Durban Tak Sesemarak Joburg

Kamis, 17 Juni 2010 – 08:40 WIB
KURANG - Geliat menyambut perhelatan Piala Dunia 2010 di Durban, terasa tak sesemarak di Sandton, Johannesburg. Foto: Dani Nur Subagyo/Jawa Pos.

DURBAN - Geliat menyambut perhelatan Piala Dunia (PD) 2010 di Durban, tak sesemarak di Sandton, JohannesburgSetidaknya, itu dilihat dari dua jenis tempat yang sering dikunjungi warga Afsel, yakni mal dan kasino.

Di Gateway, mal terbesar di Durban, kemeriahan menyambut PD tak seperti di Sandton City - salah satu mal terbesar di Sandton

BACA JUGA: Siapa yang Bakal Tereliminasi Duluan?

Jika di Sandton City, hampir semua konter memasang berbagai atribut berbau bola, di Gateway hanya konter-konter  tertentu
Itu pun tak lebih hanya memasang bendera negara-negara kontestan.

Semangat pengelola mal di Sandton City juga menggebu

BACA JUGA: Terkecoh Ramalan Cuaca

Misalnya, membuka stan khusus yang melayani secara gratis siapa saja yang ingin wajahnya dilukis dengan model dan warna bendera negara-negara kontestan
Di Gateway, tidak ada yang seperti itu

BACA JUGA: Matraka untuk Saingi Vuvuzela

Pihak pengelola mal hanya memasang aksesoris yang terkesan sekadarnya, menampilkan bendera-bendera negara kontestan PD 2010 di langit-langit mal.

Selama hampir dua jam di Gateway, hampir tak ditemui lalu-lalang suporter dari negara lainPadahal, di Sandton City, mudah sekali menjumpai suporter dari Argentina, Meksiko, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan lain-lainMereka biasanya berkumpul dan membaur dengan para suporter Bafana Bafana - sebutan tim Afsel - di sebuah areal yang disediakan pengelola Sandton City untuk sekadar kongkow-kongkow sambil nonton barengDi Gateway tak ada tempat seperti itu.

Di Sandton City, juga sering sekali terdengar tiupan vuvuzela - terompet khas AfselSementara selama dua jam di Gateway, tak ada sekali pun terdengar bunyi vuvuzela.

Kondisi di jalan-jalan juga tak sesemarak di SandtonJika di kota baru di Johannesburg (Joburg) itu hampir semua kendaraan yang melintas memasang bendera Afsel, di kanan atau kiri kaca mobil, atau sebagai pembungkus kaca spion, di Durban jarang sekali ditemui hal seperti itu.

"Memang berbeda, di Durban dengan JoburgFanatisme sepak bola lebih terasa di Joburg," kata Brandon Smith, warga Johannesburg yang ditemui Jawa Pos di Gateway bersama isteri dan empat anaknyaDia mengatakan, sedang ada tugas di Durban dan mengajak seluruh keluarganya.

"Lihat anak sayaMereka semua pakai kaus Bafana BafanaSaya kira, di sini akan banyak yang (pakai kaus) seperti ituTernyata, hanya anak saya yang pakai kaus Bafana Bafana," kata pria kulit putih yang lahir dan tumbuh di Joburg itu, sambil tersenyumTiga anaknya memang mengenakan kaus Bafana BafanaMereka masing-masing bernama Daniel (9), Ricki (6) dan Ashy (1,5 tahun).

Smith juga membandingkan dengan suasana di Joburg menjelang tim Bafana Bafana bertanding"Kalau sekarang Anda berada di Sandton, pasti akan merasakan antusiasme warga menyambut dan memberi semangat Bafana Bafana yang akan bertanding besok (dinihari WIB tadi, Red)Tapi di sini, yang saya tahu, tidak ada suporter (Bafana Bafana) yang gila memberi dukungan seperti di Joburg," kata pria berusia 39 tahun itu.

Penilaian Smith memang tak salahBeberapa hari sebelum kick off antara Afsel melawan Meksiko (11/6) lalu misalnya, suasana di jalan-jalan maupun di mal-mal di Joburg, hampir selalu meriah oleh kegilaan para suporter Bafana Bafana(kum/cfu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mal Khusus Asia di Johannesburg


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler