya saya yang melayani, sampai para pelanggan rela menunggu saya,” ujarnya. (***/ign)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumpah, tak Tahu Aturan Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler