Eksodus Venezuela Bikin Pening Tetangga

Kamis, 30 Agustus 2018 – 16:44 WIB
Warga Venezuela mengantre untuk masuk ke wilayah Kolombia. Foto: Reuters

jpnn.com, LIMA - Kemelut ekonomi Venezuela melahirkan krisis kemanusiaan baru di Benua Amerika. Eksodus warga dalam skala besar membuat negara-negara tetangga siaga. Tidak terkecuali Brasil. Kemarin, Rabu (29/8) Presiden Michel Temer mengerahkan pasukan tambahan ke perbatasan. Tepatnya ke Negara Bagian Roraima.

Roraima berbatasan langsung dengan Venezuela. Dari negara bagian itulah ribuan warga Venezuela masuk Brasil. Karena itu, Temer menerbitkan dekrit soal pengamanan perbatasan pada Selasa (28/8).

BACA JUGA: Terancam Kelaparan, Warga Venezuela Cari Tanah Air Baru

’’Gelombang pengungsi di Roraima muncul karena penduduk (Venezuela) mengalami kondisi yang luar biasa buruk,’’ ujar Temer di istana kepresidenan Planalto.

Dalam dekritnya, Temer menuliskan bahwa pasukan tambahan tersebut akan berjaga di perbatasan sampai 12 September. Karena tugas utamanya menjaga keamanan, pasukan yang dikerahkan ke Roraima itu dipersenjatai lengkap. Sebab, para pengungsi Venezuela dan penduduk Roraima rawan bentrok.

BACA JUGA: Imigran Venezuela Ditolak di Mana-Mana

Pertengahan Agustus lalu, penduduk Roraima dan para pengungsi asal Venezuela baku hantam. Empat warga Venezuela diduga melakukan kekerasan terhadap penduduk setempat. Kabarnya, mereka juga merampok. Penduduk Roraima tidak terima. Mereka mengamuk. Mereka mengusir para pendatang dan membakar barang-barangnya.

Tak ingin insiden serupa terulang, Temer pun lantas menerbitkan dekrit tersebut. Dia berharap kehadiran pasukan bersenjata di perbatasan bisa membuat situasi keamanan makin kondusif. Apalagi, arus pengungsi dari Venezuela terus mengalir. Setiap hari jumlah pendatang juga bertambah.

BACA JUGA: Tak Ramah Lagi, Jerman Pulangkan Paksa Ribuan Pengungsi

Belakangan, kondisi Venezuela memburuk. Akibatnya, jumlah warga yang mengungsi semakin banyak juga. Menurut BBC, saat ini ada lebih dari 60 ribu warga Venezuela di Brasil. Sebagai negara tetangga, Brasil pun menyediakan bantuan kemanusiaan. Diantaranya, menyediakan tempat penampungan dan layanan medis.

’’Masalah Venezuela bukan lagi urusan politik dalam negeri. Masalah itu bisa mengancam keharmonisan seluruh (penghuni) benua,’’ tegas Temer. Dia berharap pemerintah Venezuela tanggap dan bisa mengatasi masalahnya dengan segera.

Sejak Selasa, para pejabat imigrasi Brasil, Peru, Ekuador, dan Kolombia menggelar pertemuan di Bogota. Dalam pertemuan dua hari itu, mereka membahas tentang para pengungsi Venezuela. Perundingan itu berlanjut di tingkat menteri luar negeri pekan depan. Rencananya, pertemuan dihelat di Ekuador.

’’Jika kita bicara skala, (arus pengungsi Venezuela) setara dengan eksodus penduduk Syria,’’ ujar Luisa Feline Freier, asisten dosen ilmu sosial dan politik Universidad del Pacifico, Peru, seperti dilansir Euro News.

Dia mengatakan bahwa eksodus penduduk Venezuela ke negara-negara Amerika Latin akan menyalip eksodus Syria. Itu jika pemerintah Venezuela tidak segera berbenah.

Negara-negara tetangga mulai mengeluhkan derasnya arus pengungsi dari Venezuela. Jika Brasil mengerahkan pasukan bersenjata ke perbatasan, Peru bahkan mendeklarasikan situasi darurat kesehatan.

Status itu berlaku selama 60 hari di dua provinsi yang berbatasan dengan Venezuela. Otoritas kesehatan Peru khawatir para pengungsi tersebut menyebarkan penyakit campak dan malaria.

Di Peru ada lebih dari 400 ribu imigran asal Venezuela. Sekitar 178 ribu di antaranya sudah mengantongi izin tinggal legal. Ada juga yang izinnya sedang diproses.

Peru berusaha membatasi jumlah tersebut dengan menerapkan aturan ketat bagi pemohon izin. Yakni, wajib punya paspor. Kebijakan yang berlaku sejak Sabtu (25/8) itu berhasil menekan masuknya imigran Venezuela hingga 50 persen.

Mereka yang tidak punya paspor tak kehilangan akal. Bukannya mengajukan izin tinggal, mereka mengajukan permohonan sebagai pencari suaka. Setiap hari jumlah pemohon suaka mencapai ratusan orang.

Agar distribusi bantuan tak tumpang-tindih dan pergerakan imigran terbaca, Peru bekerja sama dengan Kolombia. Mereka berbagi informasi tentang database imigran.

Terpisah, Presiden Venezuela Nicolas Maduro meminta penduduknya pulang. Maduro memperingatkan bahwa mereka akan menghadapi situasi sulit di luar negeri. Versi Maduro, ada 89 penduduknya yang pulang setelah bermigrasi ke Peru dan diperlakukan dengan buruk.

’’Apa yang mereka temui di Lima (ibu kota Peru) adalah rasisme, penghinaan, dan penganiayaan,’’ jelas Maduro. Pemerintah Peru menolak untuk berkomentar. Tapi, para aktivis menilai pernyataan Maduro hanyalah pencitraan. (sha/c19/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ekonomi Amburadul, Venezuela Ogah Ganti Presiden


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler