Ekspor Karet Dipangkas 20 Persen

Selasa, 27 Januari 2009 – 09:48 WIB
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gabkindo) sepakat untuk mengurangi ekspor karet hingga 20 persen dari sebelumnyaPengurangan ekspor karet Indonesia, sebagai produsen terbesar kedua dunia, akan kembali mengangkat harga karet dunia

BACA JUGA: Pencurian Data Perusahaan Marak


    
Ketua Gabkindo, Alex K Eddy mengatakan saat ini harga karet alam terus menurun akibat adanya krisis finansial global yang dipicu resesi Amerika Serikat
Konsumsi karat dunia berkurang akibat kondisi keuangan perusahaan-perusahaan dunia menurun

BACA JUGA: Investor Listrik Panas Bumi Banjir Insentif

“Kalau harga karet dibiarkan terus turun, maka bisa memukul petani karet
Oleh karena itu, kita setuju ada pengurangan ekspor,” ujarnya.
    
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah Indonesia bisa secepatnya mengambil langkah yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini

BACA JUGA: Harley-Davidson PHK 1100 Pekerja

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengurangi volume ekspor hingga 20 persen, sehingga nantinya konsumen di luar negeri bisa membeli dengan harga yang lebih baik“Langkah yang diambil Indonesia itu tentunya harus didialogkan dengan produsen karet besar dunia lainnya,” kata dia.
    
Menurut dia, ada dua negara lain yang cukup besar produksi karetnya yaitu Thailand dan MalaysiaEkspor karet Indonesia mencapai 2,4 juta ton per tahun, sebagian besar atau 70 persen dikirim ke pabrik-pabrik ban kendaraan bermotor di Amerika Serikat“Kalau langkah pengurangan ekspor masih tidak bisa mengangkat harga karet dunia, maka tiga negara produsen besar ini harus berdialog lagi,” tukasnya
     
Mengenai prospek karet di Indonesia, ia mengatakan komoditi karet punya prospek baik ke depan, karena bagaimana pun ketergantungan masyarakat dunia terhadap karet masih tetap tinggiUntuk itu, tidak ada salahnya bila pengembangan karet terus dilakukan, apalagi Indonesia memiliki lahan yang ideal untuk tanaman karet dibandingkan negara lain“Prospek masih bagus, apalagi lahan di negara lain terus berkurang,” terangnya.
    
Ia meganjurkan para petani dan masyarakat luas untuk terus mengembangkan perkebunan karet sehingga bisa mengalahkan Thailand sebagai produsen terbesar karet duniaSebenarnya, Indonesia memiliki lahan yang lebih luas daripada Thailand, namun produksi karet Thailand lebih tinggi karena proses penanamannya lebih baik“Produksi karet Thailand 2,5 ton per hektar, sementara di Indonesia hanya satu ton per hektar,” cetusnya.
    
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa tiga negara produsen karet dunia akan mendorong supaya petani karet di negara masing-masing mengurangi produksiHal itu perlu dilakukan untuk mengurangi suplai karet dunia“Misalkan, rata-rata penyadapan karet di Indonesia biasanya dilakukan dua hari sekaliMaka pemerintah menghimbau petani melakukan penyadapan tiga hari sekali saja,” jelasnya(wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Gabung Asosiasi, DKP Coret Izin Kapal Ikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler