Ekspor Indonesia Diuntungkan Keringanan Bea Masuk

Selasa, 01 Februari 2011 – 21:21 WIB

JAKARTA — Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengungkapkan, hingga saat ini semakin banyak produk ekspor Indonesia yang memanfaatkan keringanan bea masuk di negara-negara tujuanMenurutnya, hal tersebut dibuktikan dari tabulasi seluruh kantor yang menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA) ekspor Indonesia ke mancanegara.

“Kami mendapatkan informasi bahwa semakin banyak ekspor Indonesia yang memanfaatkan fasilitas keringanan bea masuk

BACA JUGA: Pasar Produk Didominasi Cina, Indonesia Catat Defisit

Fasilitas itu merupakan bagian dari fasilitasi FTA (Free Trade Agreement) atau EPA (Economic Partnership Agreement)” kata Mendag di Gedung Kementerian Perdagangana (Kemendag), Jakarta, Selasa (1/2).

Dijelaskannya, pemanfaatan SKA preferensi dalam kerangka AFTA selama tahun 2010 juga menunjukkan peningkatan
Mendag memaparkan, produk yang diekspor ke ASEAN yang memanfaatkan SKA preferensi AFTA, didominasi oleh komoditi minyak nabati dan hewani, tembaga, dan bahan bakar mineral yang mana selama tahun 2010 pemanfaatannya meningkat di atas 60 persen

BACA JUGA: Istana Segera Bahas Harga Cabe

Sedangkan untuk negara tujuan Jepang, produk yang memanfaatkan SKA Form IJEPA adalah plastik, bahan bakar mineral, ikan, dan kayu.

Disinggung mengenai perkembangan ekspor ke RRT dengan adanya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), Mendag menyebut ekspor nonmigas ke China selama tahun 2010 mencapai USD 14,1 miliar, atau naik 57,8 persen dibandingkan tahun 2009
Menurutnya, kenaikan ekspor ke China tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya

BACA JUGA: Tujuh Bank Daerah Ikut Program FLPP

“Perkembangan ini mengonfirmasi manfaat AC-FTA  bagi ekspor nonmigas kita,” tegas Mendag.

Lebih jauh Mendag memaparkan, selama ini ekspor produk industri tetap mendominasi ekspor nonmigas Indonesia ke ChinaSelama Januari-November 2010, kinerja ekspor produk industri ke RRT mencapai USD 7,0 miliar atau naik 31,9 persen dibandingkan periode yang sama 2009.

Sementara defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan China selama tahun 2010 mencapai USD 5,6 miliar, atau meningkat sebesar USD 1 miliar dibandingkan tahun 2009Namun jika dibandingkan dengan defisit tahun 2008 sebelum krisis ekonomi yang mencapai USD 7,2 miliar, maka nilai defisit tahun 2010 tersebut menurun tajam.(cha/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandum Tak Perlu Proteksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler