Edo Tandean, Tawarkan Nimbo sebagai Sumber Energi Alternatif

Tak Ada Sponsor, Biayai Riset dari Dompet Sendiri

Sabtu, 20 Desember 2008 – 09:01 WIB

Edo Tandean benar-benar jatuh cinta pada daun nimbo yang diyakini bisa menjadi sumber energi alternatif masa depanKetekunannya meneliti khasiat pohon dengan nama latin Azadirachta itu membuat dirinya lulus dari Waseda University, Jepang, hanya dalam setahun.

AGUNG PUTU ISKANDAR, Surabaya


WAJAHNYA masih imut

BACA JUGA: Sobky Hasbie, Abadikan Diri Bantu Sesama Temukan Pasangan Hidup

Dengan pipi gembul dan perawakan bongsor, Edo Tandean tergolong terlalu serius untuk ukuran pemuda seusianya
Sebab, sehari-hari di kampusnya, Universtas Widya Mandala (UWM) Surabaya, dia kini lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium.

Meski usianya baru 18 tahun, Edo sudah menggenggam gelar sarjana teknik dari Waseda University yang kampusnya berada di kawasan Shinjuku, Tokyo, Jepang

BACA JUGA: Taufik Arifiyanto, Anak Guru SD yang Samai Rekor SBY

Dia hanya butuh waktu setahun untuk memperoleh gelar itu
Sebab, setahun sebelumnya, 2007, dirinya baru menyelesaikan pendidikan di SMA Budi Murni, Medan

BACA JUGA: Ligaya Ita Tumbelaka, 16 Tahun Merunut Silsilah Harimau Sumatera

''Itu SMA yang paling murah di sana,'' katanya kepada Jawa Pos lantas terkekeh.

Tahun lalu, Edo memang tercatat sebagai mahasiswa UWMNamun, pada saat yang sama, dia juga menjadi mahasiswa Waseda University, sebuah research universityYakni, kampus yang tidak mewajibkan adanya kuliah reguler dengan silabus yang harus dijalaniKarena itu, pada pertemuan pertama, dosen langsung bicara soal proposal penelitian''Pokoknya, kami datang untuk penelitianKalau sukses, ya lulus,'' ujarnya.

Awalnya dia tak punya ide mengenai apa yang akan ditelitiDia lantas berkonsultasi dengan Ketua Jurusan Teknik Kimia UWM Felycia Edi Soetardjo

Saat konsultasi itulah, Felycia bercerita, saat masih menyelesaikan studi di Australia, salah satu profesornya tertarik meneliti pohon nimboNamun, rencana riset tersebut gagal''Dari situ, kami berpikir mengapa tidak sekalian saja penelitian tersebut diteruskan,'' ungkap Edo yang hobi traveling itu.

Dia lantas mengajukan rencana riset pohon nimbo tersebut kepada dosen pembimbingnya di Waseda, Prof Erika MoriSang profesor menyetujui.

Edo lantas kembali ke Indonesia untuk melakukan penelitianSelain Felycia, Edo dibantu Laurentia Eka, salah seorang dosen di UWM''Saya juga terus berkonsultasi dengan dosen pembimbing di Jepang (Prof Erika Mori) lewat e-mail,'' jelasnya.

Namun, melakukan penelitian ternyata tak semudah yang dibayangkanBanyak dana yang dibutuhkan''Sekitar Rp 500 juta,'' tegasnya

CEO Japan Student Foundation di Indonesia itu lantas menghubungi beberapa kolega dan perusahaan untuk jadi sponsor penelitiannyaNamun, tak banyak yang memberi sokonganRata-rata mereka masih skeptis terhadap riset semacam itu''Mereka lebih suka kegiatan sosial daripada ilmu pengetahuan,'' ujarnya.

Tapi, Edo berprinsip the show must go onPenelitian harus terus berjalan''Kami teruskan riset by our own money (dengan dana sendiri),'' katanya.

Setelah setahun, hasil penelitian itu lantas dipresentasikan di depan para dosen pengujiAda dua dosen yang menguji hasil penelitian tersebutSalah satunya adalah dosen pembimbingnyaBeberapa pertanyaan mengenai penelitian diajukanYang terberat adalah pertanyaan tentang bagaimana mengemas hasil penelitiannya menjadi barang yang tepat guna

''Secara teori memang bagusTapi, bagaimana membuat masyarakat mudah menggunakan, itu tantangan yang paling berat,'' ujar Edo.

Dia menjelaskan, pohon neem alias nimbo sangat bermanfaatMinyak hasil ekstraksi daun pohon tersebut bisa dimanfaatkan''Minyak neem tree memang multifunction,'' jelasnya.

Awalnya, daun pohon nimbo dikumpulkan dalam satu bejanaDengan reaksi kimia, dedaunan itu lantas diekstraksi hingga menghasilkan minyakNamun, minyak tersebut tak lantas bisa digunakan

Minyak yang masih kasar tersebut harus dibedakan menjadi duaYakni, minyak bermuatan polar dan nonpolarUntuk memisahkannya, Edo menggunakan campuran hexane dan methanolDua muatan minyak itu memiliki kegunaan masing-masing.

Minyak nimbo yang polar, misalnyaSetelah diproses menggunakan alat bernama column chromatography, minyak polar nimbo akan terus diproses hingga menghasilkan cairan bioaktifCairan tersebut kemudian dikembangkan hingga bisa menghasilkan biopestisida.

Biopestisida, lanjut dia, lebih unggul daripada pestisida yang menggunakan bahan kimiaSebab, pestisida berbahan kimia berpengaruh buruk bagi tanaman''Bahan kimia yang menempel pada sayuran kadang ada yang tidak hilangBahkan sesudah dimasak,'' ungkapnya.

Bahan-bahan kimia itu tak baik bagi tubuh manusiaSebab, pestisida tersebut biasanya mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat meracuniAkibatnya, banyak ditemui sayur atau buah-buahan yang justru berakibat buruk bagi kesehatan.

Hal itu jelas berbeda dari biopestisida temuan EdoCairan tersebut mampu membunuh jamur yang menempel pada daun dan buahSelain itu, kutu-kutu kelapa dan tanaman yang biasa mengganggu pertumbuhan tanaman bisa disingkirkan

Selain itu, cairan tersebut jelas lebih baik daripada pestisida berbahan kimiaBiopestisida tidak meninggalkan bahan-bahan kimia pada buah dan daunSebab, cairan tersebut berfungsi membersihkan tanaman dari hewan dan tumbuhan parasit''So, it's so naturalDari alam untuk alam,'' katanya.

Biopestisida made in Nimbo, kata Edo, tidak mengkhususkan khasiatnya pada tanaman tertentuDia menjamin semua tanaman bisa memperoleh manfaat pestisida tersebut.

Bagaimana dengan minyak nimbo nonpolar? Pertama, minyak tersebut harus dipisahkan dari pelarut yang sebelumnya digunakan saat pemisahan muatan minyakSetelah bisa dipisahkan, minyak itu dipisahkan antara trigliserida dan asam lemak yang ada di dalamnya''Hasil pemisahan unsur-unsur itu menghasilkan biodiesel synthesis,'' katanya.

Biodiesel synthesis tersebut lantas diproses lagi hingga benar-benar menghasilkan biodieselCairan pembakar itu, kata Edo, bisa menggantikan peran BBM konvensionalBahkan, hasil pembakarannya lebih ramah lingkungan''Keluarannya dua banding tigaDua karbondioksida dan tiga air,'' jelasnyaSifat biodiesel pohon nimbo ini, ujar dia, seperti methanaYakni, gas pembakar yang biasanya dibuat dari kotoran sapi

Namun, manfaat nimbo tak berhenti sampai di situSisa-sisa ekstrasi berupa daun-daun kering tersebut masih bisa digunakanYakni, sebagai penyerap logam berat dalam air''Jadi, kalau ada sungai atau danau yang tercemar logam berat, tinggal masukkan saja daun-daun sisa ekstraksi,'' tegasnya.

Begitu pula pada minyak gorengMinyak goreng yang menghitam karena sering digunakan bisa dibuat jernih kembali dengan daun nimboSeperti fungsinya untuk menyerap logam berat, daun nimbo pun menyerap zat-zat mati dari minyak tersebut''Minyak kembali jernih tanpa mengurangi kadarnyaJadi, bisa dipakai lagi,'' katanya.

Kini, hasil penelitian Edo mulai dipresentasikan ke beberapa perusahaanNamun, belum banyak yang melirikPadahal, pohon nimbo sangat mudah ditanamDi tanah model apa pun, tanaman tersebut akan tumbuh suburSelama penelitian, dia banyak mendapat asupan tanaman dari Probolinggo, Jawa Timur''Di sana sangat banyak neem tree,'' ujarnya.

Edo berharap perusahaan dan masyarakat melirik sumber bahan bakar alternatif ituSebab, selain bernilai ekonomi, penggunaannnya bisa mengurangi efek pemanasan global oleh bahan bakar fosilApalagi, yang diambil dari nimbo bukan buahnyaTapi, daunnya yang melimpah''Selain investasi tanaman, kita kan juga investasi lingkungan hidup,'' tuturnya(el)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler