JAKARTA - Gejolak perekonomian global dan tantangan di masa mendatang menuntut pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi lagiPertumbuhan di kisaran 6,5 persen saat ini dinilai terlalu rendah dan masih bisa dicapai, bahkan tanpa kerja keras pemerintah.
Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Muhammad Chatib Basri mengatakan, dengan mempertimbangkan gejolak global dan berbagai tantangannya, pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5 persen hingga akhir tahun belum akan menjamin masa depan Indonesia yang lebih baik
BACA JUGA: Intensifikasi BBM Bersubsidi Tunggu Persetujuan Komisi Energi DPR
Untuk pertumbuhan sampai minimal 9 persen, Indonesia butuh waktu setidaknya sampai 2015 mendatang."Kalau ditanya target pertumbuhan (ekonomi) 6 persen sampai 7 persen, saya yakin kita pasti dapat (merealisasikan)
BACA JUGA: Pembenihan Padi Hibrida Masih Bergantung Asing
Jika hanya mampu tumbuh di level saat ini, kata Chatib, masyarakat Indonesia akan terjebak dalam potensi kemiskinan karena tidak mampu mengimbangi pertumbuhan negara-negara emerging market atau negara berkembang lainnya
Selain itu, jumlah penduduk Indonesia sangat tinggi dan saat ini memiliki tingkat konsumsi yang tinggi, sehingga sudah cukup untuk menggerakkan roda perekonomian
BACA JUGA: DPR: Mendag Langgar UU
"Itu alasan mengapa perusahaan-perusahaan seperti Astra atau Unilever bisa growing well (tumbuh baik) di tengah krisis sekarang ini," tuturnya.Namun untuk bisa meraih pertumbuhan 9 persen, menurut Chatib, hambatan utama saat ini adalah permasalahan infrastrukturSeandainya masalah klasik itu bisa diselesaikan sehingga kendala logistik cepat terurai, dia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melesat
"Sering kali biaya logistik antar daerah jauh lebih mahal dibanding mendatangkan (produk) imporKalau ini semua bisa teratasi, saya yakin pertumbuhan 9 persen bukan mustahil untuk kita gapai," ungkapnya.
Chief Economist CIMB Niaga Winang Budoyo mengatakan, Indonesia memang sudah harus melakukan langkah antisipasi karena krisis global yang terjadi sekarang ini sudah merambah ke kawasan Asia TenggaraItu terlihat dari penurunan ekspor yang terjadi di beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Ketidakpastian perbaikan ekonomi dunia juga turut mendorong larinya modal asing dari Indonesia"Larinya modal asing keluar dari Indonesia membuat cadangan devisa yang sempat mencapai level tertinggi di kisaran USD 125 miliar pada akhir Agustus 2011 tergerus hampir USD 10 miliar menjadi USD 114,5 miliar pada akhir September 2011," paparnya.
Meski begitu, kata Winang, dampaknya memang belum sampai menyentuh sendi perekonomian Indonesia sehingga diharapkan segera terjadi perbaikan"Ketika ketidakpastian dan kepanikan berkurang, maka dana asing akan kembali masuk Indonesia," ucapnya(gen/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prediksi, Enam Tahun Lagi Premium Langka
Redaktur : Tim Redaksi