eksportir membuka "letter of credit" (L/C) ke Amerika Serikat dan
kawasan Uni EropaMenurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo) Sofyan Wanandi, banyak pengusaha yang mengeluh karena sekitar
50 persen kontrak ekspor dari Indonesia terutama kontrak berjangka
panjang dibatalkan importir.
"Krisis AS dan Eropa sangat memukul produksi sektor tekstil, garmen,
sepatu, elektronik dan hasil perikanan
BACA JUGA: Pengusaha Dukung Langkah Pemerintah
Kalau ekspor komoditas pangansejauh ini dampaknya belum begitu terasa karena kebutuhan bahan pangan
masih prioritas," ungkap Sofyan.
Lebih lanjut dikatakan, L/C merupakan syarat jaminan bagi eksportir
untuk mendapatkan pembayaran atas kiriman barang kepada importir.
Karena itu dia mengimbau eksportir bersama pemerintah harus
cepat-cepat mencari terobosan dengan mencari pasar baru selain AS dan
Uni Eropa.
Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan mengatakan, biaya ekonomi tinggi
menjadi penyebab produk dalam negeri sulit bersaing dengan produk
impor
(high cost economy) menjadi salah satu solusi meraih potensi pasar
dalam negeri
BACA JUGA: Krisis, APBN Dipangkas
BACA JUGA: Caleg Populer, Miskin Komitmen
(esy)BACA ARTIKEL LAINNYA... AJI Tuntut Upah Layak Bagi Jurnalis
Redaktur : Tim Redaksi