Ekspor tak Menjanjikan, Petani Cengkih Maksimalkan Pasar Lokal

Kamis, 04 Agustus 2016 – 08:19 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawa Pos.Com

jpnn.com - SURABAYA – Petani cengkih memilih memaksimalkan pasar dalam negeri dengan mendorong industri nonrokok untuk meningkatkan penyerapan cengkih. Pasalnya, pasar ekspor dinilai tak menjanjikan.

Sekjen Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) I Ketut Budiman menyatakan, harga di pasar internasional tidak menarik bila dibandingkan dengan harga di pasar domestik.

BACA JUGA: BRI dan Mandiri Tambah Instrumen Penampung Dana Repatriasi

Berdasar kesepakatan antara petani dan pabrikan, terutama industri rokok, harga minimal di dalam negeri sebesar Rp 75.000 per kg. Kesepakatan itu dibuat pada 2012. Dalam realisasinya, sekarang harga cengkih bisa mencapai Rp 95.000–Rp 110.000 per kg.

’’Kalau jual ke pasar ekspor melalui pedagang, biasanya harganya dipatok di kisaran tertentu. Misalnya, Rp 110 ribu per kg. Pedagang juga ambil keuntungan. Karena itu, kami cenderung pilih jual ke pasar dalam negeri daripada ekspor,’’ ujarnya kemarin (3/8).

BACA JUGA: Semester Pertama, Utang Pemerintah Tembus Rp 230 Triliun

Apalagi, pada September, biasanya ada kenaikan permintaan. Para pabrikan, terutama industri rokok, mulai berbelanja cengkih untuk bahan baku produksi. Kenaikan permintaan tersebut mengerek harga cengkih di dalam negeri. Menurut dia, harga bisa terkerek hingga Rp 120 ribu per kg.

’’Justru rendahnya harga cengkih internasional itu membuat kami khawatir. Jika ada wacana impor cengkih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, harga bisa jatuh. Ditambah lagi, Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan bebas impor. Itu belum desakan antitembakau yang berdampak pada permintaan cengkih,’’ jelasnya.

BACA JUGA: Indonesia Pasar Ketiga Terbesar Bagi Piaggio

Namun, tahun lalu pabrikan juga menyepakati tidak mengimpor cengkih asalkan suplai dalam negeri mencukupi. Tercatat produksi cengkih nasional menembus 100 ribu–110 ribu ton per tahun.

Sebanyak 94 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan industri rokok. Sisanya 6 persen diberikan ke berbagai industri seperti farmasi dan makanan.

Karena itu, perlu dibuka peluang pemasaran cengkih ke industri dalam negeri. Sebab, harga jual yang menarik mampu menyedot petani dari komoditas lain untuk menanam cengkih. Dengan demikian, produksi cengkih nasional bisa bertambah.

’’Apalagi, bila nanti suplai cengkih meningkat, tentu produksi harus bisa diserap pasar. Karena itu, dibutuhkan dukungan pemerintah supaya peluang pasar baru dapat terbuka. Terutama memaksimalkan penyerapan dari industri di luar rokok seperti farmasi dan industri makanan,’’ terangnya. (res/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Segera Kuasai Perusahaan Minyak Prancis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler