Efisiensi Anggaran ala Wako Surabaya

Minggu, 08 Desember 2013 – 02:01 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Surabaya sudah digedok dan kini masih dikoreksi gubernur. Di antara total anggaran APBD Rp 6,6 triliun lebih, 60 persen merupakan anggaran pembangunan (belanja langsung) dan 40 persen belanja pegawai (tidak langsung).

Melihat komposisi itu, tidak mudah bagi pemerintah kota mengalokasikannya. Sebab, di berbagai daerah, komposisi anggaran selalu njomplang dan kebanyakan 70 persen untuk belanja pegawai. Karena itu, upaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menata kota dengan anggaran pembangunan jumbo patut diapresiasi.

BACA JUGA: Jatuh 8 Meter di Mal, Mahasiswi Sakit Parah

Risma menceritakan, kiprahnya bisa mengalokasikan anggaran pembangunan cukup besar, yakni mencapai Rp 4,4 triliun, bukan perkara mudah. Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut menyatakan harus melakukan banyak penghematan.

"Sebenarnya apa yang saya lakukan bisa dilakukan semua orang. Yang saya prioritaskan itu efisiensi, efisiensi, dan efisiensi," kata Risma -sapaan akrab Wali Kota Tri Rismaharini.

BACA JUGA: Sita Koper Berisi 627 Anak Kura-Kura

Dia mengungkapkan, langkahnya tersebut samata-mata dilakukan agar belanja pembangunan bisa semakin besar dari tahun ke tahun. "Itu terus yang saya pikirkan setiap hari," ungkapnya.

Salah satu yang dilakukannya adalah menutup banyak UPTD dinas pendidikan. UPTD tersebut dulu ada di setiap wilayah. Jumlahnya pun mencapai 31 UPTD. Tapi, sekarang tinggal lima. "Bayangkan saja, berapa belanja operasional kantor yang bisa dihemat dengan cara begini," ungkapnya.

BACA JUGA: Terdampar, Kapal Pesiar Australia Jadi Tontonan

Menurut dia, biaya yang semula dialokasikan untuk kegiatan birokrasi tersebut bisa dianggarkan untuk kegiatan pembangunan. Alumnus ITS itu mengungkapkan, tidak melulu struktur organisasi yang ditata. Bahkan, hal-hal sepele di kantor pun diperhatikan. Misalnya, pemanfaatan energi listrik harus ditekan seminimal-minimalnya. Misalnya, dulu memakai lampu yang menyedot banyak energi. Kini tiap-tiap instansi diharuskan memakai lampu yang lebih hemat.

Memang, kata Risma, langkahnya tersebut membikin sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) pada akhir tahun besar. Namun, itu tak berarti kegiatan pembangunan tidak terlaksana dan anggaran yang sudah dipatok tidak terserap. "Tapi, semata-mata karena efisiensi tadi," ungkapnya.

Risma juga sudah mengonsultasikan hal tersebut dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lembaga audit keuangan negara itu menegaskan, sepanjang silpa besar untuk efisiensi, hal tersebut tak dipersoalkan.

Dia mengungkapkan, alokasi anggaran pembangunan Surabaya kini mencapai 70 persen. "Bisa dibilang ini yang terbesar di Indonesia," tuturnya.

Dengan cara itu pula, lanjut dia, denyut pembangunan akan terasa di sudut-sudut Surabaya. Saban tahun Surabaya bisa melaksanakan pekerjaan fisik di ribuan titik.

Sebagian besar pekerjaan fisik itu pun tersedot pada proyek besar. Antara lain, frontage road, jalur pedestrian, box culvert untuk menahan banjir, pembangunan gedung sekolah, dan pembuatan jembatan tengah laut di Kenjeran.

Sebagaimana diberitakan, dewan bersama pemkot telah mengesahkan RAPBD 2014 senilai Rp 6,6 triliun. Jumlah tersebut nanti digunakan untuk belanja langsung Rp 4,4 triliun dan belanja tak langsung Rp 2,2 triliun. (git/c7/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaya Rp 2,5 Juta, Miskin Bisa Gratis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler