jpnn.com - JAKARTA – Sebagai wakil rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tak kehilangan akal untuk menyuarakan aspirasi masyarakat, termasuk mengkritik keadaan ekonomi Indonesia yang tak kunjung membaik. Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan menurunnya daya beli masyarakat akibat naiknya harga-harga kebutuhan bahan pokok (Sembako), mendorong lembaga ini tampil mengkritisi keadaan perekonomian bangsa ini.
Melalui Pagelaran Wayang Kulit dalam rangka Peringatan ke-70 tahun DPR yang mengambil lakon “Semar Pepeling” dengan Dalang, Ki Enthus Susmono, di Lapangan Sepak Bola, Kompleks Parlemen RI (DPR/MPR/DPD RI), Senayan, Jakarta, malam ini, Sabtu (29/8) malam hingga Minggu (30/8) pagi, DPR mengkritisi berbagai permasalahan bangsa, bahkan berusaha untuk mengganti tampuk kekuasaan saat ini. Kok, bisa?
BACA JUGA: Peringati Ultah ke-70, DPR Wayangan Semalam Suntuk
Simak saja kisah Pagelaran Wayang “Semar Pepeling” yang disaksikan Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Agus Hermanto, dan beberapa anggota DPR RI.
Lakon “Pepeling Semar” dengan Dalang Ki Enthus Susmono yang juga Bupati Tegal, Propinsi Jawa Tengah ini, mengisahkan bahwa di negara Yawastina, Prabu Parakesit sedang dihadap para nayaka menerima kedatangan Ki Lurah Semar. Sebagai wakil rakyat Semar merasa prihatin melihat situasi negara, ekonomi makin merosot, rakyat semakin miskin. Juga banyak pengangguran, kerusuhan, begal dimana-mana, kehidupan rakyat semakin tidak aman.
BACA JUGA: Partai Demokrat Susun Strategi Menangkan Pemilukada Serentak
Semar mengingatkan atau memberi Pe’peling kepada Prabu Parikesit supaya segera mengambil tindakan. Kalau perlu mengganti para pejabat yang tidak mampu menjalankan tugasnya.
Tak lama kemudian datanglah prajurit yang melaporkan terjadi kerusuhan yang dilakukan prajurit Prabu Niradha Kawaca. Prabu Parikesit segera mengutus Raden Sasikirana anak Gatutkaca.
BACA JUGA: Perhatian Para Paslon Kada, Patuhi Batasan Dalam Kampanye Ya....
Di Pesanggrahan Jalawasesa, Prau Niradha Kawaca berusaha untuk menolong negara Yawastina. Namun usaha tersebut dapat digagalkan para prajurit Yawastina dibawah pimpinan Raden Sasikirana anak Gatutkaca.
Di Pertapaan Kendalisada Begawan Anoman kedatangan Dewi Sritanjung yang diminta petunjuk atas berbagai bencana yang melanda negara Yawastina. Begawan Anoman memberi nasehat bahwa apa yang terjadi di negara Yawastina disebabkan masih banyaknya para pejabat yang kurang tanggap dan kurang memerhatikan kesengsaraan rakyat. Untuk itu, Srinjung diminta supaya konsultasi dengan Ki Lurah Semar karena Semar-lah yang tahu dan memahami akan kebutuhan orang kecil.
Sementara itu, di Kadipaten Pancala, Adipati Pancakusuma cucu dari Puntadewa bertemu dengan Kertiwindu cucu Patih Sengkuni. Kertiwindu membujuk Pancakusuma supaya mengambil alih kekuasaan Yawastina dengan dalih Parikesit tidak bisa mengendalikan keamanan dan ketertiban Yawastina.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini 6 Gugatan Sengketa Pilkada Yang Sudah Diregistrasi Panwas
Redaktur : Tim Redaksi