Eks Staf Ahok Tidak Akan Berhenti sampai Jakarta Bersih dari Intoleransi

Senin, 10 Januari 2022 – 15:12 WIB
Ima Mahdiah (kanan) melaporkan dua akun Twitter ke Polda Metro Jaya atas dugaan pencemaran nama baik melalui media elektronik, Rabu (13/11). Foto: ANTARA/Fianda Rassat

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Ima Mahdiah menyayangkan masih adanya intoleransi di ibu kota. 

Parahnya lagi, tindakan diskriminatif itu terjadi di lingkungan sekolah dan pelakunya guru.

BACA JUGA: FSGI: SKB 3 Menteri Tidak Cukup Menghentikan Intoleransi di Sekolah, Simak Alasannya

Dia mengatakan kasus intoleransi itu terjadi saat sekolah di Jakarta Timur tersebut melakukan pemilihan ketua OSIS.

Saat itulah ada salah satu guru yang menyuruh anak didiknya yang tergabung dalam organisasi rohani Islam (Rohis) memilih calon ketua yang satu agama melalui Whatsapp Group.

BACA JUGA: Brigjen Hendro Sebut Intoleransi dan Radikalisme Persoalan Serius Bangsa

"Ini posisinya guru di Rohis, dan ini pemilihan ketua OSIS, bukan pemilihan ketua rohis. Jadi waktu itu ada laporan ke Fraksi PDIP, ada screenshot dari WAG satu sekolah yang ada Rohis, waktu itu ada pemilihan ketua OSIS di sekolah negeri di Jaktim. Ada tulisan satu guru disampaikan bahwa pilih yang seiman," ujar Ima seperti dikutip dari Channel Youtube Niat Bicara, Senin (10/1).

Bagi Ima, tidak ada tempat untuk intoleransi di Indonesia, terlebih di DKI Jakarta.

BACA JUGA: Kasus Intoleransi di SMKN 2 Padang, Kemendikbud Keluarkan Pernyataan Tegas

“Menurut saya, ini bukan masalah Islam atau apapun. Saya juga beragma Islam, tetapi kita sudah bicara kebangsaan," tuturnya.

"Ini sekolah negeri dibayar APBD, uang pajaknya rakyat, bukan cuma orang Islam doang, semua agama bayar pajak. Ini sudah memecah belah. Yang ngomong guru PNS lagi. PNS gajinya bukan cuma dari uang pajaknya uang Islam, tapi seluruh rakyat Jakarta. Harusnya mengakomodir semuanya." imbuhnya.

Karena itu, mantan staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini menegaskan bahwa sikapnya tidak akan berubah jika kasus serupa juga terjadi pada agama lain.

"Pasti saya akan komplain, kita pasti panggil gurunya. Jangan sampai seperti ini dilakukan oleh orang yang bisa influence ke orang banyak. Ini sudah masalah kebangsaan, bagaimana generasi kita ke depan kalau keadaannya terus seperti ini?" tegasnya. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler