JAKARTA -- Enam tahun ke depan, masyarakat negeri ini diprediksi akan mengalami kesulitan mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premiumProduksi minyak menurun 15 persen pertahun, sementara konsumsi terus meningkat pesat.
"Impor akan semakin besar
BACA JUGA: Menteri ESDM Akui BBM Subsidi Bocor
Saat ini impor premium 250 ribu barel, (sedangkan) produksi dalam negeri 200 ribu barelBACA JUGA: Tujuh Provinsi Terima Investmen Award 2011
Lima hingga enam tahun ke depan kita akan sulit mendapatkan premium," kata Pengamat Energi Umar Said saat seminar bertema Transformasi Menuju Ketahanan Energi Nasional untuk Kemakmuran Rakyat, Rabu (12/10), di Jakarta.Dijelaskan Umar, masalah lain juga tidak ada pemasok di kawasan ini yang mampu memenuhi kebutuhan itu
BACA JUGA: Gas Lebih Banyak Diekspor
"Dengan business as usual, APBN tidak akan mampu menanggung subsidi," ungkap Umar.Dia menjelaskan beberapa solusi mengatasi permasalahan ituMisalnya, pemerintah harus meningkatkan produksi dengan teknologi dan eksplorasiKemudian, menurunkan laju konsumsi dengan menaikkan harga, substitusi minyak oleh non minyak, dan sumber energi lokal
Untuk meningkatkan produksi, menurut Umar, di blok lama bisa dengan cara Enchanced Oil Recovery dengan bahan kimia dan bisa juga tanpa bahan kimiaKemudian, teknologi MRC yang dipakai Aramco"Teknologi ini mahal, tapi mampu menambah jumlah minyak terambil dari lapangan lamaUntuk blok baru, bisa dilakukan eksplorasi segar," kata dia.
Sedangkan untuk menurunkan laju konsumsi, Umar mengatakan selain dengan menaikkan harga bisa memberi sinyal yang benar kepada konsumenBisa juga mengganti minyak tanah dengan LPGKemudian, mengganti premium dengan LPG, premium dengan BBG(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenpera Bantu 5.000 Rumah PNS di Manado
Redaktur : Tim Redaksi