Mal Khusus Asia di Johannesburg

Catatan Kurniawan Muhammad dari Afsel

Rabu, 16 Juni 2010 – 09:33 WIB
ASIA - Cafe shop di Trade Route Mall yang berada di kawasan Lenasia, 52 km dari Sandton, Johannesburg. Di sini banyak warga muslim, serta orang Asia pada umumnya. Foto: Yuyung Abdi/Jawa Pos.
MAL yang berdiri di Johannesburg, rupanya menyesuaikan dengan karakter dan latar belakang sebagian besar penduduk di sekitar mal ituIni kesimpulan saya, ketika saya mampir ke Trade Route Mall yang terletak di kawasan Lenasia

BACA JUGA: Indonesia Ikut Pameran FIFA

Dari Sandton ke kawasan itu, menempuh jarak sekitar 52 kilometer.

Saya menduga, mungkin asal nama Lenasia adalah Land Asia (tanah untuk orang-orang Asia)
Karena di kawasan itu, sebagian besar penduduknya adalah warga dari keturunan negara-negara di Asia

BACA JUGA: Bantuan Vuvuzela, Penentuan Nasib Afsel

Paling banyak adalah keturunan India
Oleh warga setempat, "land Asia" lantas menjadi "lenasia" untuk mempermudah penyebutan

BACA JUGA: Pilih Mendukung Semua Tim

Sekali lagi, ini hanya dugaan saya.

Trade Route Mall sendiri tidak begitu besarBangunannya berdiri di atas lahan yang luasnya hampir separuh lapangan sepak bolaMal itu punya empat lantai, belum termasuk satu lantai yang terletak di basement.

Begitu masuk ke Trade Route Mall, kebanyakan yang berada di dalam mal itu memang orang-orang yang berwajah India dan ArabBahkan, tak jarang saya menjumpai sekelompok wanita berjilbab, serta ada di antaranya yang mengenakan cadarJarang sekali saya menjumpai di mal itu orang-orang bule, atau warga Afsel yang berkulit putih.

Sesekali juga bertemu dengan warga Afsel yang berkulit hitam"Ini memang mal-nya orang-orang Asia," kata Sherin, perempuan yang berkenalan dengan saya ketika sama-sama berada di sebuah kafe di mal ituSherin adalah warga Afsel berdarah campuranAyahnya penduduk asli Afsel berkulit hitam, dan ibunya berdarah India"Saya tinggal sekitar lima kilometer dari sini," katanya.

Sherin mengatakan, warga kulit hitam di Afsel, sangat menghormati keberadaan orang-orang AsiaTerutama yang berasal dari India"Perekonomian di Afsel, hampir sebagian besar dikuasai orang-orang India," kata perempuan yang mengaku sebagai pengajar di sebuah sekolah menengah di Lenasia itu.

Yang menyenangkan buat saya, fasilitas Wifi tersedia secra gratis di seluruh areal mal itu, meski tidak ada tulisan bahwa areal mal itu dilengkapi dengan fasilitas WIFISaya tahunya setelah membuka laptop, dan sinyal Wifi itu langsung bisa tertangkap.

Yang membedakan Trade Route Mall dengan mal-mal lain di Johannesburg yang saya kunjungi, adalah tulisan petunjuk untuk toiletDi mal itu, untuk menunjukkan toilet laki-laki, adalah gambar pria bercelana panjangSedangkan untuk perempuan, digambarkan wajah yang dibalut semacam penutup kepala, mirip seperti jilbabPetunjuk untuk salat bagi muslim, juga terpasang cukup jelas, yakni bertuliskan: Prayer Room.

Kebetulan saat berada di mal itu, waktu sudah menunjukkan jadwal salat dzuhurSaya tidak sulit untuk mencari lokasi tempat salat di Trade Route MallBerbeda dengan di Sandton City, sebuah mal terbesar di SandtonDi mal itu memang disiapkan tempat untuk salatTapi untuk menuju ke sana, harus bertanya beberapa kali, karena lokasinya terletak di areal parkir di lantai basement.

Tempat salat di Trade Route Mall menempati ruangan yang hanya cukup ditempati sekitar 25 jamaahYang menarik adalah tempat wudunya yang terdiri dari empat kranDi kran-kran itu, jamaah bisa memilih, apakah berwudu dengan air dingin atau air  hangatPilihan air seperti ini, umumnya dijumpai di hotel-hotel.

Rasanya, saya betah berlama-lama di mal ituSayang, saat itu saya harus pergi ke tempat lain, setelah salat dzuhur(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penumpang Bus Beralih ke Kereta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler