Dunia Apresiasi Korektif Pembangunan Kehutanan di Indonesia

Kamis, 26 Juli 2018 – 13:00 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Pertemuan The 24th Session of the Committee on Forestry (COFO-24) of the Food and Agruculture Organization (FAO), telah diselenggarakan di Roma, Italia, pada 16-20 Juli 2018.

Pertemuan dihadiri oleh lebih dari 600 delegasi dari 100 negara anggota, 7 negara observer, 5 Badan PBB, dan 42 organisasi non-pemerintah.

BACA JUGA: Cegah Karhutla, Pemprov Kalteng Gelar Apel Siaga  

Pertemuan COFO-24 diselenggarakan secara bersamaan dengan 6th World Forest Week (WFW-6).

Delegasi Republik Indonesia (RI) dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, dan anggota delegasi terdiri dari unsur KLHK, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan KBRI Roma, Lemhanas, Yayasan Kehati, serta Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI). 

BACA JUGA: KLHK Sudah Berikan 48 Sanksi untuk Freeport Indonesia

COFO-24 telah berlangsung dengan efektif dan dengan tingkat kehadiran peserta yang cukup besar.

Delegasi RI yang dipimpin Menteri LHK hadir dan sangat aktif dalam Sidang COFO-24, mulai dari penyampaian sambutan pada sesi Pembukaan yang dipimpin oleh Mr. Akram Chehayeb Menteri Pertanian Lebanon, selaku chairman.

BACA JUGA: 3 Tempat di Indonesia Siap Daftar jadi Cagar Biosfer Dunia

Kehadiran Menteri LHK, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) dan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) pada berbagai sesi dan events sangat diapresiasi.

Dalam sesi pembukaan, Menteri LHK menyampaikan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam mengarusutamakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dalam kebijakan nasional.

Dalam konteks ini, disampaikan kontribusi sektor kehutanan Indonesia dalam pencapaian TPB 15 (life on land) melalui penurunan tingkat deforestasi, TPB-1 (no poverty),10 (reduced inequality), 3 (good health and well-being), 8 (decent work and economic growth) melalui program-program perhutanan sosial, 12 (sustainable production and consumption) melalui Sistem Verifikasi Legalitas Kayu, dan 13 (climate actions) melalui REDD+.

Disampaikan pula mengenai perubahan paradigma yang terjadi di Indonesia, di mana kebijakan dan upaya tidak lagi hanya ditujukan untuk mencapai produksi hutan yang berkelanjutan, tetapi juga ditujukan untuk menciptakan keseimbangan antara nilai sosial, lingkungan dan ekonomi yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat.

Perubahan paradigma juga ditunjukkan oleh diprioritaskannya peran masyarakat di dalam dan sekitar hutan untuk ikut serta mengelola sumber daya hutan secara lestari. 

Pada rapat evaluasi kehadiran di COFO-24 di Jakarta (26/7/2017), Menteri Siti mengungkapkan bahwa sepanjang dirinya bertugas ke luar negeri, perjalanan ke Roma kemarin adalah yang terbaik.

"Yang terbaik dalam arti, maknanya untuk hutan Indonesia. Karena sudah terlalu lama internasional itu "pandangannya liar" tentang hutan kita. Pada pertemuan FAO itu kita punya kesempatan yang baik," kata Menteri Siti.

Kesempatan yang baik menurut Menteri Siti adalah ketika dia bisa menjelaskan kepada dunia internasional, berbagai kebijakan dan tindakan korektif pembangunan kehutanan di Indonesia.

Selain itu, Indonesia bekerja sama dengan FAO menyelenggarakan Side Event bertempat di Sheikh Zayed Center, FAO (17/7).

Side Event ini ditujukan untuk mendiseminasikan publikasi terbaru Indonesia, The State of Indonesia Forest (SOIFO) 2018.

SOIFO diharapkan bisa meningkatkan awareness internasional terhadap beragam tindakan korektif yang telah dilakukan Indonesia di sektor kehutanan dalam kerangka perubahan paradigma kebijakan pembangunan kehutanan menuju keseimbangan baru.

Menteri LHK menjadi pembicara utama dalam acara ini yang kemudian mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari kalangan internasional.

Tindak lanjut yang diperlukan pasca COFO-24 ini adalah upaya memperbaiki dan memutakhirkan dokumen SOIFO secara berkala. SOIFO nantinya akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia agar bisa tersosialisasikan dengan mudah ke stakeholder kehutanan dan masyarakat umum.

Publikasi SOIFO ini tampil sangat menonjol selama berlangsungnya COFO-24. Saat berlangsungnya Side Event ini, Menteri LHK mempresentasikan rangkaian kebijakan dan tindakan korektif yang dirangkum dalam publikasi tersebut.

COFO-24 menghasilkan serangkaian rekomendasi kepada negara-negara anggota dan juga kepada FAO. Indonesia perlu menidaklanjuti berbagai hal di antaranya adalah mencermati publikasi dari FAO, State of the Worlds Forests 2018 dan menyampaikan perbaikan kepada FAO agar publikasi tersebut lebih akurat.

Selanjutnya adalah memperbaiki pengumpulan data dan informasi mengenai peran hutan pada ketahanan pangan.

Indonesia juga diminta partisipasi aktif sebagai ahli pada gelaran 1st World Forum on Urban Forests di Mantova, Italy, November 2018. 

Selanjutnya, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi forum pengendalian penggunaan lahan, yang mencakup kepentingan berbagai stakeholder serta sarana pemerintah untuk mengendalikan daya dukung lingkungan.

Hal tersebut sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang.

Secara umum, Indonesia meminta FAO untuk memberikan lebih banyak perhatian untuk sektor kehutanan pada FAO Regional Conference.

COFO-24 juga menghasilkan serangkaian rekomendasi untuk FAO, umumnya agar membantu negara anggota dalam melaksanakan berbagai hal.

Dalam waktu dekat, Indonesia akan memperkuat kerjasama dengan berbagai pihak dalam pembangunan bidang kehutanan.

Misalnya dengan FAO terkait ketahanan pangan, akan dimulai pejajagan kerjasama dalam hal pendampingan kelompok tani hutan sosial khusus agroforestry.

Tenaga ahli penyuluhan dalam bidang pertanian akan diminta berbagi pengetahuan dan pengalamannya.

Selain itu, dalam hal perlindungan hutan dan peningkatan kapasitas penanggulangan kebakaran hutan, kerjasama dengan US Forest Service akan diperkuat.

Kerja sama yang sudah lama ini akan ditambah dengan memasukkan kebijakan kehutanan nasional terbaru termasuk di dalamnya perhutanan sosial.

Terakhir, Indonesia akan meluncurkan International Tropical Peatland Center (ITPC). ITPC ini akan menjadi pusat riset pengelolaan gambut tropis yang berkelanjutan kelas dunia bersama CIFOR. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suzuki Ertiga dan Karimun Paling Irit Versi KLHK


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Menteri Siti   KLHK  

Terpopuler