Ekspor Indonesia ke Israel Terus Merosot

Selasa, 12 Desember 2017 – 01:40 WIB
Ilustrasi peti kemas. Foto: Frizal/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan Israel. Artinya, lebih banyak barang yang diimpor jika dibandingkan dengan ekspor.

Pada periode Januari–Oktober 2017, neraca perdagangan antara Indonesia dan Israel defisit USD 2,11 juta.

BACA JUGA: Gunung Agung Erupsi, Kunjungan Wisman Turun 15 Persen

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti mengatakan, pada periode Januari–Oktober 2017, nilai impor Indonesia dari Israel mencapai USD 102,94 juta.

Impor itu didominasi peralatan listrik seperti heat exchange unit senilai USD 41,969 juta.

BACA JUGA: Cabai Merah Sumbang Inflasi Tertinggi

Selain itu, ada juga steam maupun turbin untuk pembangkit 5–40 megawatt senilai USD 18,025 juta.

Setelah itu, ada nafta dengan volume sepuluh ribu ton atau setara USD 6,122 juta.

BACA JUGA: Volume Ekspor Beras Indonesia ke Malaysia Terus Meningkat

Sementara itu, ekspor ke Israel mencapai USD 100,65 juta. Nilai ekspor tersebut terus menurun sejak 2012, yakni USD 183,56 juta pada tahun itu.

Ekspor Indonesia ke Israel didominasi lemak/minyak dari hewan ataupun tumbuhan senilai USD 30,817 juta.

Setelah itu, ada ekspor karet dan turunannya yang mencapai USD 11,176 juta serta alas kaki senilai USD 8,852 juta.

Penurunan ekspor disebabkan anjloknya ekspor bahan baku tekstil polyester staple fiber dari USD 34,905 juta pada 2012 menjadi USD 3,564 juta pada 2017.

Bukan hanya itu, ekspor komoditas karet dan turunannya juga menurun cukup tajam, yakni USD 32,860 juta pada 2012 menjadi USD 11,176 juta pada 2017.

Kemudian, ekspor minyak maupun lemak hewan dan tumbuhan juga turun dari USD 38,616 juta (2012) menjadi USD 30,817 juta (2017).

Dia menambahkan, neraca dagang dengan AS masih surplus. ’

’Tetapi, untuk beberapa komoditas, impor kita dari sana cukup besar seperti impor kedelai dan jagung. Nah, kalau hubungan dagangnya nanti memburuk, dikhawatirkan kita belum bisa mencari substitusi yang lain,’’ terang Yunita, akhir pekan lalu.

BPS mencatat surplus neraca dagang dengan AS mencapai USD 7,904 juta.

Nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat pada periode itu mencapai USD 14,213 juta atau berada di posisi kedua terbesar setelah Tiongkok.

Nilai ekspor tersebut naik 10,27 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Selanjutnya, nilai impor Indonesia dari AS sepanjang Januari–Oktober 2017 mencapai USD 6,309 juta atau naik 5,81 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani menyebutkan, Israel selama ini belum menjadi mitra bisnis strategis bagi Indonesia.

Dengan demikian, tren penurunan neraca dagang dengan Israel tidak berpengaruh banyak terhadap aktivitas bisnis bilateral Indonesia.

’’Selama ini porsi kerja sama dengan Israel memang kecil. Apalagi, pola kerja sama kita tidak direct, tapi melalui Singapura,’’ ujar Shinta.

Menurut Shinta, banyak faktor yang memengaruhi naik turunnya tren perdagangan dengan suatu negara.

Termasuk di antaranya kondisi politik, hubungan diplomatik, dan berbagai regulasi kedua negara yang kerap berubah.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menyatakan, penurunan tren ekspor tekstil ke Israel tidak berpengaruh besar karena kecilnya porsi ke negara itu.

’’Sebab, di peta ekspor tekstil secara keseluruhan, Israel bukan termasuk mitra strategis. Kami masih berfokus pada perluasan pasar ke Amerika dan Eropa,’’ terang Ade (vir/c22/sof)

 

Ekspor Indonesia ke Israel

 

(USD Juta)

Tahun                            Nilai

2012                     183,956

2013                     145,956

2014                     138,876

2015                     116,705

2016                103,159

2017*                             100,658

*Januari-Oktober

Sumber: Badan Pusat Statistik

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengangguran Terbuka Masih Banyak, Vokasi Jadi Kunci


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler