jpnn.com - JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia yang lesu berdampak pada laba usaha PT PLN (Persero).
Sampai Mei, perusahaan yang dipimpin Sofyan Basir itu baru mengantongi sekitar Rp 17 triliun. Secara penjualan kilo watt hour (kWh), angka penjualan tersebut turun sekitar 2,5 persen.
BACA JUGA: Cikarang Inland Siapkan Lahan 34 Ribu Meter Persegi
Menurut Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun di kompleks DPR kemarin, penurunan itu dibandingkan pada periode yang sama pada 2014. Meski tidak hafal angka pastinya, dia menyebut sampai Mei tahun lalu pertumbuhan penjualan mencapai 5 persen. "Turunnya sekitar 50 persen," ujarnya.
Dari angka yang disampaikan, ada peningkatan laba usaha sekitar Rp 4 triliun dibanding triwulan I 2015. Sementara, berdasar laporan keuangan PLN, laba yang diperoleh dari Januari sampai Maret 2015 mencapai Rp 13,2 triliun. Lebih rendah daripada triwulan I 2014 yang menembus Rp 14 triliun.
BACA JUGA: Kemenperin Bakal Ambil Alih Peran Malaysia
Lebih lanjut Benny menjelaskan, ada beberapa penyebab lesunya penjualan listrik di tahun ini. Mulai dari lesunya pasar domestik, ekonomi global yang melemah yang berujung pada tidak bergairahnya pasar ekspor. "Jadinya, pertumbuhan industri dan produk yang dihasilkan berkurang," jelasnya.
Jika melihat pada laporan keuangan, BUMN listrik itu sebenarnya bisa menjual listrik sampai Rp 49,1 triliun dalam tiga bulan. Namun, lesunya pasar membuat produksi melemah. Bahkan, Ramadan dan Lebaran yang umumnya membuat industri meningkatkan produksi juga tidak terlalu banyak menolong.
BACA JUGA: Desak Pembenahan Jalur Pengadaan Kapas Nasional
"Bukan karena efek tarif adjustment juga. Pada dasarnya tarif itu masih kompetitif, pasar saja yang melemah," urainya. Sektor industri memberi tamparan keras karena mampu menyerap 35 persen listrik. Dari jumlah itu, menyumbang penghasilan antara 32-35 persen.
PLN tidak bisa tutup mata karena angka sebesar itu diberikan oleh 60 ribu pelanggan saja. Padahal, total pelanggan PLN saat ini mencapai 59 juta. Oleh sebab itu, perusahaan akan memberikan perlakuan khusus kepada industri pada semester dua ini. "Industri yang sehat akan didorong untuk konsumsi lebih banyak lagi," tuturnya.
Industri yang sehat seperti semen akan diberikan keringanan biaya kalau tetap menggunakan listrik dalam jumlah besar pada malam hari. Sedangkan perusahaan yang dianggap tidak sehat seperti tekstil dan baja, akan dipermudah penyambungan atau penambahan dayanya.
"Selama ini, kalau industri mau tambah daya di atas 30 MVA kami minta menyediakan lahan untuk gardu. Sekarang bisa tanpa gardu, kami pasok dua saluran misalnya," jelas Benny. Dia juga memastikan ada berbagai fleksibilitas yang siap dilakukan PLN. Setiap kendala dicarikan solusi supaya penjualan listrik tumbuh. (dim/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tambah 15 Gerbong, Diskon Hingga 30 Persen
Redaktur : Tim Redaksi