jpnn.com - KAJEN - Menjelang Lebaran bisnis batik di Kabupaten Pekalongan masih saja lesu. Bahkan, bila dibanding dengan Ramadan tahun sebelumnya, terjadi penurunan omzet hingga 40 persen.
Merosotnya bisnis batik membuat para pelaku merugi, hingga tak sedikit yang terpaksa gulung tikar. Hal ini diakibatkan menurunnya ekonomi nasional pasca Pilpres 2014 lalu.
BACA JUGA: Ini Saran Agar Perbaikan Jalur Pantura Tidak Menjadi Proyek Abadi
Ketua Kadin Kabupaten Pekalongan HA Failasuf SE saat dikonfirmasi Radar Pekalongan , Rabu (8/7), mengungkapkan, menjelang Lebaran ini, omzet batik masih tetap biasa-biasa saja. Dibanding tahun kemarin, terjadi penurunan sekitar 40 persen.
"Ini dikarenakan masih terpuruknya ekonomi nasional pasca pergantian kepemimpinan RI 2014 lalu. Silahkan anda cek-cek di Pasar Grosir, masih sepi," ujar Failasuf.
BACA JUGA: Bandara Soekarno Hatta Amburadul, Gimana Hadapi Open Sky 2015?
Terpuruknya bisnis batik ini membuat sejumlah pelaku bisnis batik gulung tikar. Pengusaha batik ini juga mengaku banyak kerabat-kerabatnya yang beralih ke bisnis material setelah bangrut dengan bisnis batiknya.
"Sayang sekali, seharusnya bulan-bulan ini mereka panen tapi malah bangkrut. Sekarang, pesanan-pesanan seragam juga tak sebanter tahun lalu. Teman saya, pelaku bisnis printing juga berhenti, akhirnya banyak karyawannya yang tidak lagi bekerja. Inikan juga dapat berdampak bertambahnya pengangguran," tutur dia.
BACA JUGA: Ini Kabar Baik bagi Pemudik yang Lewat Tol
Menurutnya, merosotnya ekonomi nasional ini terjadi secara merata. Tidak hanya pada pelaku bisnis batik saja, tapi juga bisnis lainnya, seperti sarung, jins dan lain-lain. "Harusnya, pemerintah segera memperbaiki ekonomi secara nasional. Karena, ini berpengaruh dengan semua sentra ekonomi di Indonesia," terangnya.
Sementara, lanjut dia, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat terkesan kontra produktif dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Ia mencontohkan, salah satunya kebijakan kenaikan pajak. "Bagaimana kita bayar pajak, kalau ekonomi saja masih merosot," keluhnya.
Selain itu, kebijakan Pemerintah dalam perdagangan bebas di era tahun 2015 ini, menurutnya, Indonesia masih belum siap. Sedang kebijakan politik seperti tentang bagaimana pemilihan menteri-menteri juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi.
"Bagaimana Pak Presiden memilih menteri-menteri yang bagus, akan sangat berpengaruh pula pada kestabilan ekonomi di Indonesia," jelasnya.
"Saya harap, pemerintah dapat segera mengambil kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh untuk kembali menytabilkan ekonomi," tandasnya. (yan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Instruksikan TPID Antisipatif Hadapi Inflasi saat Ramadan dan Lebaran
Redaktur : Tim Redaksi