Dwi Djoko: ISIS Itu Gampang Memusryikkan dan Kafirkan Orang

Pengakuan WNI Eks ISIS

Jumat, 15 September 2017 – 03:00 WIB
Dwi Djoko Wiwoho. Foto: Dok PMD/BNPT

jpnn.com, BATAM - Dwi Djoko Wiwoho, pejabat Badan Pengusahaan (BP) Batam yang menghilang bersama keluarganya sejak 2015 lalu dan bergabung dengan ISIS di Suriah, akhirnya muncul ke publik setelah dideportasi ke Indonesia sejak 12 Agustus lalu.

Dalam video yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Senin (11/8) lalu, Djoko mengisahkan keadaan yang dia jalani bersama keluarganya di Suriah.

BACA JUGA: Ternyata 2 Rekan Pelaku Hipnotis Ini Buronan Mabes Polri

Pria yang pernah menjabat Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP itu menilai ISIS tak lebih sebagai kelompok pencari wanita.

Djoko merasa tertipu oleh proganda ISIS yang dia dapat di internet dan media sosial. Kenyataan yang dia hadapi sangat jauh berbeda. "Katanya dulu ada sekolah gratis. Tapi begitu nyampe di sana malah disuruh kawin," ujar Djoko seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

BACA JUGA: Dua Kapal Tabrakan di Selat Singapura, Lima ABK Hilang

"Banyak itu yang nawar, melamar datang. Sampai anak saya yang kecil itu ditanya, kalau sudah haid kasih tahu ya," tutur Djoko.

Djoko terlihat kurus dan lesu. Jenggot yang dia pelihara terlihat sedikit memutih. Rambutnya juga kusut.

BACA JUGA: DPRD Tuding PLN Batam Coba Menakuti Masyarakat

ISIS, kata Djoko, gampang mengkafirkan orang-orang yang tidak segaris dengan mereka. "Mereka gampang sekali memusryikkan seseorang. Kalau tidak sesuai dengan pemahaman yang dianut oleh mereka dianggap murtad, kafir," katanya.

Djoko dan keluarga kembali ke Indonesia bersama keluarga pada Sabtu 12 Agustus lalu. Mereka adalah Ratna Nirmala (istri) dan ketiga putrinya masing-masing Syarafina Nailah, Nurshadrina Khairadhania, dan Tarisha Aqila Qanita.

Sesampainya di Jakarta, Djoko dan keluarga dibawa ke Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok. Di sana, dia bersama 13 orang rombongan yang dideportasi dari Suriah menjalani program deradikalisasi.

Kabag Penum Divisi Humas Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul, mengatakan ada beberapa perlakuan dari Polri untuk menangani WNI yang dideportasi dari luar negeri. Pertama, jika mereka dipastikan tiba karena dideportasi maka akan diperiksa.

"Kedua, kalau terkait aksi terorisme, kita proses. Ada DPO (Daftar Pencarian Orang) misalnya ada setahun lalu dikirim tersangka (dari luar negeri, lalu diperiksa)," ujarnya.

Ketiga, jika WNI itu dideportasi tidak terkait masalah apapun, maka akan dikembalikan kepada keluarga di Indonesia. "Keempat, kalau dia terduga terkait ISIS, kita lakukan satu program deradikalisasi," imbuh Martinus.

Sementara rumah Djoko di Perumahan Kartini I Nomor 9, Sekupang, Batam yang disambangi Batam Pos akhir Agustus lalu, terlihat sepi dan tak terurus. Sampah dan dedaunan kering memenuhi halaman rumah. Gerbang rumah tersebut juga terlihat berkarat dan sepertinya tak pernah dibuka dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sedangkan dua unit mobil milik Djoko masih terparkir di garasi rumahnya. Terdiri dari satu minibus putih BP 187 ZI dan sedan hitan BP 1912 ZQ. Kondisi kedua mobil tersebut tak kalah memprihatinkan.

Warga sekitar yang dijumpai Batam Pos mengaku, memang sudah cukup lama rumah tersebut kosong dan tak perpenghuni. Bahkan mereka juga jarang melihat ada orang yang datang ke rumah bercat kuning itu.

"Waduh kalau rumah Pak Djoko memang sudah lama begitu. Sejak dia pergi (ke Suriah) jarang ada orang yang datang," kata Awi, tetangga Djoko, kemarin. (gas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Top! KKP Gagalkan Penyeludupan Bibit Lobster ke Singapura


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler